Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan angka kemiskinan ekstrem di Sumatera Barat (Sumbar) pada tahun terakhir. Sejak Maret 2023 hingga Maret 2024, seluruh provinsi di pulau Sumatera alami penurunan tingkat kemiskinan ekstrem, kecuali provinsi Sumatera Barat. Pada hal awalnya kemiskinan ekstrem di Sumatera Barat tidak begitu tinggi.
Fenomena ini memicu kekhawatiran, mengingat kemiskinan ekstrem telah menjadi salah satu program strategis pemerintah daerah. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa angka kemiskinan ekstrem terus meningkat meskipun berbagai upaya telah dilakukan? Apa yang menjadi penyebab utamanya, dan bagaimana langkah yang efektif untuk menurunkannya?
Faktor Penyebab Kemiskinan Ekstrem
Beberapa faktor berperan dalam peningkatan angka kemiskinan ekstrem di Sumbar. Pertama, kondisi perekonomian yang tidak merata di wilayah ini. Sumbar masih sangat bergantung pada sektor pertanian, yang rentan terhadap fluktuasi harga komoditas, bencana alam, dan perubahan iklim. Sektor ini belum cukup kuat untuk menopang penghasilan masyarakat pedesaan yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan. Ketika harga komoditas turun atau terjadi bencana alam, penghasilan petani berkurang drastis, dan mereka semakin terperosok ke dalam kemiskinan ekstrem.
Kedua, ketimpangan pembangunan antar daerah di Sumbar juga menjadi faktor signifikan. Meskipun pemerintah daerah telah menetapkan berbagai program pengentasan kemiskinan, implementasinya sering tidak merata. Daerah-daerah yang terpencil atau terisolasi sering kali kurang terjangkau oleh program-program tersebut, sehingga manfaatnya tidak dirasakan oleh masyarakat yang paling membutuhkan.
Ketiga, keterbatasan akses terhadap pendidikan dan kesehatan juga memperparah kondisi kemiskinan ekstrem. Masyarakat miskin yang tidak memiliki akses memadai terhadap pendidikan cenderung tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja yang lebih modern dan produktif. Sementara itu, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang terjangkau membuat mereka rentan terhadap penyakit, yang pada gilirannya mengurangi kemampuan untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan.
Bantuan Sosial dan Efektivitasnya
Bantuan sosial telah menjadi salah satu alat utama pemerintah dalam upaya mengurangi kemiskinan ekstrem. Namun, meskipun penting, bantuan sosial tidak selalu cukup untuk menghapus kemiskinan ekstrem secara berkelanjutan. Bantuan bersifat sementara dan cenderung hanya menjadi solusi jangka pendek. Bantuan tunai atau bantuan sembako, misalnya, mungkin dapat meringankan beban masyarakat miskin untuk sementara, tetapi tidak memberikan solusi jangka panjang terhadap masalah struktural yang mendasari kemiskinan.
Sebagai contoh, beberapa hari terakhir pemerintah daerah Sumbar meluncurkan program bantuan satu juta bibit unggas dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Meskipun program ini terlihat baik di permukaan, efektivitasnya masih diragukan. Program seperti ini memerlukan pendampingan yang berkelanjutan, akses ke pasar, dan keterampilan wirausaha agar bibit unggas tersebut dapat benar-benar menjadi sumber penghasilan berkelanjutan bagi masyarakat. Tanpa pendampingan dan dukungan yang tepat, bantuan ini berisiko tidak memberikan dampak yang signifikan.
Langkah Efektif Mengurangi Kemiskinan Ekstrem
Untuk menurunkan kemiskinan ekstrem secara signifikan dan berkelanjutan, pemerintah daerah perlu mengambil langkah-langkah yang lebih komprehensif. Pertama, diperlukan pendekatan yang fokus pada pemberdayaan masyarakat miskin, bukan hanya memberikan bantuan secara langsung. Program-program pemberdayaan yang memberikan akses kepada masyarakat untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan ekonomi akan lebih efektif dalam jangka panjang.
Kedua, pemerintah harus memastikan bahwa program-program pengentasan kemiskinan diterapkan secara merata dan adil, terutama di daerah-daerah yang terpencil. Pembinaan dan pelatihan bagi masyarakat di sektor-sektor ekonomi lokal seperti pertanian, peternakan, dan industri kreatif perlu ditingkatkan agar mereka bisa mandiri secara ekonomi.
Ketiga, infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan telekomunikasi di daerah-daerah miskin harus segera diperbaiki. Infrastruktur yang baik akan membuka akses masyarakat miskin terhadap pasar yang lebih luas, layanan pendidikan, dan kesehatan yang lebih baik. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga dapat menciptakan lapangan kerja baru yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Keempat, kolaborasi dengan sektor swasta dan masyarakat sipil harus diperkuat. Peran sektor swasta dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan akses pasar bagi produk-produk lokal sangat penting. Pemerintah juga harus mendorong kemitraan yang berkelanjutan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat miskin dalam menjalankan usaha atau mengelola sumber daya lokal.
Kesimpulan
Peningkatan kemiskinan ekstrem di Sumatera Barat bukanlah hasil dari satu faktor tunggal, tetapi merupakan kombinasi dari masalah struktural dan implementasi kebijakan yang kurang merata. Bantuan sosial, meskipun penting, tidak cukup untuk menyelesaikan masalah kemiskinan ekstrem secara berkelanjutan.
Solusi yang lebih efektif memerlukan pendekatan yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat, peningkatan infrastruktur, dan kolaborasi dengan sektor swasta. Hanya dengan cara ini, pemerintah daerah dapat menurunkan angka kemiskinan ekstrem dan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera di masa depan.
*Penulis: Prof. Dr. Syafruddin Karimi, SE. MA (Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Andalas)