Langgam.id – Saham perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak BUMN yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang awal tahun ini berjatuhan didorong sentimen pasar.
Data bursa hingga Rabu, 29 Januari 2020 mencatatkan saham-saham perusahaan BUMN memerah atau mengalami penurunan sepanjang hampir satu bulan di Januari ini.
Saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) misalnya terkoreksi 19,09 persen year to date (ytd) atau sepanjang 1-29 Januari dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, juga saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) turun 18 persen, saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) turun 16,47 persen, saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) turun 12,79 persen, dan saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) turun 11,84 persen.
Baca juga : Pasar Modal Gelar Public Expose Live 2019, Investor Sumbar Ikut Saksikan Secara Online
Kemudian, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mengalami penurunan 11,06 persen, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) turun 7,78 persen, dan saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) turun 7,57 persen.
Tidak hanya BUMN, sebagian besar kinerja anak usaha juga mengalami penurunan seperti PT BRI Agro Tbk (AGRO) turun 19,7 persen, Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) bahkan mengalami penurunan hingga 31,4 persen.
Selanjutnya, PT PP Presisi Tbk (PPRE) turun 16,67 persen, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mengalami penurunan 16,59 persen, dan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga turun hingga 10,71 persen.
Ketua Perkumpulan Profesi Pasar Modal Indonesia (PROPAMI) Padang Raya Adrianda Anwar berpendapat penurunan itu lebih kepada sentimen pasar yang menyebabkan panic sell di bursa saham.
“Efek dari sentimen pasar saja, dari luar ada kasus virus corona. Kemudian di dalam negeri ada efek kasus Jiwasraya,” katanya kepada Langgam.id, Rabu (29/1/2020).
Baca juga : 2019, BEI Catat 4.403 Penambahan Investor Saham Asal Sumbar
Ia menilai kasus Jiwasraya memang sedikit mempengaruhi pasar, karena berhubungan langsung dengan investor Indonesia. Sehingga, investor lebih memilih wait and see dan mengidentifikasi saham-saham perusahaan yang ada kaitannya dengan Jiwasraya.
Meski begitu, Adrianda mengingatkan investor tidak perlu panik. Apalagi yang berinvestasi di BUMN dengan fundamental perusahaan yang kuat.
“Justru momentum (efek negatif pasar) ini jadi kesempatan investor untuk mengoleksi saham-saham yang berfundamental bagus, namun terdiskon karena sentimen pasar,” ujarnya.
Ia menyebutkan saham-saham BUMN kelompok perbankan termasuk memiliki fundamental yang kuat, sehingga kinerjanya masih tetap moncer meski mengalami penurunan harga.
Adapun, jumlah investor saham dengan KTP Sumbar hingga Desember 2019 lalu mencapai 17.501 SID (single investor identification). Rata-rata pertumbuhan investor saham Sumbar di atas 30 persen setiap tahunnya.