Oleh: Iqbal Rizkyka
Filsafat sudah menjadi bahan pembicaraan dan konteks diskusi yang digandrungi oleh berbagai kalangan di Indonesia saat ini. Bahkan dari beberapa data statistik, kecendrungan untuk mempelajari filsafat semakin meningkat yang mana pada sebelumnya banyak stereotip ‘gelap’ terhadap salah satu Mother of Science ini.
Uniknya, pembahasan terkait filsafat ini kerap dicondongkan pada dunia barat sehingga menafikan keberadaan pemikiran yang hadir di wilayah timur yang bahkan lebih tua keberadaannya dibandingkan pemikiran barat itu sendiri.
Nah, pada tulisan kali ini kita akan menemukan berbagai kearifan pemikiran baru dan tokoh-tokoh yang jarang dikenal sehingga dapat menambah khazanah wawasan kefilsafatan kita terhadap dunia timur.
Filsafat timur merupakan kearifan pemikiran yang hadir, dan dominan di wilayah Asia sehingga melahirkan peradaban yang cukup tersorot. Lain hal, dengan filsafat barat yang memiliki periode sistematis dari mitos ke logos serta dari Yunani klasik hingga zaman modern, filsafat timur tidak seperti demikian.
Filsafat timur diketahui secara asal muasal lahir di daerah India, dan pada saat itu orang-orang mengenal istilah filsafat dengan ‘Darsana’ yang mana secara pemaknaan lebih luas dari ketimbang filsafat.
Secara garis besar seperti yang diutarakan oleh Fahruddin Faiz, filsafat barat dan filsafat timur memiliki perbedaan mendasar, yang mana filsafat timur memiliki corak yang Spiritual dan harmonis sedangkan filsafat barat memiliki corak rasional progresif.
Sebuah hipotesa menarik dari beberapa ahli, Plato semasa mudanya pernah berkelana ke berbagai daerah baik itu Mesir, Babilonia, Persia, Hingga India dsb. Sehingga Plato yang terkenal dengan Idealisme-nya merupakan pengaruh dari pemikiran darti timur yang cendrung spiritualis. Sehingga terlihat sangat kontras dengan pemikiran muridnya yang kuat terhadap Rasional (akal) yang bernama Aristoteles.
Meski secara detail historical kemunculan dan dialektika aliran filsafat timur tidak seperti filsafat barat (yang dalam artian tertulis jelas), namun filsafat timur memiliki corak kecendrungan yang mirip dengan ajaran agama atau sebagai Jalan hidup (way of life).
Hal ini selaras dengan ungkapan Prof. Nunu Burhanuddin seorang akademisi dari UIN Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi dalam bukunya yang berjudul "Filsafat Ilmu" bahwa Filsafat timur kerap dianggap sebagai agama ketimbang sebagai aliran filsafat, yang mana dialektika filsafat barat runut dengan adanya tesis-antitesis-dan sintesis.
Dengan demikian secara garis besar pada tulisan ini beberapa aliran yang akan kita bahas diantaranya Hinduisme, Buddhisme, Konfusianisme, Taoisme, Mohisme, serta Neo- Konfusianisme.
1. Hinduisme
Aliran ini berasal dari India, yang mana biasa juga dikenal sebagai salah satu aliran filsafat tertua di timur bahkan dunia. Bahkan dalam beberapa sumber, aliran ini telah ada sejak sekitar lebih dari seribu lima ratus sebelum masehi. Sehingga tokoh pencetus aliran ini tidak begitu dapat teridentifikasi.
Ajaran Hinduisme ini meliputi berbagai aspek, ajaran disini bukan berarti hanya sebatas pendekatan agama, melainkan lebih dari itu. Seperti halnya rasionalitas Veda, spiritualitas Upanishad, Kausalitas (karma), pembebasan (mokhsa), Yoga, Upalya Kausalani, Sad Paramita dan masih banyak lagi.
Selain itu seiring perkembangannya, terdapat salah satu cabang dari aliran ini yakninya filsafat Bharata, yang mana dikemukakan oleh salah satu filsuf Estetika di India pada tahun 200M. Ia menggabungkan aliran Vedanta, Nyaya, Vaishesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa.
2. Buddhisme
Aliran ini pertama kali di cetus oleh Sidharta Gautama yang tinggal di pegunungan Himalaya tepatnya Nepal saat ini. Sejak kecil ia hidup di keluarga kerajaan sehingga membuat ia kerap terisolasi dari lingkungan luar.
Namun suatu waktu ia pergi keluar dari lingkungan kerajaan dan melihat kehidupan masyarakat sekitar. Sidharta menemukan tiga hal yang nantinya membuat ia menyadari akan esensi kehidupan. Pertama ia melihat adanya orang yang tua karna lanjut usia, kedua ia melihat orang sakit-sakitan, dan ketiga ia melihat orang mati. Sontak fenomena tersebut asing bagi dia, dan dia sempat menanyakan kepada pengawal mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Buddhisme atau yang lebih dikenal dengan Buddha, memiliki arti bahwa 'orang yang sadar atau tercerahkan'. Yang mana setelah Sidharta mengalami peristiwa tersebut, ia memilih hidup mengembara dan bertapa dari satu guru ke guru lain.
Buddhisme lahir sebagai kritik atas hinduisme yang menganut sistem kasta atau kelas. Yang mana menurut Sidharta semua manusia itu setara. Hingga dalam perkembangannya Buddhisme terpecah menjadi dua yakninya Buddhisme Theravada dan Buddhisme Mahayana.
