Mengatasi Perilaku Menyimpang Peserta Didik di Era Digital

Mengatasi Perilaku Menyimpang Peserta Didik di Era Digital

Ilustrasi Prilaku Menyimpang. Foto: Pixabay

Di era digital saat ini, remaja sering kali mencari identitas diri dengan cara yang kurang positif, sehingga memunculkan perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang yang sering kali disebabkan oleh kurangnya kemampuan mengendalikan diri dan kecenderungan untuk menetapkan standar perilaku sendiri serta meremehkan keberadaan orang lain.

Perilaku menyimpang (juvenile delinquency) adalah tindakan jahat atau kenakalan yang dilakukan oleh peserta didik, mencerminkan gejala gangguan akibat pengabaian sosial terhadap diri mereka. Akibatnya, mereka mengembangkan perilaku menyimpang. Anak-anak yang melakukan penyimpangan ini disebut juga sebagai anak-anak dengan cacat sosial, yang menderita cacat mental akibat pengaruh sosial di lingkungan mereka.

Kenakalan siswa umumnya merupakan hasil dari peraturan yang keras dari orang tua, anggota keluarga, dan lingkungan sekitar. Beberapa bentuk perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh siswa antara lain bolos, mengobrol saat pembelajaran, meninggalkan sekolah saat jam pelajaran, merokok, tidak mengerjakan PR, tidak memakai seragam sekolah, sering terlambat, menyontek, dan berpacaran.

Penyebab Kenakalan Remaja

  1. Keluarga: Faktor ini mencakup keluarga yang tidak normal (broken home) dan jumlah anggota keluarga yang tidak menguntungkan.
  2. Pendidikan Formal: Faktor ini meliputi perilaku guru yang tidak adil, hukuman yang tidak mendukung tujuan pendidikan, ancaman berkelanjutan, disiplin yang terlalu ketat, serta hubungan yang tidak harmonis antara peserta didik dan pendidik.
  3. Masyarakat: Faktor masyarakat mencakup kemiskinan dan kekayaan yang menciptakan bahaya besar bagi jiwa manusia. Anak-anak dari keluarga miskin sering merasa rendah diri dan berusaha mengikuti gaya hidup remaja kaya yang sering kali berlebihan dan boros, sehingga muncul perilaku menyimpang sebagai bentuk kompensasi.

Hubungan Keluarga terhadap Perilaku Menyimpang Siswa

Perhatian orang tua memainkan peran penting dalam membentuk perilaku anak-anak. Anak-anak yang mendapatkan perhatian cukup dari orang tua, termasuk pengawasan, kasih sayang, dan keterlibatan dalam kegiatan sehari-hari, cenderung menunjukkan perilaku yang lebih baik. Ketika orang tua terlibat dalam pendidikan dan aktivitas anak-anak mereka, mereka dapat membantu mengarahkan anak-anak ke arah yang positif.

Keluarga adalah tempat pertama anak-anak belajar nilai-nilai dan norma sosial. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mendukung dan menanamkan nilai-nilai positif cenderung mengikuti perilaku yang baik. Sebaliknya, keluarga yang kurang harmonis atau tidak mendukung dapat menyebabkan anak-anak mengembangkan perilaku menyimpang.

Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak juga sangat penting. Keterbukaan dan kepercayaan memungkinkan anak merasa nyaman untuk berbicara tentang masalah atau kekhawatiran mereka, sehingga orang tua dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang diperlukan.

Pendidikan yang diberikan oleh orang tua, baik formal maupun informal, berpengaruh besar terhadap perilaku anak. Orang tua yang mendidik anak-anak mereka dengan cara yang bijaksana dapat membantu mereka mengembangkan sikap dan perilaku positif. Selain itu, lingkungan keluarga yang stabil dan penuh kasih sayang memberikan rasa aman bagi anak-anak. Anak-anak yang merasa dicintai dan aman lebih cenderung memiliki perilaku yang baik dan mampu mengatasi tekanan sosial dengan lebih baik.

Terakhir, penerapan disiplin yang konsisten dan pengawasan yang memadai membantu anak-anak memahami batasan dan mencegah perilaku menyimpang. Disiplin yang adil dan pengawasan yang baik memainkan peran kunci dalam membentuk perilaku anak-anak.

Hubungan Pendidikan Formal terhadap Perilaku Menyimpang Siswa

Pendidikan formal adalah faktor kedua yang mempengaruhi perilaku menyimpang siswa setelah pengaruh keluarga. Di lingkungan sekolah, siswa tidak hanya menerima materi pelajaran, tetapi juga mulai berinteraksi dengan teman sebaya dan mengembangkan jati diri mereka.

Jika lingkungan sosial di sekolah positif, siswa cenderung mengembangkan perilaku yang baik. Sebaliknya, jika mereka terpapar pada kelompok teman yang negatif atau terlibat dalam pergaulan yang tidak sehat, perilaku mereka bisa terpengaruh secara negatif. Lingkungan sekolah yang tidak mendukung juga dapat menyebabkan siswa mengembangkan perilaku menyimpang, dengan faktor-faktor seperti bullying, tekanan dari teman sebaya, dan ketidakadilan perlakuan guru berdampak buruk pada siswa. Siswa yang merasa tidak diterima atau diperlakukan tidak adil mungkin merespons dengan perilaku yang tidak diinginkan.

