Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang melimpah, telah menghasilkan sejumlah film yang menarik dan berkualitas tinggi. Industri film di Indonesia telah berkembang pesat sejak beberapa dekade terakhir, hal ini terlihat dari budaya perfilman Indonesia yang telah mengalami perubahan signifikan sejak era 90-an hingga saat ini.
Pada masa itu, perkembangan teknologi telah mulai membantu dalam pengembangan industri perfilman. Buktinya dapat dilihat dari bagaimana film dapat direkam secara massal melalui video tape, dan DVD yang mulai dikenal luas sehingga membuat film lebih mudah dinikmati. Budaya perfilman saat itu juga mencerminkan perkembangan sosial, politik, dan teknologi yang terjadi di Indonesia.
Era 90-an dianggap sebagai awal perkembangan industri film Indonesia yang signifikan, dengan film-film seperti “Masuk Kena Keluar Kena” (1992) juga film “Petualangan Sherina” (1999). Namun, budaya perfilman Indonesia saat ini telah berkembang menjadi lebih beragam dan kompleks, dengan berbagai genre dan tema yang mencerminkan kehidupan masyarakat Indonesia yang semakin dinamis dan global.
Perfilman era 90-an dan sekarang memiliki pengaruh yang signifikan dalam dunia perfilman. Genre film juga kian variatif meski tema-tema yang diusung terkadang latah, jika sedang ramai horor maka akan banyak yang mengambil tema horor, begitu juga dengan tema-tema remaja/anak sekolah.
Pada tahun 1998-2019, industri perfilman Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan yang ditandai oleh meningkatnya jumlah film yang diproduksi, jumlah penonton, jumlah film-film box office, dan juga jumlah bioskop. Hal tersebut ditandai oleh meningkatnya jumlah penonton film Indonesia hingga 51,7 juta penonton pada tahun 2019.
Salah satu perubahan signifikan adalah peningkatan kualitas produksi film, dari teknologi yang sederhana hingga teknologi digital terkini. Film-film Indonesia saat ini tidak hanya menampilkan cerita lokal, tetapi juga mengeksplorasi tema internasional seperti globalisasi, identitas, dan perubahan iklim. Film-film ini seringkali menggunakan bahasa dan gaya yang inovatif, mencerminkan kreativitas dan inovasi dalam industri film Indonesia.
Selain itu, peran film dalam menyebarkan budaya dan nilai-nilai lokal juga telah menjadi lebih penting. Film-film seperti “Agak Laen” (2024) yang tayang di Amerika menunjukkan bagaimana film Indonesia dapat menjadi platform untuk menyebarkan budaya dan nilai-nilai lokal ke luar negeri. Hal ini menunjukkan bagaimana budaya Indonesia dapat diakui dan diterima di tingkat internasional, menjadikan film sebagai alat yang efektif untuk mempromosikan identitas nasional.
Pengaruh media digital juga tidak terlepas dari perubahan ini. Dengan kemudahan akses internet dan media sosial, film-film Indonesia dapat dengan mudah diakses dan dilihat oleh audiens global. Hal ini memungkinkan film-film Indonesia untuk mencapai jangkauan yang lebih luas dan menarik perhatian dari audiens internasional.
Film Indonesia ternyata juga memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari film-film lainnya, terutama dalam hal eksplorasi budaya, kepercayaan, dan kontroversi. Salah satu keunikan utama adalah bagaimana film-film Indonesia seringkali mencerminkan dan mengeksplorasi budaya, kepercayaan, dan aspek-aspek sosial yang unik di Indonesia.
Misalnya, film-film horor Indonesia seringkali mengeksplorasi tema-tema yang terkait dengan kepercayaan dan kontroversi, menciptakan cerita yang menarik dan unik yang tidak ditemukan dalam film-film lainnya.
Selain itu, film Indonesia juga dikenal dengan keunikan dalam hal pendekatan terhadap genre tertentu. Misalnya, genre horor dan film dengan tema religi seringkali menjadi tren dan laris di Indonesia, menunjukkan bagaimana produser dan sutradara memanfaatkan tren tersebut untuk membuat film yang sesuai dengan selera penonton.
Namun, perkembangan ini juga menimbulkan tantangan. Salah satunya adalah tantangan dalam mempertahankan kualitas dan inovasi dalam produksi film, serta menjaga nilai-nilai lokal dalam budaya perfilman Indonesia.
Adapun tantangan lainnya yaitu kurangnya penekanan pada detail adegan dan penulisan cerita yang lebih kompleks dan variatif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun film Indonesia memiliki keunikan dalam hal eksplorasi budaya dan kepercayaan, masih ada ruang untuk perbaikan dalam hal penulisan dan pengembangan cerita.
Untuk itu, perlu ada upaya bersama dari industri film, pemerintah, dan masyarakat untuk memastikan bahwa budaya perfilman Indonesia tetap relevan dan menarik di tengah perubahan sosial dan teknologi.
Selain itu juga bisa didukung dengan cara menciptakan film yang tidak hanya menarik bagi penonten lokal tetapi juga memiliki potensi untuk menarik audiens internasional sehingga tetap menjaga identitas budaya sambil menyajikan cerita yang relatable secara universal.
Secara keseluruhan, budaya perfilman Indonesia saat ini telah berkembang menjadi lebih beragam dan kompleks, mencerminkan perkembangan sosial, politik, dan teknologi di Indonesia.
Meskipun ada tantangan, film-film Indonesia saat ini menunjukkan potensi besar untuk menyebarkan budaya dan nilai-nilai lokal ke seluruh dunia, serta menjadi wujud dari kreativitas dan inovasi dalam industri film Indonesia.
Penulis: Riri Putri (Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)