Pendidikan Politik: Bijak Menerima Informasi Politik di Media Sosial

Pendidikan Politik: Bijak Menerima Informasi Politik di Media Sosial

Alif M Danza. (Foto: Dok. Pribadi)

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi, khususnya media sosial, media sosial telah menjadi alat utama untuk berbagi dan mendapatkan informasi termasuk dalam ruang lingkup politik. Media sosial memungkinkan pengguna untuk mengakses berita dan pendapat lebih gampang. Contoh platfrom media sosial seperti YouTube, TikTok, Instagram, Twitter, dan Facebook. Dengan banyaknya platfrom yang beredar, tantangan terbesar bagi pengguna adalah memperbanyak literasi agar masyarakat tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Informasi politik sering kali disajikan dengan sudut pandang tertentu, dengan tujuan memengaruhi opini publik. Hal ini bisa menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman di kalangan masyarakat. Ditambah lagi, banyaknya berita palsu atau hoaks yang dibuat oleh oknum tertentu agar menaikkan elektabilitas calon yang didukung bahkan dapat memperburuk situasi, menciptakan polarisasi dan konflik.

John Postill dalam Digital Politics and Political Engagement mengungkapkan bahwa konsep politik digital dibagi menjadi beberapa bidang seperti pemerintahan digital, demokrasi digital (masyarakat, musyawarah, partisipasi), kampanye digital (partai, kandidat, pemilihan umum), dan mobilisasi digital (kelompok kepentingan dan gerakan sosial) (Postill, 2020). Postill setuju bahwa di era globalisasi ini, perkembangan media sosial begitu cepat dan cukup efektif digunakan sebagai media penyebar informasi mengenai kehidupan politik dan dapat diimplementasikan dengan berbagai cara.

Menerima informasi politik di media sosial memerlukan kebijaksanaan agar tidak terjebak dalam disinformasi atau manipulasi. Berikut beberapa cara bijak untuk menghadapi informasi politik di media sosial:

  1. Verifikasi Sumber Informasi
    Pastikan informasi yang diterima berasal dari sumber yang terpercaya dan teruji. Cek apakah media sosial tersebut memiliki reputasi yang baik dan apakah jurnalis atau tokoh yang menyebarkan informasi memiliki rekam jejak yang jelas. Dengan cara kunjungi situs resmi sumber informasi sehingga tahu siapa yang menulis atau mengunggah informasi tersebut dan kita tahu informasi tersebut benar apa tidak.
  2. Jangan Terpancing Emosi dan hindari bias
    Informasi politik sering kali dihadirkan untuk memicu reaksi emosional dan ketidakakuratan dalam data yang dapat menyebabkan informasi yang diberikan tidak valid . Cobalah untuk menahan diri dan tidak langsung bereaksi terhadap informasi yang membangkitkan kemarahan, rasa takut, atau kebencian. Dengan cara selalu analisis informasi secara tenang dan objektif.
  3. Diskusikan dengan Orang Lain
    Jika ragu diskusikan informasi yang diterima dengan orang lain, terutama mereka yang memiliki pandangan berbeda. Diskusi tentang politik dengan orang lain bisa menjadi cara yang efektif untuk memperluas wawasan, mendapatkan sudut pandang baru, dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu yang sedang berkembang.Lakukan diskusi yang terbuka dan saling menghargai.
  4. Jangan Mudah Menyebarkan Informasi
    Menyebarkan informasi politik secara bijak dan bertanggung jawab sangat penting untuk menjaga integritas diskusi publik dan mencegah penyebaran informasi yang salah atau menyesatkan. Ingat, setiap kali kita membagikan informasi, kita bertanggung jawab terhadap dampaknya. Bagikan hanya informasi yang akurat dan penting.

. Kesadaran dan keterampilan ini akan membantu kita berperan aktif dalam demokrasi dan kehidupan berpolitik yang lebih baik. Media sosial memainkan peran penting dalam meningkatkan partisipasi politik khususnya bagi generasi muda pada pesta demokrasi yang dilaksanakan. Media sosial menyediakan ruang bagi masyarakat untuk ekspresi politik dan melakukan berbagai kegiatan politik hanya dalam genggaman tangan serta bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Oleh karena itu, kita sebagai masayarakat bijak dalam menerima informasi politik di sosial media sangatlah penting. Kita perlu mengembangkan kemampuan untuk mengevaluasi sumber, memverifikasi fakta, dan berpikir kritis terhadap informasi yang diterima sehingga kita dapat menjadi pengguna media sosial yang lebih cerdas.

*Penulis: Alif M Danza (Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Feodalisme yang umumnya dalam diskursus selalu dikaitkan pada struktur sosial abad pertengahan, di mana kekuasaan dan hak istimewa
Parasit di Perguruan Tinggi Itu Bernama Feodalisme
Kita sering mendengar tokoh-tokoh seperti Snouck Hurgronje, Ignaz Goldziher, Arthur Jeffery dan lain-lain, dalam diskursus yang kita lakukan
Orientalisme: Penelitian atau Hegemoni Terselubung atas Dunia Timur?
Partisipasi Politik Kaum Muda: Tantangan dan Peluang dalam Demokrasi Modern
Partisipasi Politik Kaum Muda: Tantangan dan Peluang dalam Demokrasi Modern
Pemanfaatan Teknologi Berkelanjutan: ESG Sebagai 'Pokok' Industri 5.0
Pemanfaatan Teknologi Berkelanjutan: ESG Sebagai 'Pokok' Industri 5.0
Dusta Atas Nama Beasiswa
Dusta Atas Nama Beasiswa
Menuju Indonesia Emas 2045: Mewujudkan Stabilitas dan Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Menuju Indonesia Emas 2045: Mewujudkan Stabilitas dan Meningkatkan Sumber Daya Manusia