Viralnya Anak SMP Menghina Korban Genosida di Palestina: Pentingnya Moral dan Etika dalam Penggunaan Media Sosial

Viralnya Anak SMP Menghina Korban Genosida di Palestina: Pentingnya Moral dan Etika dalam Penggunaan Media Sosial

Wianda Alya Pandini. (Foto: Dok. Pribadi)

Peristiwa berdarah yang terjadi di Palestina yang tak kunjung usai hingga detik ini memang mengundang banyak perhatian publik dari berbagai belahan dunia. Banyak publik yang mengecam aksi genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina. Pasalnya ini bukan lagi tentang agama melainkan rasa kemanusiaan. Beberapa negara juga tercatat telah mengirimkan bantuan kepada korban genosida, baik melalui jalur darat, air dan udara. Indonesia juga menjadi salah satu negara yang mengirimkan bantuan ke Palestina berupa bantuan logistik, obat-obatan dan sejumlah alat kesehatan. Selain itu, dukungan untuk Palestina juga banyak dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia, mulai dari aksi bela Palestina, aksi boikot produk-produk Israel dan postingan di media sosial, hingga yang baru-baru ini adalah postingan “All Eyes on Rafah”.

Namun di tengah-tengah gempuran peristiwa tersebut, Indonesia juga mengalami krisis pemahaman moral dan etika dalam penggunaan media sosial. Belakangan ini viral video anak SMP di Jakarta yang menghina Palestina. Seperti yang kita ketahui bahwa media sosial memang banyak memberikan manfaat bagi kehidupan kita. Akan tetapi, etika dan moral dalam bermedia sosial jauh lebih penting bagi penggunanya. Berdasarkan video yang beredar di media sosial, terlihat anak SMP di Jakarta tersebut sedang makan di salah satu restoran cepat saji yang diketahui telah diboikot. Dalam video tersebut salah satu dari mereka berkata bahwa tulang yang dimakan itu adalah tulang anak Palestina. Lalu disambung oleh anak lainnya yang mengatakan bahwa saos yang dicocolnya itu merupakan darah dari anak Palestina.

Pasca viralnya video anak SMP yang menghina korban genosida di Palestina, ramai publik yang mengecam hal tersebut. Banyak orang yang sangat menyayangkan peristiwa itu di tengah-tengah gempuran aksi publik yang membela Palestina. Peristiwa tersebut telah menunjukkan perkembangan teknologi saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan drastis, salah satu yang paling populer ialah media sosial. Media sosial merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk bersosialisasi secara online antara satu sama lain. Etika dan moral dalam bermedia sosial di kalangan generasi muda, terutama generasi z tentunya menjadi subjek utama pengaruh perkembangan teknologi terhadap kearifan budaya Indonesia. Tentu saja aksi yang dilakukan oleh anak SMP tersebut sangat jauh dari budaya bangsa Indonesia dan menurut publik aksi tersebut telah menurunkan image Indonesia.

Ada beberapa point penting mengapa etika dan moral itu sangat diperlukan dalam bermedia sosial,yaitu:

  1. Perantara Komunikasi

Berkomunikasi lewat media sosial memberikan dorongan kita untuk lebih memilah kata dan bahasa yang tepat dalam menyampaikan informasi yang lebih nyaman dan efektif.

  • Penyalur Edukasi

Perkembangan teknologi dan media sosial berperan sebagai wadah yang mengedukasi dalam memberikan informasi yang bersifat edukatif tanpa adanya unsur SARA, sehingga generasi muda dapat menggunakan media sosialnya untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila.

  • Menghindari Berita Palsu

Di teangah berseliwerannya berita maupun konten di media sosial, kita sebagai generasi muda juga harus cerdas dalam menyeleksi setiap informasi yang kita terima agar tidak termakan berita atau informasi hoax.

Menurut Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengenai setiap orang yang sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan un tuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Sanksi pidana Pasal 28 ayat (2) diatur dalam Pasal 45 ayat (2) yang berbunyi: “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak 1 miliar rupiah. Walaupun sudah ada hukum yang mengatur bagaimana etika dalam bermedia sosial, tetapi realitanya masih ada saja konten-konten di media sosial yang menimbulkan rasa kebencian. Hal itu membuktikan betapa minimnya pemahaman generasi muda dalam penggunaan media sosial.

Usai videonya viral, lima anak SMP tersebut akhirnya membuat video klarifikasi dan meminta maaf atas perbuatannya yang telah membuat heboh publik. Sebelumnya, Dinas Pendidikan DKI Jakarta juga akan memberikan sanksi wajib lapor selema sepekan untuk para pelajar yang viral tersebut. Viralnya kejadian tersebut memberikan pengalaman bagi pelaku dan pelajaran untuk generasi muda lainnya agar tetap bijak dalam menggunakan media sosial. Pemahaman etika dan moral dalam penggunaan media sosial sangatlah penting. Selain itu, juga dibutuhkan peran orang tua dalam mengontrol anak mereka yang masih remaja dalam bermedia sosial, karena perkembangan teknologi dan media sosial tidak selamanya memberikan dampak positif. Dan itu semua juga tergantung bagaimana pemahaman dan kontrol kita dalam penggunaan media sosial.

REFERENSI

Rokhayah, S. (2021, Juli 26) Etika bermedia sosial. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-pekalongan/baca-artikel/14086/Etika-BermediaSosial.html

Rustian, R. S. (2012, Maret 1). Apa itu sosial media. Universitas Pasundan.https://www.unpas.ac.id/apa-itu-sosial-media/

Stikes Banyuwangi. (2021, Oktober 26). 5 poin penting, Etika bermedia sosial wajib diketahui.https://stikesbanyuwangi.ac.id/etika-bermedia-sosial/

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008.

*Penulis: Wianda Alya Pandini (Mahasiswi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Urgensi Berpikir Kefilsafatan dalam Pengembangan Keilmuan di Indonesia
Urgensi Berpikir Kefilsafatan dalam Pengembangan Keilmuan di Indonesia
Wartawan Amplop: Ketika Uang Mengaburkan Fakta
Wartawan Amplop: Ketika Uang Mengaburkan Fakta
Etika Jurnalistik di Persimpangan: Perjuangan Melawan Wartawan Amplop
Etika Jurnalistik di Persimpangan: Perjuangan Melawan Wartawan Amplop
Ketika Hak Tolak Menjadi Pertahanan Utama untuk Jurnalisme Independen
Ketika Hak Tolak Menjadi Pertahanan Utama untuk Jurnalisme Independen
Seberapa Jauh Hak Tolak Bisa Melindungi Wartawan dari Ancaman?
Seberapa Jauh Hak Tolak Bisa Melindungi Wartawan dari Ancaman?
Marriage Is Scary: Memahami Ketakutan Akan Pernikahan dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Marriage Is Scary: Memahami Ketakutan Akan Pernikahan dan Bagaimana Cara Mengatasinya