Oleh: Kevin Philip
Menjelang pendaftaran calon kepala daerah pada 27-29 Agustus 2024, konstelasi politik di Bukittinggi masih belum sepenuhnya stabil. Hal ini dipengaruhi oleh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memungkinkan partai tanpa kursi di parlemen untuk mengusung calon kepala daerah, asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Hingga saat ini, tampaknya hanya akan ada tiga pasangan calon yang berkompetisi dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024. Ketiga pasangan tersebut adalah Erman Safar-Heldo Haura, Ramlan Nurmatias-Ibnu Asis, dan Nofil Anoverta-Frisdoreja. Meskipun Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) belum menyatakan dukungan, konfigurasi politik yang ada menunjukkan bahwa jika kedua partai tersebut bersatu dengan partai non-parlemen di Bukittinggi, mereka bisa mencalonkan pasangan kepala daerah sendiri.
Peta Kekuatan dan Dukungan Partai
Koalisi partai politik yang mengusung calon menjadi faktor penting dalam kontestasi ini. Erman Safar, sebagai petahana, didukung oleh koalisi yang terdiri dari Gerindra, NasDem, Golkar, dan PKB. Kombinasi partai besar ini tentunya memberikan dukungan signifikan dalam hal sumber daya dan jaringan politik.
Ramlan Nurmatias, mantan Wali Kota sebelum Erman Safar, berpasangan dengan Ibnu Asis, yang merupakan Ketua PKS Kota Bukittinggi. PKS berhasil memenangkan Pemilu 2024 dan mesin politiknya masih sangat efektif, terutama di kalangan akar rumput. Kombinasi Ramlan yang memiliki rekam jejak sebagai Wali Kota dan Ibnu Asis yang mengendalikan basis suara PKS, menjadikan pasangan ini sebagai ancaman serius bagi Erman Safar.
Sementara itu, pasangan Nofil Anoverta-Frisdoreja yang maju sebagai calon independen, meskipun memiliki keterbatasan dalam hal dukungan partai, mereka bisa menjadi kuda hitam jika berhasil menggalang dukungan dari pemilih yang tidak puas dengan dua pasangan lainnya.
Visi, Misi, dan Program Kerja: Tantangan bagi Setiap Kandidat
Di Bukittinggi, visi, misi, dan program kerja (progul) dari calon Wali Kota menjadi salah satu variabel penting dalam menentukan pilihan pemilih. Kota ini memiliki sejarah di mana petahana sering kali gagal memenangkan kembali jabatan mereka, menandakan bahwa masyarakat Bukittinggi adalah pemilih yang rasional dan kritis terhadap kinerja pemerintahan sebelumnya.
Setiap pasangan calon perlu mengajukan visi dan misi yang tidak hanya menarik, tetapi juga realistis dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Program kerja yang mereka tawarkan harus mampu memberikan solusi konkret bagi permasalahan yang dihadapi Bukittinggi, seperti pengelolaan pariwisata, peningkatan ekonomi lokal, serta penataan kota yang lebih baik.
Kualitas Personal dan Karisma
Selain visi dan misi, kualitas personal dan karisma calon juga menjadi faktor krusial. Bukittinggi dikenal dengan masyarakatnya yang menilai pemimpin berdasarkan 3T: Tokoh, Takah dan Tageh. Oleh karena itu, setiap calon harus mampu menunjukkan integritas, pengalaman, dan kapabilitas mereka dalam memimpin. Erman Safar sebagai petahana tentu memiliki keunggulan dalam hal pengalaman, namun Ramlan Nurmatias memiliki kelebihan dalam hal rekam jejak sebagai mantan Wali Kota yang sudah dikenal.
Nofil Anoverta, sebagai calon independen, mungkin memiliki tantangan lebih besar dalam hal ini, tetapi jika ia mampu menunjukkan karisma dan kualitas personal yang kuat, bukan tidak mungkin ia dapat menarik simpati pemilih yang mencari alternatif dari dua calon lainnya.
Isu dan Sentimen Lokal: Membangun Koneksi dengan Pemilih
Dalam setiap kontestasi politik, isu dan sentimen lokal sering kali menjadi faktor penentu. Di Bukittinggi, isu-isu seperti pengelolaan pariwisata, revitalisasi pasar, ekonomi lokal, kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kualitas pendidikan menjadi perhatian utama pemilih. Para calon Wali Kota harus mampu merespons isu-isu ini dengan solusi yang konkret dan terukur.
Selain itu, unsur kedaerahan juga memainkan peran penting, terutama dalam konteks Kurai yang sangat kuat di Bukittinggi. Setiap calon harus mampu membangun koneksi yang kuat dengan masyarakat lokal dan menunjukkan bahwa mereka memahami dan menghormati nilai-nilai lokal yang ada.
Akankah Kontestasi Ketat atau Dominasi?
Melihat peta kekuatan dan dinamika politik saat ini, kontestasi Pilkada Bukittinggi 2024 tampaknya akan berlangsung ketat. Meskipun Erman Safar memiliki keunggulan sebagai petahana dengan dukungan koalisi partai besar, tantangan serius datang dari Ramlan Nurmatias yang didukung oleh PKS yang memiliki basis pemilih militan. Sementara itu, Nofil Anoverta sebagai calon independen bisa menjadi faktor kejutan jika ia mampu menarik pemilih yang menginginkan perubahan dari status quo.
Pada akhirnya, keberhasilan setiap calon dalam memenangkan hati pemilih Bukittinggi akan sangat bergantung pada bagaimana mereka mempresentasikan visi, misi, dan program kerja mereka, serta bagaimana mereka membangun koneksi dengan masyarakat lokal melalui isu-isu yang relevan dan sentimen lokal yang kuat. (*)
Kevin Philip adalah Asisten Peneliti Spektrum Politika