Oleh: Saima Wanita
Kawasan Sungai Bangek di Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang kini makin dikenal oleh publik. Bukan saja karena kawasan ini jadi salah satu “desa wisata” sebagaimana dilansir situs resmi Kementerian Pariwisata (kemenparekraf.go.id), tetapi juga karena di lokasi ini berdiri kampus baru Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang.
Nama Sungai Bangek berasal dari sebutan sebuah sungai yang mengalir di sudut belakang rumah warga di kawasan itu. Pelukan bukit-bukit besar di setiap detailnya, kini sudah diwarnai hiruk pikuk mahasiswa yang berdatangan. Dulu, sebelum ada kampus UIN, warga setempat menyebut, jalanan hanya ramai oleh angin dan suara burung. Warung tutup selepas magrib dan satu-satunya hiburan adalah langit malam yang jernih. Minim kegiatan sosial dan sapaan sunyi lainnya.
Kedatangan mahasiswa yang dipindahkan dari kampus dua di Lubuk Lintah ke kampus tiga ini pada 2022, membuat kampung ini menjadi ramai mendadak. Hadirnya mahasiswa, tentu membawa suasana baru. Perekonomian warga setempat tumbuh dengan pesat. Meskipun sudah dihuni lebih awal dari masyarakat, namun mahasiswa tetap memegang peranan penting.
Jalan yang sepi melompong kini sudah padat hingga ke pinggiran. Jalan itu sudah hangat disentuh ban kendaraan. Masyarakat semringah, kafé muncul di mana-mana, Warung-warung mulai dibuka lebih banyak, wifi menjadi sahabat sejati. Bahkan minimarket ala-ala mahasiswa pun ada.
Kehidupan sosial di Sungai Bangek semakin membaik. Muncul berbagai aktivitas yang mendukung kemajuan. Anak-anak mendapatkan pemandangan baru dengan adanya kakak-kakak mahasiswa. Peluang emas pun semakin mudah diraup warga.
Tak sampai situ, mahasiswa juga membawa tantangan. Rambut yang sama hitam, isi kepala beda. Tingkah laku dan etika kadang menjadi perbincangan hangat. Munculnya kasus negatif kerap menghitamkan indahnya Sungai Bangek . Tapi ini sudah resiko, mahasiswa yang noteben datang dengan berbagai latar belakang daerah tentu memiliki pola sosial yang berbeda pula.
Dampak kehadiran mahasiswa, dapat dibilang kini memegang sebagian besar perekonomian di Sungai Bangek. Bangunan baru yang muncul, didominasi oleh kos-kosan. Hobi berjualan warga mendapat tempat. Bayangkan saja setiap rumah pasti ada usaha perdagangan di sana. Jika tak ada mahasiswa lantas siapa yang belanja?
Walaupun begitu, tentu bukan hanya warga yang membutuhkan mahasiswa. Sebaliknya, mahasiswa pun sangat membutuhkan adanya masyarakat yang berjualan, baik itu kuliner, depot air, pasar dan kebutuhan lainnya yang disediakan. Irama kehidupan harian lebih berlangsung lebih lama, karena aktivitas mahasiswa bisa dibilang hampir "24/7" , 24 jam sehari dan 7 hari sepekan.
Namun, bila masa libur tiba, Sungai Bangek akan kembali sepi, hening dan lebih sunyi. Bagaimana tidak? Seperti yang sudah kita ketahui bahwa mahasiswa memiliki kesibukan yang padat. Aktivitas mereka dalam sehari tentu bermacam-macam. Hal inilah yang memberikan efek ramai di Sungai Bangek.
Masyarakat setempat yang sudah terbiasa mendengar bisingnya lalu lalang mahasiswa, kembali hanya mendengar suara angin. Warung-warung tempat membeli sarapan, kini hanya buka saat siang saja. Masyarakat selalu risau jika mahasiswa sudah waktunya libur, baik itu saat libur semester atau hari-hari besar seperti Lebaran. Suara-suara berisik dari kendaraan mahasiswa sudah mulai sepi karena pulang. Para pedagang tentu kehilangan konsumen mereka.
Sebagai salah satu mahasiswa yang juga tinggal di Sungai Bangek, saya merasakan betapa banyaknya perbedaan jika libur semester. Tak jarang penjual yang saya temui bertanya kapan libur semester dan kapan masuk kuliah kembali. Kekhawatiran akan hal ini memaksa para pedagang untuk memikirkan konsep bagaimana mereka harus tetap berjualan meskipun dengan keadaan konsumen sepi, namun tak sedikit juga sebagian pedagang langsung menghentikan operasionalnya saat mahasiswa sedang libur.
Pada 2025 ini, Sungai Bangek bukan lagi hanya tempat berenang anak-anak setempat, tapi juga pemasukan bagi orang tuanya. Sungai yang bukan lagi mengalirkan air saja tapi juga harapan. Harapan hidup lebih baik dan harapan kampung itu menjadi lebih maju. (*)
Saima Wanita, mahasiswa Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang