Pola Asuh Anak, Ini Akibat Orang Tua Tidak Kontrol Kebebasan Anak

Pola Asuh Anak, Ini Akibat Orang Tua Tidak Kontrol Kebebasan Anak

Ilustrasi anak dan orang tua (Canva)

Masih banyak orang tua yang mengalami ketakutan, cemas, bingung bagaimana cara menghadapi perubahan anak mereka. Perasaan tersebut muncul karena kebanyakan orang tua terlambat mengantisipasi pola asuh terhadap perubahan pada anak. Situasi yang seharusnya membuat orang tua senang dengan perubahan si anak, berubah menjadi hari-hari penuh kecemasan, ketakutan, dan pertentangan.

Perubahan pada anak yang dulunya penurut dan ceria dapat berubah menjadi pembangkang, pemberontak dan mau menang sendiri. Salah satu sebab perseteruan antara orang tua dan anak adalah menyangkut tentang kebebasan. Anak yang menuju pada masa remaja selalu menuntut kebebasan untuk menentukan pendapat, pilihan, pikiran maupun keputusan mereka. Sebaliknya kebanyakan orang tua selalu ingin mendominasi kebebasan sang anak. Perseteruan disebabkan orang tua secara emosional tidak siap melepaskan sang anak untuk merancang masa depannya sesuai dengan apa yang dicita-citakan si anak.

Beberapa pola asuh orang tua berorientasi pada “kualitas bukan kuantitas” pola asuh ini adalah pola asuh yang tampaknya telah melekat di kehidupan orang tua yang berpacu dengan karier sehingga ‘terpaksa’ mengorbankan keluarga dan anak-anak. Namun apakah pola asuh ini salah, mengingat bahwa orang tua telah memberikan yang terbaik untuk mengasuh anak-anaknya. Persolaan di sini tidaklah sesederhana menyangkut benar atau salah melainkan lebih kepada tanggungjawab orang tua terhadap pola asuh anaknya. Tanggungjawab pengasuhan menuntut totalitas, bukan argumentasi atau probabilitas. Dalam buku 'Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja' hasil penelitian Surbakti (2013), menjelaskan, beberapa masalah yang sering menjadi penyebab perseteruan antara anak dan orang tuanya menyangkut kebebasan dalam beberapa hal, mari kita simak penjelasan di bawah ini.

Pertama, kebebasan berpendapat merupakan hak setiap orang termasuk pendapat anak yang dijamin oleh undang-undang. Setiap orang bebas mengemukakan pendapat. Tetapi dalam kenyataannya banyak pendapat anak yang diabaikan disepelekan dalam rumah, seakan-akan pendapat anak tidak bernilai. Pendapat anak yang disepelekan bisa berdampak pada perlawanan dengan caranya sendiri. Misal, dengan membuat keonaran di jalan raya, melakukan tindakan vandalisme (kerusakan) dan lain-lain. Hal tersebut bentuk kekecewaan akibat opini mereka yang terhalang di rumah.

Kedua, pilihan adalah salah satu sebab perselisihan anatar anak dan orang tua, banyak orang tua yang memaksakan pilihannya kepada anak, misal memilih jurusan ketika ingin masuk kuliah. Sedangkan si anak ingin menentukan pilihannya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Beberapa kasus anak terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya, namun pada akhirnya anak setengah hati dalam menjalankan pendidikannya.

Ketiga, ketika seorang anak tumbuh menjadi remaja, dimana masa remaja adalah fase ketika mereka ingin membebaskan diri dari keterikatan emosional dengan orang tuanya, sedangkan orang tua bertindak sebaliknya karena diliputi rasa kekhawatiran orang tua justru ingin mengungkung anaknya supaya tetap bergantung secara emosional dengan mereka. Tindakan tersebut dianggap kurang tepat, sebab dapat memengaruhi perkembangan mental anak, karena bisa membentuk mental anak yang ketergantungan, lembek, daya juang rendah mudah putus asa, atau kekanak-kanakan. Jika anak menunjukkan perlawanan atas dominasi emosional ini akan menimbulkan ketegangan emosional antara anak dan orang tua yang akan menimbulkan keretakan hubungan.

Terakhir, anak pada umumnya sudah mampu berpikir secara kompleks. Mereka mampu menggunakan pikirannya secara logis, abstrak dan hipotesis. Biasanya, perseteruan muncul karena masih banyak orang tua yang ingin menguasai bahkan memaksa pikirannya terhadap anaknya.

Penulis: Sandra Leo Agustree merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas

Baca Juga

Universitas Negeri Padang (UNP) sudah membuka dan menerima mahasiswa baru pada delapan program studi (prodi) baik di jenjang di S1 (sarjana)
8 Program Studi Baru UNP Sudah Terima Mahasiswa pada 2024
Tradisi Malamang di Pariaman
Tradisi Mauluik di Pariaman: Memperkuat Nilai Agama dan Sosial
Cegah Kekerasan Seksual, Tim PKM-RSH UNP Kenalkan Penggunaan Aplikasi SAM Kids di 2 Sekolah
Cegah Kekerasan Seksual, Tim PKM-RSH UNP Kenalkan Penggunaan Aplikasi SAM Kids di 2 Sekolah
eorang mahasiswi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Imam Bonjol Padang, ditemukan di kosannya dalam kondisi meninggal dunia
Mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang Ditemukan Meninggal di Kosan
Fenomena 'Job-Education Mismatch' pada Lulusan Magister: Pandangan Mendikbud
Fenomena 'Job-Education Mismatch' pada Lulusan Magister: Pandangan Mendikbud
Content Creator For Business : Strategi Efektif Membangun Brand Awareness
Content Creator For Business : Strategi Efektif Membangun Brand Awareness