InfoLanggam - Setiap tahunnya, Hari Ibu Nasional diperingati dalam rangka memperingati perjuangan dan kontribusi ibu sebagai perempuan berdaya.
Pada peringatan ke-96 tahun ini, tema “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya menuju Indonesia Emas 2045”, menguatkan bahwa dari keluarga, perempuan bisa berdaya untuk masyarakat.
Anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPW LDII Sumbar Putri Sri Lasmini menerangkan peran ibu dari masa kemasa tidaklah berbeda, yaitu menjadi penguat dan pilar penting dalam membangun keluarga serta masyarakat.
"Dari masa ke masa, menjadi ibu adalah tugas yang penuh tantangan, terutama di era modern saat ini. Ibu masa kini perlu menyeimbangkan perannya sebagai ibu, istri, dan wanita yang berdaya di masyarakat. Tapi semua itu menjadi bermakna saat kita melihat anak-anak mampu tumbuh menjadi pribadi yang baik,” ujar ibu dengan 11 cucu itu.
Menurut Putri, ada masa dimana pemahaman perempuan tentang menjadi ibu adalah batu sandungan untuk berdaya di masyarakat. Padahal dengan menjadi ibu kita dapat berkontribusi membangun masyarakat secara langsung dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.
"Agama sudah mengajarkan bahwa pendidikan dimulai dari rumah (madrasatul ula'), dimana guru pertama setiap anak adalah ibunya sendiri, maka keberhasilan ibu dalam memberikan pendidikan karakter, spiritual dan kesehatan jiwa serta raga tentu secara tidak langsung memberikan dampak postif kepada lingkungan yang lebih besar yaitu masyarakat sekitarnya," jelas Putri.
Ia juga menekankan, penghargaan terhadap ibu tidak cukup hanya pada perayaan Hari Ibu saja. "Setiap hari harusnya menjadi hari untuk menghormati, mendukung dan mengapresiasi ibu. Karena peran mereka tidak hanya sebagai pengasuh, tetapi juga pendidik utama anak-anak di rumah," tuturnya.
Sementara itu di Jakarta, Anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPP LDII Ida Daniar Royani mengatakan bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan berarti tenang-tenang saja di rumah. Keharmonisan rumah tangga perlu dibangun dari keluarga. Misalnya, karakter pasangan suami-istri bisa jadi berbeda, maka hal itu harus dicari kecocokannya.
“Rumah tangga harmonis dari pernikahan dua orang karakter berbeda yang dicocokkan,” ujarnya saat menyampaikan materi di Pengajian Umum Wanita LDII Kabupaten Bekasi, (22/12/2024).
Ia menegaskan, setiap ibu yang menjadi istri atau ibu perlu menyadari, ada kalanya rumah tangga tak selalu mulus. “Cobaan atau ujian bisa datang dari pasangan atau anak. Tapi hal itu tak menghalangi keimanan seorang perempuan kepada Allah SWT,” kata Ida.
Menghadapi ujian rumah tangga, ia menegaskan, perempuan perlu memasrahkan diri pada Allah. Karena itu agama penting, agar ibu selalu berpikir jernih dan bisa tetap produktif meski menghadapi masalah. “Para ibu bisa mengisi waktu dengan baik dan juga meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT,” ujarnya.
Ibu yang menyibukkan diri meski di rumah, Ida mencontohkan dirinya, di usia yang tak lagi muda dan bukan lagi seorang penyanyi, rupanya ia masih ingin produktif. Seperti produktif merancang baju atau fokus mendidik anak dan cucu, bersosialisasi dan mengaji.
Ia menegaskan, selain produktivitas harian, para ibu perlu memahami agama secara mendalam dengan mengaji. “Hal itu terkait peran ibu sebagai pendidik anak di rumah,” bebernya.
Karena menciptakan ‘surga’ di rumah, selain peran bapak, peran ibu juga fundamental. Pendidikan tak hanya sekolah, tapi ibu juga berperan mendidik di rumah. “Itulah mengapa seorang ibu perlu memahami agama, agar anak juga memahami pentingnya salat dan berdoa,” kata Ida.
Rumah tangga dan keluarga harmonis, juga dibangun dari penerapan karakter luhur yang dicontohkan orang tua. Penerapan karakter luhur itu, ia menjelaskan, dari sikap berbudi luhur, alim-fakih, dan mandiri.
Seorang ibu mengajarkan kemandirian pada anak, mulai dari mengajak salat misalnya. “Ajarkan anak mulai dari salat tepat waktu, hingga gerakan dan bacaan salat,” kata Ida. Hal mendasar itu, targetnya adalah anak bisa salat sendiri tanpa diingatkan.
Penerapan 29 karakter luhur yang digadang LDII sebagai program andalan, menurut Ida, sudah mendukung pemberdayaan peran Ibu di rumah atau lingkungan. Tidak hanya diterapkan pada peringatan Hari Ibu, tapi juga penguatan karakter luhur dalam kehidupan sehari-hari. (*)