Tanah Retak di Limapuluhkota Ancam Keselamatan Warga dan Pengendara

Tanah yang retak parah

Ilustrasi tanah retak (Foto: Pixabay)

Langgam.id – Tanah retak di Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatra Barat (Sumbar) ancam keselamatan warga dan pengendara yang melewati daerah tersebut.

Diketahui sebelumnya, retakan tanah di daerah itu sempat merusak enam unit rumah warga di Jorong Simpang Tiga. Namun, saat ini retakan tanah terus bergerak dan semakin lebar.

Diduga, pergerakan tanah tersebut diakibatkan tingginya curah hujan yang melanda Kabupaten Limapuluhkota sejak Kamis (19/12/2019) malam hingga Jumat (20/12/2019).

Wakil Bupati Kabupaten Limapuluhkota, Ferizal Ridwan mengaku sudah meninjau kondisi jalan dan tanah retak di salah satu ruas jalan Sumbar-Riau, terutama di Nagari Koto Alam.

Bahkan, Ferizal juga sudah meminta pihak nagari mengevakusi seluruh warga yang bermukim di sekirar lokasi. Karena, intensitas hujan hingga saat ini masih tinggi.

Berdasarkan data di lapangan, akibat tanah retak di Nagari Koto Alam, meyebabkan empat unit rumah tercatat mengalami rusak parah.

“Saya sudah ke sana, saya minta agar Walinagari Koto Alam segera mengevakusi warga di sekitar lokasi. Terutama warga yang bermukim di dekat lereng bukit, karena sangat berbahaya,” ujarnya kepada Langgam.id, Jumat (20/12/2019).

Tidak hanya itu, menurut Ferizal, Pemerintah Daerah (Pemda) juga akan segera melaporkan peristiwa itu ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar.

“Soal penangan jalan, kita laporkan ke provinsi, agar segera dilakukan kajian serta penanganan lebih lanjut,” jelasnya.

Sementara itu, Yon Aditia (29) soerang pemuda asli Nagari Koto Alam mengatakan, pergerakan tanah di tepi jalan penghubung Sumbar-Riau merupakan daerah rawan longsor, dan retakan tanah semakin besar sejak hujan melanda Kabupaten Limapuluhkota beberapa hari belakangan.

Akibat retakan tanah itu, kata Yon, enam unit rumah rusak. “Ada lima unit rumah yang nyaris amblas, saat ini sudah semakin turun, penunurnannya sekira empat meter dari badan jalan. Sementara lebar retakan tanah sudah mencapai tiga meter, dengan panjang sekira 50 meter,” ujarnya.

Pengendara dan warga setempat, kata Yon, mengaku sudah mulai khawatir dengan keadaan tersebut. Retakan tanah juga sudah semakin terlihat di aspal jalan, terutama di lenreng juran dan perbukitan terjal.

“Kita khawatir jika tiba-tiba amblas dan memakan korban jiwa. Mudah-mudahan kondisi ini cepat ditangani,” katanya.

Hal yang senada juga disampaikan salah seorang supir angkutan barang, Zaidan Adli (43), menurutnya retakan tanah di daerah itu sudah semakin jelas terlihat hingga ke aspal jalan.

“Beberapa titik retakan di badan jalan mulai terlihat, dari Bandrek House hingga ke Nagagri Koto Alam,” ucapnya. (ICA/ZE)

Baca Juga

M. FAJAR RILLAH VESKY
Halaban, Penyambung Nafas Republik yang Terlupakan
Bencana banjir dan tanah longsor yang terus berulang di berbagai wilayah Indonesia sepanjang 2024 dan 2025 tidak bisa lagi dilihat sebagai
Politik Ekstraktif dan Bencana Ekologis: Ketika Sistem Kekuasaan Indonesia Mengorbankan Alam dan Rakyat
Warga Gugat Negara: Menuntut Keadilan Atas Bencana Ekologis di Sumatera Barat
Warga Gugat Negara: Menuntut Keadilan Atas Bencana Ekologis di Sumatera Barat
Hujan yang masih belum reda hingga Kamis sore (27/11/2025) menunda niat Kapolsek Palembayan, AKP Alwiz S pulang dari Jorong Subarang Laweh
Cerita Kapolsek Palembayan Hilang Kontak Terjebak Galodo
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi atau disapa dengan sebutan KDM (Kang Dedi Mulyadi) memborong kebutuhan di Pasar Raya Padang
Bantu Korban Bencana Sumatra, Gubernur Jabar KDM Borong Sembako di Pasar Raya Padang
Galodo yang melanda Sumatera Barat beberapa minggu terakhir kembali membuka luka ekologis yang selama ini tersembunyi di balik
Jika Kebijakan Tegas pada Perusak Alam, Maka Siklon Tropis Tak Akan Menjadi Bencana