3. Konfusianisme
Merupakan aliran filsafat timur yang berkembang di Tiongkok. Pencetus aliran ini adalah Konfusius hidup di abad 6-5 SM. Semasa hidupnya konfusius melihat langsung bagaimana pemberontakan dan kerusakan di daerahnya yang disebabkan oleh pemimpin yang tidak cakap. Sehingga rangkaian traumatis tersebut membentuk gaya berpikirnya yang mengedepankan Moralitas dan menjadikan manusia menjadi baik.
Pada awalnya konfusius memulai dari dasar, dengan berguru serta belajar otodidak berbagai naskah-naskah kuno. Sehingga disaat dewasa dengan sikap murah hati dan kasih sayangnya, masyarakat menjadi menaruh penghormatan pada dirinya. Ajaran Konfusianisme ini meliputi Jen (kebajikan manusiawi), Yi (Keadilan, Moralitas, dan kewajiban), Li (Tata krama dan etika), Zhi (pengetahuan, akal budi, dan kebijaksanaan), Xiao (menghormati orang tua), Ti (menghormati saudara), Wen (keterampilan seni), serta Wu (keterampilan militer).
Menariknya keberhasilan Konfusius memberikan nilai-nilai moral pada kemanusiaan tersebut, turut menjadi inspirasi kelak bagi dunia barat dalam menerapkan Humanisme.
Seiring perkembangannya, Konfusianisme ini memiliki dua dikotomi dasar pemikiran yang diwarisi oleh murid-murid Konfusius. Mereka yakni nya Mencius dan Xunzi. Mencius lebih menekan bahwa manusia lahir dengan membawa moral baik (Nature of Human Beings Inherently Good). Sedangkan menurut Xunzi manusia pada dasarnya jahat (human nature is inherently bad).
4. Taoisme
Aliran filsafat ini juga lahir di Cina (Tiongkok), dengan tokoh pencetus bernama Lao Tzu. Dia lahir pada abad 6 SM. Diketahui bahwasanya Lao Tzu hidup sezaman dengan Konfusius. Yang mana saat itu Cina beralih dari sistem teritorial menjadi sistem Dinasti. Seperti Konfusius, kelaparan dan kemiskinan banyak terjadi akibat pemerintah yang tiran, sehingga banyak terjadi peperangan dan pembunuhan.
Secara konsep dasar, taoisme memiliki pedoman hidup manusia 'pada dan dari alam'. Karena menurut Lao Tzu, hidup ideal adalah hidup yang sederhana dan harmonis yang didalamnya orang tidak mencari keuntungan pribadi dan golongan, serta mereduksi syahwat kekuasaan.
Menurut Lao Tzu dengan kembali pada alam menjadi kunci alternatif untuk menjadikan manusia lebih baik ketimbang hanya fokus praktik moral insani yang bertujuan mengembangkan kebajikan. Sehingga secara garis besar, dua penekanan dari Lao Tzu ialah Filsafat Moral (kembali ke alam) dan filsafat politik.
5. Mohisme
Pendiri dari aliran ini ialah Mo Tzu, salah seorang filsuf Cina yang lahir pada 479 SM. Ia hidup setelah zaman Konfusius, dan menempuh pendidikan Konfusianisme. Sehingga selepas itu ia menentang beberapa ajaran sebelumnya dan mendirikan ajaran baru yakni nya Mohisme.
Mo Tzu mengkritik beberapa hal dalam Konfusianisme diantaranya Tradisi pemakaman (ritus) yang mengeluarkan banyak biaya dan bergabung terlampau larut, peperangan yang terjadi merupakan bentuk 'perampasan' negara besar terhadap negara kecil, serta menurutnya permainan alat musik yang sangat memainkan perasaan.
Sehingga lima ciri dasar dari filsafat Mohisme ini ialah Cinta Universal, Patuh Pada Pemimpin, Percaya Pada roh-roh, Hidup dalam kesederhanaan, dan melawan ritual dan musik.
6. Neo Konfusianisme
Aliran pemikiran ini merupakan gabungan dari tiga aliran besar sebelumnya yakni Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme. Aliran ini merupakan bentuk reaksi terhadap berkembangnya ketiga aliran tersebut di Cina pada abad 10 Masehi. Tokoh yang mempelopori aliran ini bernama Zhu Xi.
Neo Konfusianisme memiliki corak unik dengan pendekatan yang lebih rasional dan sekuler dari Konfusianisme dengan menolak unsur-unsur takhayul dan mistis dari Taoisme dan Buddhisme yang di pengaruhi konfusianisme selama dan setelah dinasti Han.
Selain pada pendidikan, etika, dan keselarasan alam, Neo Konfusianisme memiliki penekanan pada ajaran hubungan manusia dan alam melalui konsep Li dan Qi. Li merujuk pada prinsip universal yang mendasari segala sesuatu dalam alam semesta (principle). Adapun Qi merujuk pada energi atau materi yang membentuk dunia fisik dan segala bentuk kehidupan.
Terdapat enam pemikiran yang penulis cantumkan pada tulisan kali ini. Hal ini bukan berarti Filsafat timur hanya sebatas enam aliran tersebut. Pada tulisan ini sedikit dialektika setiap pemikiran turut dihadirkan. Masih banyak lagi pemikiran di beberapa aliran filsafat timur seperti Filsafat Islam, Filsafat Jepang dan beberapa filsafat lainnya.
Penulis: Iqbal Rizkyka (Mahasiswa Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi)