LANGGAM.ID -- Pemerintah Provinsi Sumatra Barat perlu untuk memperbaiki kepercayaan investor yang dinilai hilang pascagempa 2009 lalu. Hal ini menjadi salah satu penyebab laju pertumbuhan ekonomi Sumbar cenderung melambat.
Ekonom Universitas Negeri Padang, Doni Satria mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumbar memang tampak melambat sejak terpukul saat gempa 2009. Beberapa tahun setelah gempa memang terjadi pertumbuhan ekonomi karena adanya bantuan untuk penanggulangan pascabencana waktu itu.
"Setelah bantuan habis ekonomi kembali terdampak saat pandemi Covid. Sekarang saat sudah pulih dari pandemi ekonomi mulai kembali tumbuh tapi perkembangannya melambat," ujarnya.
Ia menilai, dampak dari bencana gempa tersebut cukup besar terhadap iklim investasi di Sumbar. Tak sedikit pengusaha yang memindahkan lokasi usahanya ke daerah lain. Saat ini juga tak banyak pengusaha yang mau investasi di Sumbar
"Ini salah satu tantangan ekonomi Sumbar saat ini, bagaimana kita bisa kembali merebut kepercayaan investor atau pengusaha untuk mau menanamkan modalnya di sini," katanya.
Di sisi lain, Doni menyebutkan, dari aspek keamanan juga masih menjadi permasalahan investasi di Sumbar. Misalnya di usaha skala kecil, saat orang mau membuka lahan pertanian, namun khawatir hasil panen nantinya akan diambil oleh pencuri.
"Ini sudah menjadi keresahan bersama, buka usaha kecil saja kita merasa tidak aman. Kita tanam lado, tapi pas panen malah ada yang mencuri. Kondisi ini mencerminkan kalau keamanan masih menjadi permasalahan bagi orang untuk mau berinvestasi di Sumbar," ujarnya.
Doni mendorong pemerintah daerah bersama aparat penegak hukum perlu mengambil sikap bersama untuk memastikan keamanan bagi setiap masyarakat yang ingin membuka usaha. Sehingga terbangun iklim investasi yang aman baik untuk usaha skala kecil maupun besar. (fx)