Menjelajahi Keanekaragaman Serangga pada Lahan Gandum di Dataran Tinggi Sumbar

Oleh: Hasmiandy Hamid

Hasil riset menarik baru saja dipublikasikan oleh dua peneliti dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat. Mereka adalah Reflinaldon dan Hasmiandy Hamid, yang baru-baru ini telah mempublikasikan kajiannya mengenai keanekaragaman serangga pada lahan pertanaman gandum baru di dataran tinggi Sumatera Barat.

Naskah lengkap dari penelitian tersebut dapat dilihat pada pada naskah Insect diversity on wheat as a new cultivation crop in West Sumatera – IOPscience

Penelitian yang dilakukan selama satu musim tanam ini menghasilkan temuan penting terkait dampak introduksi tanaman gandum baru terhadap populasi dan keragaman serangga setempat.

Secara khusus, penelitian ini berfokus pada inventarisasi dan identifikasi spesies serangga yang ditemukan di lahan gandum, serta analisis indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis serangga berdasarkan fungsi ekologisnya.

Dataran tinggi di Sumbar umumnya ditanami sayuran. Namun belakangan, penanaman gandum mulai diperkenalkan di kawasan tersebut.

Tentu saja, hadirnya tanaman baru ini diperkirakan akan membawa pengaruh terhadap keanekaragaman makhluk hidup di sana, khususnya serangga. Itulah yang mendasari dilakukannya studi oleh Reflinaldon dan Hasmiandy ini.

Melalui penelitian lapangan selama satu musim tanam gandum, berhasil terkumpul data mengenai 48 spesies serangga dari 45 famili dan 7 ordo yang hidup di perkebunan gandum. Didominasi beberapa jenis seperti Aphididae, Formicidae, Onychiuridae, Syrphidae, dan Ichneumonidae.

Serangga-serangga ini berperan sebagai herbivora, predator, detritivor, penyerbuk, dan parasitoid bagi tanaman gandum. Studi ini menemukan bahwa kelompok herbivora memiliki indeks keanekaragaman paling tinggi dibanding kelompok fungsional serangga lainnya.

Menurut Hasmiandy, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa introduksi tanaman baru seperti gandum berdampak cukup signifikan terhadap keanekaragaman dan populasi serangga setempat. Meskipun demikian, hal ini wajar terjadi dan perlu diantisipasi untuk menjaga keseimbangan ekologis di kawasan pertanian.

“Kami berharap hasil penelitian ini bisa menjadi acuan bagi pengelolaan ekosistem pertanian yang lebih bijaksana di dataran tinggi, sehingga petani dapat memetik manfaat ekonomi dari gandum tanpa mengorbankan kelestarian keragaman hayati lokal,” ungkap Hasmiandy.

Pengelolaan hama terpadu, penanaman varietas gandum tahan hama, dan pemeliharaan habitat alami disekitar lahan juga disarankan untuk menekan potensi ledakan hama akibat monokultur gandum. Dengan begitu, produktivitas pertanian dapat terjaga sekaligus keseimbangan ekologisnya.

Demikian ringkasan hasil riset menarik dari dua peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Andalas ini. Semoga dapat menjadi referensi berharga bagi pengembangan pertanian berkelanjutan di tanah air tercinta.

*Dosen di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas

Baca Juga

Webinar Series Gizi Klinis Hadirkan Narasumber Internasional
Webinar Series Gizi Klinis Hadirkan Narasumber Internasional
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono memberikan dukungan kepada Deni Abdi sebagai ketua Ikatan Alumni Universitas Andalas (IKA Unand)
Menlu Sugiono Dukung Denny Abdi Jadi Ketua IKA Unand 2025-2029
UNAND sudah meluluskan 8.180 wisudawan selama 2025 ini dalam lima periode wisuda. Wisuda yang kelima dilaksanakan pada Sabtu (22/11/2025)
Sepanjang 2025: UNAND Luluskan 8.180 Wisudawan, Catat Sejumlah Capaian Strategis
Diskusi Gizi dan Pengabdian Masyarakat: Dorong Mahasiswa Terapkan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal
Diskusi Gizi dan Pengabdian Masyarakat: Dorong Mahasiswa Terapkan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal
Dosen dan Mahasiswa FKM Unand Beri Edukasi Gizi Seimbang di SD Budi Mulia Padang
Dosen dan Mahasiswa FKM Unand Beri Edukasi Gizi Seimbang di SD Budi Mulia Padang
Jamkrindo Laksanakan Literasi Penjaminan di Universitas Andalas
Jamkrindo Laksanakan Literasi Penjaminan di Universitas Andalas