Begini Cerita Sang Pengembang Kompor Biomassa InnoStove

Kompor biomassa InnoStove hadir sebagai salah satu solusi di tengah kelangkaan gas saat ini. Kompor ramah lingkungan ini, memanfaatkan sampah,

Kompor biomassa InnoStove. [foto: Iqbal]

Langgam.id - Kompor biomassa InnoStove hadir sebagai salah satu solusi di tengah kelangkaan gas saat ini. Kompor ramah lingkungan ini, memanfaatkan sampah, oli bekas, minyak jelantah dan biomassa lainnya sebagai bahan bakar.

Kompor tersebut juga tidak mengeluarkan asap dan temperatur apinya cukup tinggi.

Durain P. Siregar, ahli combustion dan pengembang kompor biomassa menyebut ide tersebut muncul pada Oktober 2023 lantaran tidak tepatnya kebijakan pemerintah dalam memenuhi energi panas bagi masyarakat.

"Berawal dari kebijakan energi pemerintah terkait pemanfaatan sumber daya untuk kebutuhan masyarakat dalam memenuhi energi panas. Energi panas itu kan dari dulu saya lihat kok kayak gini terus," bebernya, Jumat (7/2/2025).

Ia kemudian melakukan penelitian setelah itu dan menghabiskan waktu selama empat bulan. Tidak hanya itu, dalam mengembangkan kompor biomasaa menjadi produk siap pakai, ia juga menghabiskan waktu selama 1,5 tahun.

"Kurang lebih 1,5 tahun mengembangkannya. Saya juga menggunakan modal awal sebanyak Rp300 juta," ujar Durain.

Dosen Teknik Mesin UNP itu menjelaskan ilmu dalam mengembangkan kompor biomassa ia dapatkan saat duduk di bangku perkuliahan. Ia menempuh pendidikan dahulunya di Institute Teknik Bandung (ITB) dengan Prodi Teknik Pembakaran (combustion).

Kemudian, ia juga belajar banyak dari teknologi pembakaran selama bekerja di Semen Padang. Tercatat, kata Durain, sudah 30 tahun ia bekerja di PT tersebut dan sekarang sudah pensiun.

"Jadi sebenarnya ini ilmu yang saya dapatkan dari teknologi pembakaran di Semen Padang selama saya bekerja. Sekitar 30 tahun bekerja, sekarang saya udah pensiun," tuturnya.

Ia lalu bercerita mengenai kehidupan masyarakat di kampung yang awalnya terbiasa menggunakan kayu dalam memasak. Namun, mulai beralih pada kompor minyak tanah setelah keluarnya kebijakan dari pemerintah.

"Pemerintah tiba-tiba ada kebijakan, ada kompor minyak tanah 18 sumbu, 20 sumbu. Akhirnya rakyat beralih ke kompor, ditinggalkan lah kayu bakar," jelas ahli pembakaran tersebut.

Teknologi terus berkembang, lalu minyak menjadi masalah. Bahkan, kata Durain, minyak tanah mengalami kelangkaan dan tidak bisa didapat sebelum masyarakat beralih ke gas elpiji.

"Pemerintah kemudian mengalihkan ke gas dan sekarang masalahnya sudah rame di mana-mana," tuturnya.

Durain berpikir jika gas itu bukan salah, tapi mestinya peruntukannya ada segmentasi. Kalau di kota besar mungkin orang tidak punya kayu, jadi tidak bisa dipukul rata.

"Jadi inovasi ini perlu juga perhatian pemerintah sebagai salah satu alternatif lain, terutama untuk masyarakat perdesaan. Namun peruntukannya perlu ada segmentasi," sebutnya. (Iqbal/yki)

Baca Juga

Ormawa di lingkungan Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang akan segera menjalani prosesi pelantikan untuk kepengurusan periode 2025.
Rektor UIN Imam Bonjol Padang Bakal Lantik Pengurus Ormawa pada 10 Februari
Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Padang berhasil menyelamatkan tangan seorang anak yang terjepit pipa besi pegangan tangga
Tangan Bocah Laki-laki Terjepit Pipa Tangga di Padang
Pj Wali Kota Padang Andree Harmadi Algamar meresmikan gedung bernama Drs Azhari yang berada di Jalan Marah Rusli pada Jumat (7/2/2025).
Disdikbud Padang Tempati Kantor Baru, Diberi Nama Graha Drs Azhari
Pemko Padang Catat Jumlah ASN Tahun Ini Capai 15.340 Pegawai
Pemko Padang Catat Jumlah ASN Tahun Ini Capai 15.340 Pegawai
Timnas Matangkan Taktik Jelang Tampil di Piala Asia U-20
Timnas Matangkan Taktik Jelang Tampil di Piala Asia U-20
Musrenbang Lamposi Tigo Nagari, Pj Wako Payakumbuh Apresiasi Antusiasme Warga
Musrenbang Lamposi Tigo Nagari, Pj Wako Payakumbuh Apresiasi Antusiasme Warga