Langgam.id — Hari ketiga gelaran Pekan Nan Tumpah (PNT) 2025 resmi berakhir. Seperti hari-hari sebelumnya, rangkaian kegiatan PNT terus menyedot perhatian publik lewat berbagai sajian seni yang segar, interaktif, dan menggugah rasa ingin tahu.
Kegiatan dimulai dengan pembukaan pameran seni pada pukul 10.00 WIB dan berlangsung hingga pukul 23.00 WIB. Pameran ini menjadi titik awal aktivitas harian PNT yang secara konsisten menampilkan karya-karya terbaik dari seniman lokal maupun nasional.
Memasuki pukul 13.30 WIB, pelatihan bertajuk “Melukis di Media Terserah” menghadirkan tiga seniman dari kolektif Silo Tigo: Olimsyaf Putra Asmara, Imam Teguh, dan Boy Nistil. Antusiasme peserta ternyata melebihi ekspektasi panitia.
“Saya tidak menyangka peserta yang datang bisa sebanyak ini. Awalnya hanya 12 orang, tapi terus bertambah sampai membuat panitia sedikit kewalahan. Tapi ini justru menggembirakan, karena menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap seni lukis sangat tinggi,” ujar Olimsyaf.
Seiring dengan berlangsungnya pelatihan, digelar pula tur kuratorial yang dipandu oleh Nessya Fitryona dan Mahatma Muhammad. Kegiatan ini mengajak pengunjung menelusuri makna di balik karya-karya yang dipamerkan.
Setelah tur selesai, peserta diarahkan ke area diskusi seni oleh Diah Risqiqa, pembawa acara PNT 2025. Diskusi dimoderatori oleh Misza Oktafiani dan menghadirkan narasumber Iswandi serta Albert Rahman Putra. Mereka membahas tema besar pameran tahun ini, “Seni Murni Seni Terapan Seni Terserah: Jika Kamu Paham Semua Ini, Mungkin Kamu Salah Paham,” yang menantang cara pandang konvensional terhadap seni.
Agenda dilanjutkan dengan penampilan dari SMK Penerbangan Nusantara dalam program Nan Tumpah Masuk Sekolah (NTMS). Sekolah ini tampil memukau lewat parade marching band yang membangkitkan semangat. Setelah itu, kelompok Katumbak Anak Abak menyajikan pertunjukan musik tradisional Minangkabau yang menggugah.
Di penghujung hari, Galanggang Dance tampil dengan karya “Lingkaran Dalam Gelap,” yang memanfaatkan cahaya dari senter di kepala dan tangan penari sebagai elemen utama. Hari ketiga ditutup dengan pertunjukan teater “Perempatan Perempuan” oleh Indonesia Performance Syndicate (IPS), yang berhasil memikat penonton dengan tema yang kuat dan eksekusi yang apik.
Sambut Hari Keempat: Diskusi Buku, Pelatihan, dan Pertunjukan Seni Lintas Genre
Rabu, 27 Agustus 2025, PNT 2025 memasuki hari keempat. Agenda kembali dibuka pada pukul 10.00 WIB dengan pameran seni serta diskusi buku “Mandulang Cinto” karya Hasbunallah Haris. Diskusi ini menghadirkan Arif P. Putra dan Alizar Tanjung sebagai pembahas.
Lanjut pada pukul 13.30 WIB, diskusi buku “Cara Kerja Tuhan” karya Maulidan Rahman Siregar akan dikupas oleh Ilhamdi Sulaiman dan Yona Primadesi. Di waktu yang sama, di area terpisah, berlangsung pelatihan kreatif “Membuat Mozaik dari Manik” bersama Nona Jewelry.
Menjelang sore, pukul 16.00 WIB, panggung eksibisi kembali dibuka oleh SMA Negeri 2 Gunung Talang dengan pertunjukan teater berjudul “Retak Logos di Negeri Huruf.” Pertunjukan dilanjutkan oleh Sanggar Tari Kasang Saiyo dengan tarian “Buai Buai,” serta Komunitas Seni Punago yang menghadirkan pertunjukan “Fatamorgana.”
Memasuki malam hari, pukul 19.00 WIB, agenda dilanjutkan dengan pemutaran film “Cukup Sudi Untuk Rayu” karya Halvika Padma. Setelahnya, penonton akan disuguhi dua pertunjukan seni kontemporer: “Nata Sukma” karya Tatang R. Macan, dan “Sonic Matter” karya Taufik Adam, yang diperkirakan akan membawa pengalaman multisensori penuh kejutan.
PNT 2025 terus menjadi ruang ekspresi sekaligus perayaan seni lintas media dan disiplin. Beragamnya kegiatan dari pagi hingga malam hari mencerminkan semangat kolaborasi dan keterbukaan terhadap berbagai bentuk kreativitas.