Investor Rusia Batal Bangun Pabrik Karet di Sijunjung

Investor Rusia Batal Bangun Pabrik Karet di Sijunjung

Ilustrasi pabrik pengolahan karet. (Foto: pixabay)

Langgam.id – Investor Rusia batal menanamkan investasinya di Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat untuk membangun pabrik pengolahan karet.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar Maswar Dedi mengatakan rencana invetasi Rusia untuk membangun pabrik karet di Sijunjung batal.

“Mereka sudah lakukan kajian, tetapi (bahan bakunya) tidak memadai untuk bangun pabrik sehingga untuk sementara investasinya tertunda dulu,” katanya kepada Langgam.id beberapa waktu lalu.

Ia mengakui sektor perkebunan karet di Sumbar cukup terpukul karena harga komoditas tersebut di pasar global yang masih rendah. Apalagi, saat ini juga banyak perkebunan rakyat yang sudah tua dan tidak produktif, sehingga perlu peremajaan.

Sebelumnya, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno sudah memaparkan berbagai peluang investasi di Sumbar kepada pengusaha asal negeri beruang merah tersebut dalam forum Festival Indonesia – Rusia di Moscow pada 2018 lalu.

Beberapa peluang investasi itu menyangkut pengembangan berbagai komoditi pertanian dan perkebunan, infrastruktur, industri pengolahan, dan berbagai peluang investasi lainnya.

Dari pertemuan itu, investor Rusia tertarik untuk berinvestasi mengembangkan pengelolaan karet di Sumbar.

Apalagi, total lahan perkebunan karet di Sumbar mencapai 180.000 hektare, dengan sekitar 70.000 hektare tidak berproduksi lagi karena sudah tua dan perlu diremajakan. Dengan produksi karet berkisar 145.000 ton – 180.000 ton per tahun.

Perkebunan karet di Sumbar tersebar di beberapa daerah, antara lain Kabupaten Sijunjung, Dharmasraya, Solok Selatan, Pesisir Selatan, Tanah Datar, dan Pasaman.

Untuk tahun ini, Pemprov Sumbar menargetkan investasi yang masuk ke daerah itu mencapai Rp4,5 triliun, sedikit meningkat dari target tahun 2019 lalu sebesar Rp4,3 triliun.

“Sejak 2015, realisasi investasi selalu di atas target. Tahun ini, targetnya Rp4,5 triliun, naik dari tahun lalu yang sebesar Rp4,3 triliun,” kata Dedi.

Menurutnya, prioritas investasi di Sumbar saat ini masih di sektor energi baru dan terbarukan, pariwisata, perkebunan, infrastruktur, dan industri pengolahan.

Dedi mengungkapkan sejumlah investor dari beberapa negara telah menyatakan minat untuk berinvestasi di Sumbar, seperti dari Jepang yang meminati investasi peternakan ayam, pengolahan sampah dan energi baru terbarukan.

“Juga dari negara-negara lainnya, Rusia, Belanda, dan yang lain di berbagai sektor yang kita tawarkan,” ujarnya.

Adapun, sepanjang tahun lalu, Pemprov Sumbar mencatatkan capaian investasi melalui penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp5,3 triliun.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebutkan realisasi investasi itu melebihi target yang dipatok sebesar Rp4,3 triliun pada 2019.

“Realisasinya melebihi target yang kita canangkan. Dari Rp4,3 triliun dengan realisasi mencapai Rp5,3 triliun,” ujarnya.

Ia menuturkan investasi yang masuk ke daerah itu untuk PMDN masih didominasi sektor tanaman pangan dan perkebunan yang mencapai Rp761 miliar. Sebagian besar investasi ini dalam bentuk replanting perkebunan kelapa sawit.

Kemudian, sektor perhotelan dan restoran sebesar Rp570 miliar di beberapa wilayah, yakni Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kebupaten Pesisir Selatan, Kota Padang dan Kota Bukittinggi.

Sektor energi terbarukan yaitu dari panas bumi dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). Investasi itu berupa penambahan investasi PT Supreme Energy di Solok Selatan, dan investasi PLTMH di Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman, Pasaman Barat, dan Solok Selatan. Total invetasi dari sektor tersebut mencapai Rp507 miliar.

Selain itu, dari sektor listrik, gas dan air sebesar Rp290 miliar, sektor kontruksi Rp239 miliar, perdagangan dan reparasi sebesar Rp92 miliar, pertambangan sebesar Rp81 miliar, dan industri makanan Rp59 miliar.

Kemudian, dari PMA investasi terbesar di sektor pertambangan sebesar 71 juta dolar Amerika, industri makanan 31 juta dolar, perkebunan 24 juta dolar, sektor listrik gas dan air sebesar 20 juta dolar, dan sektor transportasi dan pergudangan sebesar 6 juta dolar.

Total investasi asing ke daerah itu sepanjang 2019 mencapai 157 juta dolar Amerika atau mencapai realisasi 130 persen dari target 120 juta dolar Amerika.

Untuk PMDN mencapai realisasi Rp3,02 triliun atau 110 persen dari target yang dipatok sebesar Rp2,75 triliun.

Adapun, negara dengan investasi terbesar di Sumbar sepanjang tahun lalu adalah Belanda, Malaysia, Singapura, Hongkong, Australia, India, China, British Virgin Island, Belgia, Jepang, Brasil, dan Jerman.

Baca Juga

Investasi Sejak Dini
Semester Pertama 2024, Pemko Padang Catat Investasi Tembus Rp2,02 Triliun
Menteri Rosan Bentuk Tim Percepatan Investasi Daerah, Ketum Kadin Sumbar: Langkah Inovatif
Menteri Rosan Bentuk Tim Percepatan Investasi Daerah, Ketum Kadin Sumbar: Langkah Inovatif
Investasi Sejak Dini
Perda Nomor 11 Tahun 2009, Tawarkan Kemudahan Investasi di Kota Padang
Berita Pessel - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Selain KEK Mandeh, juga akan ditawarkan potensi energi baru dan terbarukan.
Sumbar Bakal Perkuat Kerjasama dengan Kerajaan Saudi di 4 Bidang
Investasi Sejak Dini
Ini Alasan Kenapa Investasi Sejak Dini Itu Penting
Sambangi PT Mitra Kerinci, Departemen TPB Unand Siap Lakukan Kerjasama
Sambangi PT Mitra Kerinci, Departemen TPB Unand Siap Lakukan Kerjasama