Guru memainkan peran penting dalam membentuk perilaku siswa, tidak hanya dengan mengajarkan materi akademik tetapi juga dengan memberikan teladan dalam sikap dan perilaku. Guru yang adil, empatik, dan konsisten dalam memberikan disiplin dapat membantu siswa memahami dan mematuhi norma-norma perilaku positif. Kebijakan dan aturan yang diterapkan di sekolah juga mempengaruhi perilaku siswa. Sekolah dengan kebijakan disiplin yang jelas dan konsisten menciptakan lingkungan terstruktur yang mendukung perkembangan perilaku baik, sementara kebijakan yang tidak konsisten atau tidak adil dapat menyebabkan kebingungan dan perilaku menyimpang.

Sekolah juga perlu memberikan bimbingan dan dukungan sosial serta emosional kepada siswa. Program bimbingan yang efektif membantu siswa mengatasi masalah pribadi dan sosial serta memberi mereka keterampilan untuk menghadapi tantangan. Dukungan ini sangat penting untuk mencegah perilaku menyimpang dan membantu siswa beradaptasi dengan baik di lingkungan sekolah. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni, atau klub akademik dapat mempengaruhi perilaku siswa secara positif. Kegiatan ini memberikan outlet sehat untuk energi dan minat siswa, berhubungan dengan pengembangan keterampilan sosial dan kepemimpinan yang baik, serta mengurangi kemungkinan perilaku menyimpang.

Hubungan Masyarakat terhadap Perilaku Menyimpang Siswa

Masyarakat memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku siswa di luar lingkungan sekolah. Hubungan antara masyarakat dan perilaku siswa sangat kompleks, dan berbagai faktor dalam komunitas dapat berdampak signifikan pada perkembangan perilaku siswa.

Lingkungan sosial dan ekonomi memiliki dampak signifikan terhadap perilaku siswa. Kondisi sosial dan ekonomi di masyarakat, seperti tingkat kemiskinan tinggi atau ketidaksetaraan ekonomi, dapat mempengaruhi dukungan sosial dan sumber daya yang tersedia. Anak-anak dari latar belakang ekonomi kurang beruntung sering kali merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang lebih mewah atau mengatasi perasaan rendah diri, yang dapat mendorong mereka ke perilaku menyimpang sebagai bentuk kompensasi atau pelarian.

Selain itu, pengaruh teman sebaya memainkan peran penting dalam membentuk perilaku siswa. Mereka mungkin terdorong untuk mengikuti norma dan perilaku kelompok teman sebaya mereka, termasuk perilaku menyimpang, untuk diterima dalam kelompok. Peran model sosial juga sangat berpengaruh, di mana perilaku individu dewasa seperti tokoh masyarakat atau orang tua teman dapat membentuk pandangan siswa tentang perilaku yang dapat diterima.

Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan juga mempengaruhi perilaku siswa. Komunitas yang aktif dalam mendukung pendidikan melalui program mentoring, kegiatan sukarelawan, atau dukungan finansial, cenderung memberikan pengaruh positif. Sebaliknya, kurangnya dukungan dapat meninggalkan siswa tanpa bimbingan yang diperlukan, meningkatkan kemungkinan perilaku menyimpang. Pengawasan sosial yang aktif, seperti program komunitas yang menyediakan tempat aman dan kegiatan luar sekolah, dapat mengurangi kemungkinan perilaku menyimpang.

Terakhir, norma dan nilai budaya dalam masyarakat juga berperan, di mana budaya yang menekankan disiplin, kerja keras, dan nilai-nilai positif umumnya mendorong perilaku baik, sedangkan budaya yang mengabaikan nilai-nilai tersebut dapat mempengaruhi siswa untuk mengembangkan perilaku menyimpang.

Secara keseluruhan, masyarakat berperan besar dalam membentuk perilaku siswa. Lingkungan sosial dan ekonomi, pengaruh teman sebaya, model sosial, keterlibatan dalam pendidikan, pengawasan sosial, dan norma budaya semuanya mempengaruhi perilaku siswa. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk bekerja sama dengan sekolah dan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan perilaku positif dan mengurangi risiko perilaku menyimpang.

Penulis: Meldawati, Desva Usifa, Meysa Afni Safitry Sekolah Tinggi Agama Islam Solok Nan Indah Prodi Pendidikan Agama Islam

Tag:

Baca Juga

Program 'Smart Surau' Jadi Andalan Fadly Amran Tingkatkan Pendidikan Religius di Kota Padang
Program 'Smart Surau' Jadi Andalan Fadly Amran Tingkatkan Pendidikan Religius di Kota Padang
Pemko Padang Lakukan Percepatan Sertifikasi Halal
Pemko Padang Lakukan Percepatan Sertifikasi Halal
Debat Pertama Pilgub Sumbar: Pakar Nilai Emosi Mendominasi, Data dan Kebijakan Terabaikan
Debat Pertama Pilgub Sumbar: Pakar Nilai Emosi Mendominasi, Data dan Kebijakan Terabaikan
Mahyeldi Sebut Kabupaten Solok Peringkat 17 di Sumbar, Epyardi Klaim Terbaik dalam Pelayanan Publik, Bagaimana Faktanya?
Mahyeldi Sebut Kabupaten Solok Peringkat 17 di Sumbar, Epyardi Klaim Terbaik dalam Pelayanan Publik, Bagaimana Faktanya?
Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan menghadiri Rapat Paripurna DPRD dengan agenda memberikan jawaban atas Pandangan Umum
Sutan Riska Sampaikan Jawaban Atas Pandangan Umum Fraksi DPRD Soal Ranperda APBD 2025
Sutan Riska Hadiri Paripurna DPRD Penyampaian Pandangan Umum Fraksi tentang Ranperda APBD 2025
Sutan Riska Hadiri Paripurna DPRD Penyampaian Pandangan Umum Fraksi tentang Ranperda APBD 2025