Fenomena Sosial di Lingkungan Kampus: Tantangan dan Solusi

Fenomena Sosial di Lingkungan Kampus: Tantangan dan Solusi

Riri Putri. (Foto: Dok. Pribadi)

Fenomena sosial merupakan bagian tak terpisahkan dari permasalahan sosial, setiap orang pasti mempunyai masalah dan tidak bisa menjauhinya. Demikian pula masyarakat juga mempunyai permasalahan yang dihadapi secara bersama-sama dan disebut dengan permasalahan sosial. Banyak fenomena sosial yang dapat kita amati pada periode ini, seperti di lingkungan kampus yang tidak luput dari dinamika kompleks tersebut. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa fenomena sosial yang muncul di lingkungan kampus berdasarkan hasil pengamatan, serta mengeksplorasi solusi yang dapat diadopsi untuk mengatasi tantangan tersebut.

1. Kesulitan finansial mahasiswa

Masalah utama yang dihadapi para mahasiswa adalah tekanan finansial. Banyak mahasiswa harus menghadapi tantangan biaya sekolah, biaya hidup, dan kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat menyebabkan tekanan keuangan yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan kondisi emosional mereka.

Trellis Research AS merilis sebuah riset mengenai tantangan keuangan di antara mahasiswa sarjana dan dampaknya terhadap keberhasilan mahasiswa. Survei yang telah dilaksanakan tersebut menghasilkan salah satu fakta bahwa kesulitan finansial dapat membuat mahasiswa lebih fokus bekerja untuk melunasi biaya sekolah, sehingga dunia perkuliahan menjadi sedikit terabaikan. Selain itu masalah finansial tidak hanya memengaruhi akademik tapi juga memengaruhi bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari mahasiswa.

Adapun solusi nya berupa mengembangkan program beasiswa dan keuangan perbankan, mengumpulkan informasi yang lebih akurat mengenai sumber daya keuangan yang berlaku saat ini, dan mahasiswa mengelola anggaran mereka dengan bantuan keterampilan keuangan.

2. Diskriminasi dan ketidaksetaraan dalam gender

Diskriminasi gender masih menjadi masalah di lingkungan kampus karena kurangnya pemahaman dalam hal waktu, tenaga, dan konsekuensi. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang stabil bagi setiap mahasiswa. Adanya ketidaksetaraan dapat memperkuat norma budaya yang tidak sehat, memperburuk stigma atau stereotip gender yang dapat merugikan perkembangan individu yang pada akhirnya dapat mempengaruhi motivasi dan pencapaian akademis mahasiswa.

Solusi permasalahan ini berupa penerapan kebijakan yang mengenai kesetaraan gender, peningkatan kesadaran akan isu-isu gender melalui kampanye pendidikan, dan mengembangkan kelompok advokasi yang berfokus pada gender untuk memperkuat kekuatan dan kepercayaan diri mahasiswa.

3. Stigma kesehatan mental

Masalah kesehatan mental menjadi lebih umum di lingkungan kampus. Stigma yang terkait dengan masalah kesehatan mental dapat menghalangi upaya mahasiswa untuk mencari dukungan dan bantuan. Pemahaman yang lemah tentang masalah ini dapat menyebabkan  kesehatan mental mahasiswa terabaikan. Mahasiswa yang tidak mendapatkan dukungan untuk masalah kesehatan mental mereka mungkin mengalami penurunan kualitas hidup secara keseluruhan seperti terganggunya keseimbangan emosional, memperburuk gejala dan mempengaruhi kesejahteraan mahasiswa.

Solusi yang dapat dilaksanakan berupa menyediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses di kampus, kampanye destigmatisasi untuk menyingkirkan persepsi negatif tentang kesehatan mental, dan program penyuluhan untuk staf administrasi dan dosen mengenai identifikasi dan manajemen masalah kesehatan mental.

