Akhir-akhir ini banyak perbincangan di media sosial tentang lulusan Magister yang kesulitan mendapatkan pekerjaan. Banyak pula tanggapan yang datang dari berbagai sumber, termasuk dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Menurut Menteri Kemendikbud Nadiem Makarim “Hanya 20 persen mahasiswa lulusan yang bekerja sesuai program studinya”. Hal ini tidak hanya berlaku bagi lulusan sarjana saja, namun juga bagi lulusan program magister.
Gagasan bahwa lulusan S2 lebih sulit mendapatkan pekerjaan di Indonesia dibandingkan jenjang pendidikan lain, terutama gelar Sarjana, telah mendapat banyak perhatian. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa lulusan S2 lebih sulit mendapatkan pekerjaan?
Salah satu penyebabnya adalah apa yang dikenal sebagai "job-education mismatch", yaitu lulusan tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya. Menurut Nadiem Makarim, 80% pelajar Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusannya. Ada beberapa jurusan magister yang memiliki tingkat kesulitan kerja lebih tinggi dibandingkan jurusan lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja
- Kurangnya pengalaman kerja
- Kurangnya soft skill
- Persaingan ketat
Menyadari hal ini, Kemendikbud telah dan akan terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing lulusan magister di dunia kerja, antara lain:
- Meningkatkan mutu pendidikan magister
- Memperkuat koneksi dan matchmaking antara universitas dan DUDI
- Meningkatkan pelatihan soft skill bagi mahasiswa magister
- Membantu lulusan master mendapatkan pekerjaan
Selain itu, Kemendikbud juga mengajak kepada para lulusan magister untuk proaktif dalam mencari kerja. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
- Melakukan riset pasar kerja untuk mengidentifikasi peluang kerja yang sesuai dengan jurusan dan minat bakat
- Buat CV dan portofolio yang menarik
- Menghadiri pelatihan dan seminar tentang pencarian kerja
- Terhubung dengan para ahli di bidang relevan
- Berani melamar ke perusahaan lain meskipun belum memenuhi semua kualifikasi.
Kesimpulannya, meskipun memang ada beberapa lulusan magister yang mengalami kesulitan dalam mencari kerja, tidak berarti semua lulusan magister mengalami hal yang sama. Dengan upaya dari pemerintah dan proaktif dari para lulusan magister, diharapkan permasalahan ini dapat diatasi dan semakin banyak lulusan magister mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi dan minat mereka.
Penulis: Jaka Alam Artian merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas
Referensi: