Langgam.id - Dewan juri yang terdiri dari Zurmailis, Zelfeni Wimra, dan Afrizal Harun mengumumkan 5 terbaik Festival Teater Sumbar 2024 “Alek Teater 8”.
Kelima komunitas tersebut adalah Payung Sumatera yang memainkan naskah berjudul "The Mighty Malin Kundang."
Lalu UK-Kes Unbrah sutradara Rahmat Hidayat dengan judul “Krisis.” Berikutnya Teater ASA sutradara Sulastri Wulandari dengan naskah berjudul “Matinya Seorang Pejuang.”
Lalu Komunitas Seni Budaya Ranah Sijunjung yang memainkan naskah berjudul “Ayahku Datuk” dan Teater Salapan yang memainkan naskah berjudul “Robonya Surau Kami.”
Afrizal Harun, salah seorang juri dari ISI Padang Panjang yang aktif di Komunitas Hitam Putih, mengapresiasi Alek Teater 8 yang mengangkat tema “Merespon Ruang Bebas.” Menurutnya, festival ini merupakan penghargaan untuk dunia teater.
“Kami juga apresiasi kepada kelompok-kelompok yang tampil. Ada semangat yang tinggi dari kelompok-kelompok untuk menampilkan yang terbaik,” ujarnya.
Meski demikian, Afrizal memberikan beberapa catatan untuk Alek Teater 8 ini. Catatan pertamanya terkait tafsir teks. Dalam hal ini, penonton terkesan digurui.
Menurut Afrizal, dalam konteks teater, ada ruang-ruang pesan yang bersifat simbolis dan tidak dieksplor terlalu luas.
Catatan lain Afrizal juga terhadap tokoh atau karakter. Dalam teater, ada ekspresi, emosi, dan ada juga chemistry. Situasi ini menuntut aktor mau tidak mau harus menjiwai tokoh atau karakter yang diperankan. Ia mengatakan masih terbuka peluang untuk aktor mendalami karakternya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh juri lain, Zurmailis. Ia mengatakan aktor-aktor yang tampil di Alek Teater 8 masih bisa terus berkembang dan dia berharap di masa depan akan tampil lebih baik.
Seperti diberitakan, Alek Teater 8 menampilkan 12 teater. Komunitas teater yang tampil merupakan kelanjutan dari workshop yang digelar pada April 2024. Terlepas dari segala masalah keterbatasan fasilitas pendukung maupun berbagai kelemahan saat pelaksanaan, kegiatan festival teater ini telah terselenggara dengan lancar sebagai upaya menjaga iklim teater di Sumatera Barat. (*/Fs)