Pilkada 2024 sudah di depan mata dan menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi pemilih di masa depan. Dalam membahas tentang politik, ada satu elemen penting yang sering luput dari penglihatan, yaitu bagaimana orang tua memainkan peran dalam membentuk preferensi politik anak-anak mereka, terutama di kalangan generasi muda. Generasi muda yang tumbuh di era digital memiliki akses tak terbatas terhadap informasi politik, namun pengaruh lingkungan keluarga, terutama orang tua, tetap menjadi faktor penting yang menentukan sikap politik mereka.
Bagaimana sebenarnya peran orang tua dalam membentuk pilihan politik generasi muda? Seberapa besar pengaruhnya terhadap keputusan politik yang diambil anak-anak mereka di Pilkada 2024? ini adalah contoh pertanyaan-pertanyaan yang secara tidak langsung muncul ketika kita melihat para orang tua mempengaruhi pilihan politik anaknya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk meenjelaskan perilaku pemilih, salah satunya adalah pendekatan sosiologis yang digagas oleh Paul F. lazarsfeld dan Bernard Berelson yang menyebutkan bahwa keluarga memegang peran penting dalam membentuk pandangan politik anak-anak sejak dini. Keluarga adalah lingkungan pertama yang menjadi tempat belajar bagi anak-anak. Sejak usia dini, anak-anak menyerap nilai-nilai, norma, dan sikap dari orang tua mereka.
Dalam keluarga, proses sosialisasi politik seringkali terjadi secara alami dan bertahap. Salah satu cara orang tua dapat mempengaruhi preferensi politik anak-anak mereka adalah melalui diskusi terbuka. Diskusi di meja makan atau saat berkumpul bersama dapat menjadi kesempatan emas untuk membahas berbagai isu politik. Misalnya, ketika membicarakan calon pemimpin yang akan diusung pada Pilkada 2024, orang tua dapat menjelaskan latar belakang, visi, dan misi calon tersebut. Dengan cara ini, anak-anak tidak hanya mendapatkan informasi, tetapi juga belajar untuk menganalisis dan mengevaluasi kandidat berdasarkan kriteria yang relevan.
Pendidikan politik tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga harus dimulai dari rumah. Orang tua dapat memberikan edukasi tentang sistem politik Indonesia, cara pemilihan umum, dan pentingnya suara mereka dalam menentukan masa depan daerah. Mengajarkan anak-anak tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara dapat membentuk kesadaran politik yang lebih kuat. Misalnya, orang tua dapat menjelaskan pentingnya mengetahui track record calon pemimpin dan bagaimana kebijakan mereka dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Salah satu bentuk pengaruh yang paling signifikan dari orang tua terhadap generasi muda adalah dalam pembentukan identitas politik. Identitas politik mencakup afiliasi seseorang dengan partai politik tertentu, keyakinan ideologis, hingga preferensi terhadap kandidat politik. Orang tua yang memiliki afiliasi kuat terhadap partai politik tertentu cenderung menanamkan afiliasi tersebut kepada anak-anak mereka sejak dini.
Misalnya, jika seorang anak tumbuh dalam keluarga yang mendukung partai politik dengan ideologi nasionalis, kemungkinan besar anak tersebut akan terpapar pada wacana-wacana nasionalis dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula jika orang tua memiliki preferensi terhadap kandidat yang berhaluan agama, nilai-nilai keagamaan dalam politik akan menjadi bagian dari diskusi keluarga. Dengan demikian, preferensi politik generasi muda seringkali merupakan cerminan dari nilai-nilai yang mereka pelajari di rumah.
Di era digital saat ini, media sosial menjadi salah satu sumber informasi paling dominan, terutama bagi generasi muda. Namun, tidak semua informasi yang beredar di media sosial adalah akurat. Orang tua perlu berperan aktif dalam membimbing anak-anak mereka dalam penggunaan media sosial. Mengajarkan anak-anak untuk berpikir kritis tentang informasi yang mereka terima, serta membedakan antara berita yang valid dan hoaks, adalah keterampilan penting yang harus dimiliki generasi muda.
Orang tua dapat mendiskusikan konten yang mereka temui di media sosial dengan anak-anak mereka. Misalnya, jika ada berita tentang calon pemimpin, orang tua dapat membantu anak-anak memahami konteks dan memberikan sudut pandang yang beragam. Dengan cara ini, anak-anak dapat belajar untuk tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi juga menganalisis dan mengkritisi apa yang mereka baca.
Meskipun peran orang tua sangat penting, ada beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam membentuk preferensi politik generasi muda. Salah satunya adalah pergeseran nilai yang terjadi di masyarakat. Generasi muda saat ini tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan informasi dan pengaruh dari berbagai sumber, termasuk teman sebaya dan media sosial, yang dapat membuat pandangan mereka berbeda dari orang tua mereka.
Tantangan lain adalah komunikasi. Dalam beberapa kasus, anak-anak mungkin merasa enggan untuk mendiskusikan politik dengan orang tua mereka, terutama jika ada perbedaan pendapat. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menciptakan suasana yang nyaman dan terbuka, di mana anak-anak merasa bebas untuk berbagi pandangan mereka tanpa takut dihakimi.
Perkembangan teknologi informasi juga menjadi tantangan tersendiri. Banyak anak muda yang mendapatkan informasi politik dari platform yang tidak selalu dapat diandalkan. Orang tua perlu aktif dalam membimbing anak-anak mereka untuk mencari sumber informasi yang valid dan terpercaya, dan termasuk mengajarkan mereka untuk tidak hanya bergantung pada media sosial, tetapi juga mencari berita dari media massa yang kredibel.
Dalam Pilkada 2024, peran orang tua dalam mempengaruhi preferensi politik generasi muda tidak bisa diabaikan. Melalui diskusi terbuka, edukasi politik, keteladanan, dan bimbingan dalam penggunaan media sosial, orang tua dapat membantu anak-anak mereka menjadi pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab. Meskipun ada tantangan yang harus dihadapi, dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat memainkan peran kunci dalam membentuk masa depan politik bangsa.
Dengan keterlibatan aktif orang tua, generasi muda tidak hanya akan lebih siap untuk menghadapi pemilihan, tetapi juga akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang arti demokrasi dan tanggung jawab sebagai warga negara. Hal ini merupakan bentuk investasi jangka panjang untuk masa depan, di mana setiap suara dihargai dan setiap pemilih memiliki peran dalam menentukan arah negara.
*Penulis: Fakhira Salimah Visandri (Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas)