Tradisi dan Transformasi: Ninik Mamak sebagai Pilar Ekonomi Etnis Minangkabau

Oleh: Habibur Rahman

Ekonomi merupakan aspek penting dalam kehidupan yang memengaruhi kelangsungan hidup masyarakat. Masalah ekonomi, terutama sulitnya mencari pekerjaan akibat bertambahnya penduduk dan menyusutnya lapangan kerja, tidak dapat diabaikan begitu saja.

Dalam masyarakat Minangkabau hari ini, justru tantangan ini menjadi perhatian besar, terutama bagi ninik mamak sebagai pemimpin adat. Mereka yang tentu sebagai figur yang bertugas menjaga stabilitas sosial dan kesejahteraan kaumnya, ninik mamak juga memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk membantu anak kemenakan dalam menghadapi kesulitan ekonomi.

Jika ditinjau dari sejarah, pada masa penjajahan Belanda, ekonomi masyarakat Minangkabau berada dalam situasi yang sangat memprihatinkan. Pemerintah kolonial membatasi otonomi nagari sebagai unit ekonomi, yang secara langsung melemahkan peran ninik mamak.

Di samping itu, meskipun institusi formal (seperti kebijakan kolonial dahulu) dapat menekan institusi tradisional, institusi informal seperti adat istiadat tetap mampu beradaptasi dan memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas sosial.

Hal ini terlihat dalam bagaimana ninik mamak tetap menjadi figur sentral dalam kaumnya, terutama setelah krisis ekonomi global (malaise) pada 1930-an, sebagaimana dikemukakan oleh Akira Oki, seorang Profesor di Fakultas Studi Internasional, Universitas Meiji Gakuin, yang juga pernah mengajar di Universitas Shumei, Universitas Nagoya Shoka, dan Universitas Nasional Australia. Oki menjelaskan bahwa peran adat justru menguat di tengah tekanan ekonomi.

Salah satu tradisi yang menopang keberlanjutan sistem ekonomi dan sosial Minangkabau adalah Marantau. Kita menemukan bahwa di dalam teori "Push and Pull Factors" dari Everett Lee dijelaskan bahwa, migrasi seperti dalam istilah Minangkabau yakni Marantau, dipengaruhi oleh faktor pendorong (push) dari daerah asal, seperti keterbatasan ekonomi, dan faktor penarik (pull) dari daerah tujuan, seperti peluang ekonomi yang lebih baik.

Dan sudah menjadi pengetahuan yang umum bagi masyarakat Minangkabau tentunya, bahwa tradisi Marantau dalam masyarakat Minangkabau tidak hanya bertujuan untuk mencari penghidupan, tetapi juga untuk memperluas wawasan dan memperkuat identitas diri. Ini juga menjadi salah satu mekanisme adaptasi sosial-ekonomi yang membuat masyarakat Minangkabau tidak sepenuhnya bergantung pada harta pusaka.

Di Payakumbuh, khususnya di Kelurahan Ibuh, ninik mamak memainkan peran penting sebagai pengawas dan penasihat bagi anak kemenakan mereka, seperti apa yang tertuang dalam buku karya 8 orang peneliti yang mana karya itu diberi nama "Peranan Mamak Terhadap Kemenakan Dalam Kebudayaan Minangkabau" bisa dibilang merupakan buku rujukan bagi para mahasiswa/peneliti lain ketika meneliti Minangkabau, khususnya petihal peranan mamak.

Berikutnya, ninik mamak dapat dikategorikan sebagai modal sosial yang berfungsi menjaga solidaritas, memberikan dukungan moral, dan menciptakan rasa saling percaya dalam kaum. Bantuan yang diberikan oleh ninik mamak, baik berupa materi maupun nasihat, mencerminkan peran mereka sebagai penopang moral dan ekonomi kaumnya. Hal ini membuat mereka dihormati dan dipatuhi oleh anak kemenakan, karena tindakan mereka selalu berdasarkan "alur dan patut."

Dalam sistem matrilineal Minangkabau, pengelolaan harta pusaka seperti tanah, sawah, ladang, dan rumah memiliki aturan yang ketat. Dan kita harus tahu bahwa, sumber daya bersama (common resources) memerlukan aturan adat atau komunitas yang kuat untuk mencegah eksploitasi berlebihan dan memastikan keberlanjutan. Jikalau kita berbicara persoalan Minangkabau, jelas, bahwa harta pusaka tidak boleh dibagi-bagikan, tetapi hasilnya boleh dimanfaatkan untuk kebutuhan ekonomi yang bersifat kolektif, dan itupun sarat akan aturan yang ketat tentunya.

Namun, dalam kondisi tertentu, ninik mamak dapat menjual "pusako rendah", yaitu harta pusaka tingkat pertama, dengan syarat adanya musyawarah dan kesepakatan bersama para ahli waris. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mendesak, tetapi tetap menjaga keberlanjutan harta pusaka lainnya yang dianggap sebagai "pusako tinggi". Harta "pusako tinggi" tidak boleh diperjualbelikan karena dianggap sebagai simbol keutuhan dan warisan kolektif yang harus dipertahankan antar-generasi.

Adanya pendekatan semacam ini, masyarakat Minangkabau menunjukkan bahwa tradisi adat dapat beradaptasi dengan tantangan ekonomi modern, meski itu dapat dikategorikan sebagai tantangan yang tak mudah. Hendaknya, sistem sosial juga turut mampu beradaptasi dan tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Peran ninik mamak sebagai pengelola sosial-ekonomi yang berbasis adat adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai tradisional dapat berkontribusi dalam menyelesaikan masalah ekonomi kontemporer, sekaligus menjaga solidaritas dan kesinambungan sosial. (*)

Penulis: Habibur Rahman, Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi. Aktif menulis tentang sejarah ulama-ulama tarekat di Sumatra Barat serta dinamika dan problematika Surau Tradisional Minangkabau.

Baca Juga

Filsafat sudah menjadi bahan pembicaraan dan konteks diskusi yang digandrungi oleh berbagai kalangan di Indonesia saat ini. Bahkan dari
Filsafat Timur: Kearifan Pergumulan Pemikiran dari Dunia Timur
Ungkapan "suara rakyat, suara Tuhan" sering kita dengar untuk menggambarkan demokrasi yang menempatkan rakyat sebagai penguasa tertinggi.
Vox Populi, Vox Dei: Harapan Luhur di Tengah Manipulasi Realitas
Langgam.id - KPK RI menetapkan Nagari Kamang Hilia, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam masuk 10 besar Desa Antikorupsi 2022.
Mencegah Korupsi Sejak Dini: Pentingnya Peran Pendidikan
Sebelum memahami hubungan antara misionarisme, orientalisme, dan kolonialisme, penting untuk terlebih dahulu mendefinisikan masing
Dinamika Tiga Poros: Misionarisme, Orientalisme, dan Kolonialisme di Dunia Timur
Stop Korupsi, Bangun Perilaku Antikorupsi Demi Masa Depan yang Lebih Baik
Stop Korupsi, Bangun Perilaku Antikorupsi Demi Masa Depan yang Lebih Baik
Integritas Kepemimpinan Mahatma Gandhi: Panduan Bagi Pemimpin Masa Kini
Integritas Kepemimpinan Mahatma Gandhi: Panduan Bagi Pemimpin Masa Kini