Oleh: Fadli Irsyad
Negara Indonesia yang terkenal dengan istilah zamrud katulistiwa, atau dikenal juga dengan negara agraris, negara maritim, dan negara kepulauan merupakan rahmat dari Allah subhanahu wataala yang sudah sepantasnya kita sadari dan kita syukuri. Hal ini menandakan wilayah indonesia memiliki beribu potensi sumber daya alam sebagai bentuk karunia bagi masyarakat Indonesia, baik sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan darat dan laut, pertambangan, dan migas.
Tentunya potensi ini juga harus disadari oleh setiap elemen pemerintah dan masyarakat, termasuk pada sistem pemerintahan terkecil yakni di tingkat nagari / desa.
Negara Indonesia telah tersohor sebagai negara agraris, tentunya ini bukan hanya selogan belaka. Potensi sektor pertanian Indonesia sangat besar baik dari tanaman pangan, perkebunan, hutan, peternakan, dan perikanan.
Potensi sektor pertanian ini juga yang mengundang para investor, pedagang, dan bahkan penjajah dari negara lain untuk ikut andil dalam pengembangan dan pemanfaatan potensi tersebut, namun bukan untuk kesejahteraan masyarakat melainkan untuk keuntungan negara lain dan individu.
Hal ini juga yang mendasari berdirinya Vereenigde Oostindische Compagnie atau yang lebih dikenal dengan VOC untuk mengambil komoditi pertanian Indonesia yang memiliki nilai jual tinggi seperti kopi, tembakau, cengkeh, pala, lada dan rempah-rempah lainnya.
Tentunya sebelum melakukan ekspansi dan pemanfaatan sumber daya alam tentunya sudah dilakukan kajian secara komprihensip dalam pemetaan dan pengelolaan sumberdaya tersebut.
Pertanian menjadi sektor yang selalu ada di setiap desa / nagari (Sumatera Barat) di Indonesia yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan penghidupan masyarakat. Sektor ini juga menjadi tulang punggung perekonomian di banyak nagari/desa dan kota kecil lainnya.
Tentunya potensi sektor pertanian perlu dipetakan terlebih dahulu agar pengembangannya dapat dilaksanakan dengan optimal mulai dari hulu hingga dilirisasi produk. Pemetaan potensi nagari/desa dapat dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk petani, tokoh masyarakat, pemerintah desa, dan berbagai pihak terkait lainnya atau yang lebih dikenal dengan pemetaan partisipatif / Participatory Rural Appraisal (PRA).
Pemetaan partisipatif merupakan suatu pendekatan yang mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam proses pengidentifikasian, analisis, dan perencanaan pengembangan potensi sektor pertanian.
Metode ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk berpartisipasi aktif dalam menggambarkan kondisi saat ini, serta merumuskan rencana aksi untuk meningkatkan sektor pertanian.
Hal ini juga yang mendasari tim KKN Unand untuk melakukan pemetaan secara partisipatif dalam pengembangan sektor pertanian, perkebunan dan peternakan di Desa Batu Tanjung, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto dari bulan Juli hingga Agustus 2023.
Desa Batu Tanjung adalah salah satu desa di Kota Sawahlunto yang memiliki luas wilayah 15.9 km2 dengan jumlah penduduk ditahun 2022 sebanyak 2,224 jiwa. Desa ini lebih dikenal sebagai penghasil batu bara, sehingga potensi pertanian di desa ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.
Masih banyak terdapat permasalahan pada sektor pertanian seperti rendahnya produktivitas, kurangnya diversifikasi usaha pertanian, dan akses terbatas ke pasar. Oleh karena itu, pemerintah setempat bersama dengan masyarakat desa merasa perlu untuk melakukan pemetaan potensi sektor pertanian secara lebih komprehensif yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam pemetaan partisipatif potensi sektor pertanian diantaranya:
- Identifikasi Potensi Sektor Pertanian
Tahapan pertama ini sangat penting dalam pemetaan partisipatif yakni bagaimana masyarakat mengenal potensi lokal yang ada. Terkadang sesuat yang sangat penting sering kali luput dari pengetahuan masyarakat, maka untuk itu perlu dilakukan pendampingan dan tentunya kegiatan ini juga diikuti dengan survei lapangan, diskusi kelompok masyarakat dan wawancara langsung dengan petani setempat. Identifikasi yang dilakukan di Desa Batu Tanjung di bagi pada tiga sektor utama yakni Pertanian tanaman pangan, Perkebunan, dan Peternakan.
Hasil identifikasi didapatkan pada sektor tanaman pangan umumnya masyarakat fokus pada budidaya padi sawah dan sebagian ada yang menanam jagung. Adapun luas lahan sawah di Desa ini sekitar165 ha dengan produski rata-rata 5 – 6 ton/ha. Pada sektor perkebunan umumnya setiap masayrakat memiliki kebun karet dengan luasan lebih dari 0.5 ha. Pada sektor peternakan yakni kerbau sebanyak 239 ekor,sapi 141 ekor, ayam 17179 ekor, kambing 98 ekor, dan lainnya.
- Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan (SWOT: Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
Langkah selanjutnya juga didiskusikan terkait SWOT dalam arti lain singkatan dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman). Hal ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan komoditi pertanian tersebut. Salah satu kekuatan yang dimiliki Desa Batu Tanjung yakni kondisi tanah yang subur dan iklim yang cocok untuk pertumbuhan tanaman pangan, hortikultural dan perkebunan.
Selanjutnya ketersediaan padang gembalaan, hijauan untuk ternak juga tersedia hampir di semua dusun. Ada beberapa kelemahan pada pengembangan sektor pertanian yakni minimnya minat generasi muda untuk terjun pada bidang pertanian, selanjutnya minimnya informasi dan akses pasar hasil produk pertanian juga menjadikan petani langsung menjual produk ke toke atau pengumpul yang ada di desa.
Banyak terdapat peluang pengembangan sektor pertanian di Desa Batu Tanjung diantaranya kelapa, pinang dan untuk pertenakan yakni kerbau untuk dikembangkan secara optimal. Terdapat beberapa lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sektor peternakan khususnya lahan pengembalaan. Adanya kerjasama dengan beberapa universitas juga menjadi potensi pengembangan sektor pertanian di Desa Batu Tanjung.
Meskipun potensi peternakan di Desa Batu Tanjung cukup besar, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi oleh masyarakat yang satunya adalah akses pasar. Meskipun ada beberapa pasar ternak di sekita Desa Batu Tanjung, peternak mengalami kesulitan dalam menjual produk ternak mereka terutama mengenai harga dipasaran yang cendrung tidak ada standar pengukurannya.
Selain itu, perlu perhatian pada masalah kesehatan ternak dan manajemen limbah peternakan. Upaya pengendalian penyakit dan pemrosesan limbah yang tepat dapat membantu menjaga kesehatan ternak dan lingkungan.
Adapun tantangan lain yang dihadapi dalam pengembangan sektor pertanian, salah satunya adanya sektor pertambangan, dimana lebih dari setengah wilayah Desa ini merupakan kawasan tambang. Terdapat tiga tambang besar di Desa ini yakni PT. Allied Indo Coal, PT. Dasrat Sarana Arang Sejati, dan CV. Bara Mitra Kencana.
Selanjutnya, tantangan dalam mencari generasi muda yang mau untuk mengembangkan sektor pertanian sangat jarang didapatkan. Dari analisis swat yang didapatkan melalui kkegiatan PRA tentunya ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
- Penyusunan Rencana Aksi Bersama
Tahapan selanjutnya yakni merumuskan rencana aksi bersama guna meningkatkan potensi sektor pertanian. Tentunya hal ini melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk petani, pemerintah desa, universitas dan lembaga-lembaga setempat non-pemerintah lainnya.
Rencana aksi bersama ini harus mencakup langkah-langkah konkret untuk meningkatkan produksi pertanian dan keonomi masyarakat. Salah satu usulan dalam rencana aksi di Desa Batu Tanjung yakni pada sektor peternakan, dimana masyarakat memfokuskan pada pengembangan peternakan kerbau.
Adapun beberapa kegaitan yang dapat dilakukan yakni pengadaan bibit unggul kerbau, dan pelatihan pembibitan kerbau di Desa Batu Tanjung dengan luaran Desa Batu Tanjung nantinya dapat menjadi sentral pembibitan kerbau di Sumatera Barat. Sehingga jika ada kebutuhan bibit di Sumatera Barat dapat dipenuhi oleh Desa Batu Tanjung.
Selanjutnya untuk pemenuhan kebutuhan pakan dibuatkan padang gembalaan dengan berbagai jenis rerumputan yang memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi kerbau, seperti rumput gajah dan rumput odot. Selanjutnya perlu juga diadakan pelatihan terkait peternakan kerbau dari mulai hulu hingga hilir.
Selanjutnya juga perlu dilakukan pembentukan kelompok atau koperasi peternak kerbau guna memperkuat posisi tawar peternak dalam negoisasi dengan pembeli.
Banyak hal yang bisa dilakukan jika kajian pemetaan potensi desa dilakukan secara partisipatif, dengan sumber informasi masyarakat, pemangku kepentingan dan pihak terkait lainnya. Tentunya peranan universitas tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan potensi desa/nagari.
Dengan adanya dukungan dari masyarakat, pemerintah, kegaitan pelatihan, dan upaya bersama petani dan peternak, pengembangan sektor pertanian yang berkelanjutan dan menguntungkan dapat direalisasikan.