Peran Media Sosial Sebagai Alat Sosialisasi Politik Menjelang Pilkada 2024 pada Generasi Z

Peran Media Sosial Sebagai Alat Sosialisasi Politik Menjelang Pilkada 2024 pada Generasi Z

Fauzan Izaz Abigail. (Foto: Dok. Pribadi)

Pesatnya perkembangan teknologi sejalan dengan berkembang dan majunya ilmu pengetahuan. Media sosial merupakan salah satu bentuk dari kemajuan teknologi di bidang informasi dan komunikasi. Kita bisa dengan mudah mengakses berbagai hal termasuk tentang dunia politik, apapun yang ingin kita cari tahu pasti ada, dan kita juga bisa mengakses dari banyaknya platform media sosial yang tersedia. Dengan hanya satu klik, dan membaca sekilas, kita sudah bisa mendapatkan informasi seputar apa yang kita cari, contohnya seperti politik.

Peranan media sosial di dunia politik sangatlah beragam, mulai dari sosialiasi politik, pendidikan politik, bahkan kampanye yang dilakukan secara digital. Apalagi di era sekarang, telepon genggam dan media sosial ini tak bisa hilang dari kebiasaan kita sehari-hari. Seperti laporan dari IDN Media, laporan dari IDN media menunjukkan bahwa mayoritas Generasi Z di Indonesia menghabiskan lebih dari tiga jam per hari di media sosial.

Tahun 2024 ini adalah tahun politik dimana pesta demokrasi diselenggarakan melalui Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, sedangkan pemilu sendiri telah diselenggarakan pada 14 Februari 2024 lalu, dan pemilih dari Generasi Z sangat mendominasi suara.

Sebentar lagi, pada 27 November 2024 akan dilakukan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), suara dari generasi Z sangat diperebutkan dan salah satu senjatanya adalah dari media sosial ini, banyak konten sosialisasi politik yang tersebar di media, dan memberikan kemudahan akses kepada para pemilih untuk melihat, memahami, serta memaknai keadaan politik terkini.

Sekarang banyak kita lihat dari tokoh-tokoh politik, aktivis, bahkan influencer yang secara aktif menyebarkan pandangan mereka tentang dunia politik, ini memfasilitasi diskusi yang lebih luas di kalangan Generasi Z dan memungkinkan mereka terlibat langsung dalam percakapan politik yang relevan, terbaru, dan terkini.

Namun penggunaan media sosial ini sebagai alat sosialisasi politik tetap ada tantangan seperti adanya hoaks dan disinformasi. Agar lebih efektif, diperlukan literasi digital yang lebih baik untuk mengajarkan generasi ini bagaimana mengidentifikasi informasi yang akurat dan tidak terjebak dalam narasi yang menyesatkan.

*Penulis: Fauzan Izaz Abigail (Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Aksi tawuran kembali terjadi di Kota Padang pada Sabtu (10/8/2024) sekitar pukul 03.30 WIB di Jembatan Melindo Pagambiran, Lubuk Begalung.
Bobroknya Karakter Anak Bangsa: Salah Siapa ?
Bencana banjir dan tanah longsor yang terus berulang di berbagai wilayah Indonesia sepanjang 2024 dan 2025 tidak bisa lagi dilihat sebagai
Politik Ekstraktif dan Bencana Ekologis: Ketika Sistem Kekuasaan Indonesia Mengorbankan Alam dan Rakyat
Sumatera Nyaris Tenggelam! Gelombang Banjir dan Jejak Kayu yang Mengungkap Luka Hutan Sumatera
Sumatera Nyaris Tenggelam! Gelombang Banjir dan Jejak Kayu yang Mengungkap Luka Hutan Sumatera
Otoritarianisme yang Lahir dari Sayap Kiri
Otoritarianisme yang Lahir dari Sayap Kiri
Pendekatan Pendidikan di Sekolah Tomoe pada Novel 'Totto Cahan Gadis Cilik di Jendela' Menggunakan Teori Psikologi Sastra Abraham Maslow
Pendekatan Pendidikan di Sekolah Tomoe pada Novel ‘Totto Cahan Gadis Cilik di Jendela’ Menggunakan Teori Psikologi Sastra Abraham Maslow
Kurangnya Minat Politik Anak Muda, Saatnya Melek Politik
Kurangnya Minat Politik Anak Muda, Saatnya Melek Politik