Langgam.id – Bank Indonesia memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat sepanjang tahun 2019 melambat dibandingkan tahun sebelumnya, didorong menurunnya pertumbuhan investasi swasta di daerah itu.
Kepala Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama A mengatakan turunnya tren investasi swasta sepanjang tahun ini memicu perlambatan pertumbuhan. Termasuk, rendahnya permintaan global dan maraknya kebijakan proteksionisme perdagangan internasional.
“Perkiraan kami pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun ini di rentang 4,8 persen – 5,2 persen, cenderung tumbuh stabil atau sedikit melambat dari tahun lalu,” katanya, Rabu (4/12/2019).
Menurutnya, investasi swasta berkontribusi penting untuk mendorong pertumbuhan dan menggerakkan laju perekonomian, sayangnya kondisi ekonomi membuat investasi cenderung melemah.
Wahyu menyarankan perlunya upaya mencari sumber-sumber ekonomi baru yang potensial menggerakkan ekonomi daerah.
“Untuk Sumbar, pilihan paling rasional adalah memaksimalkan sektor pariwisata dan industri turunnya,” ujar Wahyu.
Ia mengungkapkan banyak potensi pariwisata yang dimiliki Sumbar namun tidak dikelola dengan benar. Mulai dari potensi wisata alam, budaya, kuliner, inovasi produk UMKM, dan pengembangan sektor syariahnya.
Karena belum dikelola secara maksimal, investasi yang masuk ke sektor pariwisata juga terbilang kecil.
Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar mencatatkan kontribusi penanaman modal dalam negeri (PMDN) ke sektor itu hanya 4,53 persen atau hanya Rp104,6 miliar.
Begitu juga modal yang masuk melalui penanaman modal asing (PMA) hanya berkontribusi 15,27 persen atau sebesar US$ 27,6 juta.
Sementara itu, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk Sumbar dari angka yang ditargetkan Kementerian Pariwisata sebanyak 75.000 orang, hanya terealisasi 72,5 persen.
“Untuk itu, kami mengajak pemerintah daerah, tokoh-tokoh, dan lembaga, untuk bersinergi bersama bertransformasi dan berinovasi dalam pengembangan pariwisata Sumbar,” katanya.
Untuk tahun depan, BI memproyeksikan ekonomi Sumbar bisa tumbuh hingga 5,3 persen, yang didorongnya tumbuhya permintaan domestik, investasi, dan melunaknya kebijakan perdagangan internasional.