Di Balik Kesuksesan Pengusaha Minang

Orang Minang pasti pandai berdagang” Guyonan tersebut  bukan tanpa landasan,  karena memang orang Minang terkenal sebagai etnis yang suka merantau dan berdagang di mana pun perantauan mereka. Apa sebenarnya yang menjadi faktor kesuksesan pengusaha Minangkabau?.  

Sebagai salah satu etnis yang terkenal dengan keberagaman tradisi lisan yang masih terjaga hingga saat ini. Begitu banyak pepatah petitih yang menjadi nasehat yang dipegang teguh oleh masyarakat Minangkabau, di antaranya adalah falsafah “Karatau madang diulu, babuah babungo balun, ka rantau bujang dahulu, di rumah paguno balun” (merantaulah kamu terlebih dahulu, kalau di rumah belum ada yang bisa dibantu). Inilah alasan utama yang menyebabkan orang Minangkabau merantau, memang sedikit terdengar kejam, sebab adat Minangkabau menganjurkan setiap pemuda yang belum menikah untuk pergi merantau.

Falsafah di atas bukanlah sebuah tuntukan wajib  bagi setiap laki- laki Minangkabau, tetapi hanya bersifat anjuran jika sekiranya tidak ada pekerjaan atau kegiatan di kampung halaman. Rantau tidak hanya saat mereka keluar dari daerah Minangkabau atau Sumatera Barat saja, tetapi saat mereka telah keluar dari kampung halaman sendiri, sudah disebut dengan merantau. Mereka tidak hanya merintis usaha di perantauan, tetapi juga di kampung halaman.

Di antara tujuan utama merantau adalah untuk membantu memperbaiki perekonomian keluarga di kampung halaman, sebab jika kelak sukses di perantauan mereka akan mengirimkan uang untuk membantu keluarga di rumah. Di perantauan tentu saja banyak tantangan dan rintangan yang ditemui, mereka dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dan bisa bertahan menghadapi ujian di perantauan. Ternyata ada prinsip yang selalu dipegang teguh oleh orang Minang dalam berwirausaha, prinsip ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor keluarga dan agama.

Keluarga menjadi faktor penting dalam kesuksesan orang Minangkabau, dikenal dengan sistem matrilineal yang unik, dimana sistem kekerabatan diwarisi dari pihak ibu. Dalam struktur sosial Minangkabau dikenal dengan sistem Basuku artinya orang minangkabau memiliki kelompok atau klan sesuku yang sangat solid dan saling bahu membahu dalam hal apapun. Jika ada salah satu dari keluarga mereka yang sukses dalam berwirausaha, mereka akan merekrut karyawan dari keluarga mereka terlebih dahulu, jika tidak ada baru dari orang lain. Sistem seperti ini mendorong kesejahteraan di kalangan keluarga, sehingga dapat mengangkat perekonomian dan martabat kelurga atau suku mereka.

Dari semua prinsip yang dipegang oleh orang Minangkabau dalam berwirausaha, semua ini tidak terlepas dari faktor agama yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Agama Islam adalah bagian yang telah mendarah daging dalam diri masyarakat Minang, sebab agama begitu tertancap kuat dan menjadi pedoman dalam kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari falsafah yang telah mengakar dalam budaya Minangkabau yaitu “Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” artinya segala sesuatu dalam sistem kehidupan orang Minangkabau selalu dalam kerangka syarak atau aturan agama. Semua keputusan, dan tujuan dalam hidup dan usaha, tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama, sehingga para pengusaha Minangkabau mempunyai suatu pegangan dalam membangun usaha mereka. Kejujuran adalah harga mati yang tidak boleh ditawar.

Sejak kecil para pemuda di didik di Surau (Mushala), disini mereka ditempa dengan pemahaman yang benar. Di Surau karakter mereka dibentuk, belajar akhlak terpuji agar bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan. Mereka tidak belajar dengan orang seumuran saja, tetapi juga dengan orang yang lebih besar serta lebih kecil dari mereka. Disini mereka belajar secara langsung bagaimana  tata krama dan sopan santun, hal ini yang membentuk karakter orang Minangkabau, sehingga nya dalam berwirausaha mereka menjunjung tinggi nilai- nilai keislaman seperti kejujuran.

Nilai- nilai agama memiliki peran yang sangat besar bagi pengusaha Minang dalam menjalankan bisnis mereka. Tingkat spiritualitas menjadi faktor yang sangat besar dalam menghadapi naik turun bisnis atau usaha. Ketika mereka terpuruk, bisnis mereka jatuh  maka Tuhan adalah tempat mengadu, bagaimana mereka menerapkan kesabaran serta keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Agama adalah benteng terakhir bagi pengusaha Minangkabau, ketika ada ujian mereka sudah paham tentang arti kesabaran dalam menghadapi ujian, ketika mereka sukses mereka juga yakin bahwa apa yang mereka miliki adalah rezeki yang tuhan titipkan untuk mereka.

Ternyata dibalik kesuksesan pengusaha Minangkabau, ada beberapa prinsip serta faktor yang mempengaruhi dan mereka pegang. Diantaranya adalah nilai- nilai adat, budaya dan sistem kekerabatan. Agama menjadi faktor yang besar dalam mendorong kesuksesan wirausaha Minangkabau, ajaran agama menjadi tameng dalam menghadapi kesulitan bisnis, menjadi pembatas apabila mereka sukses agar mereka tidak sombong atas keberhasilan. Semoga semua prinsip yang dipegang tetap diwariskan ke generasi berikutnya, agar kekayaan nilai- nilai budaya tetap lestari.

*Penulis: Wahyu Saptio Afrima (Mahasiwa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Anggota team Wira Muda Minangkabau dalam penelitian Program Kreativitas Mahasiswa)

Baca Juga

Orientalisme telah lama menjadi topik diskusi dalam kajian keislaman, terutama ketika dikaitkan dengan motif-motif politik dan misionaris
Kritik Orientalisme: Membongkar Bias Barat terhadap Dunia Islam
Operasi Tangkap Tangan (OTT) telah menjadi instrumen yang sangat efektif dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Meski demikian,
OTT Itu Penting: Sebuah Bantahan untuk Capim KPK Johanis Tanak
Pada tahun 2024 ini pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan digelar di 10.846 tempat pemungutan suara (TPS) dengan jumlah pemilih
Menolak Politik Uang: Menjaga Integritas Demokrasi di Sumatra Barat
Konsep multiverse atau "alam semesta jamak" telah lama menarik perhatian ilmuwan dan filsuf sebagai cara untuk memahami potensi keberadaan
Multiverse: Dimensi Paralel dalam Sains dan Budaya Populer
Pasaman Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatra Barat, dikenal dengan keberagaman etnis dan budayanya. Wilayah ini dihuni oleh
Romantisme Asimilasi di Pasaman Barat
Indak karambia amak ang ko do..!" Ungkapan dalam bahasa Minang itu pernah terlontar dari Bapak Republik ini kepada kolonial Belanda yang saat
Amarah Tan Malaka: Umpatan dalam Bahasa Minang kepada Kolonial Belanda