4. Tidak ada forum diskusi terbuka.

Lingkungan kampus harus menjadi tempat di mana ide dan pemikiran dapat didiskusikan dan diselesaikan. Namun, selalu ada hambatan dalam menciptakan ruang untuk mendiskusikan isu-isu sosial yang sensitif atau kontroversial. Ketidakadanya forum juga dapat menyebabkan isolasi dan kurangnya koneksi antar-mahasiswa.

Selain itu tanpa adanya forum diskusi terbuka, mahasiswa mungkin kehilangan peluang untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka melalui debat dan tukar pikiran. Padahal forum diskusi adalah tempat di mana mahasiswa dapat mengasah keterampilan sosial mereka, termasuk mendengarkan, berbicara dengan jelas, dan menghormati pendapat orang lain. Ketidakadanya forum dapat menghambat pengembangan keterampilan sosial ini.

Beberapa solusi dari yang dapat diwujudkan berupa mendorong mahasiswa bergabung dengan klub atau forum diskusi untuk mendiskusikan isu-isu sosial, mendukung gagasan mahasiswa dalam mengadakan seminar atau penyuluhan tentang masalah isu-isu sosial, dan mengikutsertakan dosen dan pihak-pihak lain untuk mendorong dialog yang terbuka dan konstruktif.

5. Rendahnya kesadaran lingkungan

Permasalahan lingkungan menjadi semakin gawat, namun terkadang kesadaran tentang masalah ini tidak sepenuhnya terintegrasi ke dalam kehidupan kampus. Kurangnya kepedulian terhadap lingkungan dapat berdampak negatif terhadap kemajuan kampus. Selain itu rendahnya kesadaran lingkungan dapat mengarah pada penurunan kualitas hidup mahasiswa karena dampak negatifnya terhadap kesehatan dan keseimbangan ekosistem di sekitar mereka, bahkan juga dapat menyebabkan hilangnya peluang pendidikan tentang keberlanjutan dan tanggung jawab sosial mahasiswa terhadap lingkungannya.

Adapun solusi yang bisa dilaksanakan, yaitu mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum, penerapan praktik berkelanjutan di kampus, seperti penghematan energi dan daur ulang, dan mengedukasi sesama mahasiswa tentang perlunya melek akan pelestarian lingkungan.

Dengan demikian dalam menghadapi dan mengatasi berbagai fenomena sosial di lingkungan kampus, perlu diingat bahwa perubahan yang signifikan memerlukan komitmen bersama dan langkah-langkah nyata antara mahasiswa, staf, dan pihak administrasi. Hanya dengan kerjasama yang kokoh, kita dapat menciptakan lingkungan kampus yang inklusif, berkelanjutan, dan mendukung pertumbuhan positif mahasiswa.

Penulis: Riri Putri (Mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Urgensi Berpikir Kefilsafatan dalam Pengembangan Keilmuan di Indonesia
Urgensi Berpikir Kefilsafatan dalam Pengembangan Keilmuan di Indonesia
Wartawan Amplop: Ketika Uang Mengaburkan Fakta
Wartawan Amplop: Ketika Uang Mengaburkan Fakta
Etika Jurnalistik di Persimpangan: Perjuangan Melawan Wartawan Amplop
Etika Jurnalistik di Persimpangan: Perjuangan Melawan Wartawan Amplop
Ketika Hak Tolak Menjadi Pertahanan Utama untuk Jurnalisme Independen
Ketika Hak Tolak Menjadi Pertahanan Utama untuk Jurnalisme Independen
Seberapa Jauh Hak Tolak Bisa Melindungi Wartawan dari Ancaman?
Seberapa Jauh Hak Tolak Bisa Melindungi Wartawan dari Ancaman?
Marriage Is Scary: Memahami Ketakutan Akan Pernikahan dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Marriage Is Scary: Memahami Ketakutan Akan Pernikahan dan Bagaimana Cara Mengatasinya