Orang Tua Pengaruhi Pilihan Anak pada Pilpres 2024 ?

Orang Tua Pengaruhi Pilihan Anak pada Pilpres 2024 ?

Deno Ferdian Putra (Foto: Dok. Pribadi)

Pergantian estafet kepemimpinan negara Indonesia tak terasa sudah menghitung bulan. Kampanye calon presiden pun sudah gencar dilaksanakan di mana-mana. Disaat seperti inilah masyarakat seharusnya menimbang-nimbang lagi pilihannya agar tidak salah pilih atau akan merasa menyesal di kemudian hari.

Perbincangan pemilihan presiden ini akan tetap hangat dan semakin memanas menjelang hari pemilihan, pasalnya tak hanya orang tua yang heboh dengan panasnya persaingan antar kubu ketiga calon presiden tetapi anak muda atau lebih populernya dikenal dengan sebutan Gen-Z juga tak kalah hebohnya ikut andil dalam pemilihan tahun depan. Bagi orang tua mungkin sudah beberapa kali melakukan pemilihan presiden didalam hidupnya, yang pastinya sudah paham bagaimana menentukan siapa yang paling cocok menjadi pemimpin Indonesia sesuai sudut pandang masing-masing. Namun bagaimana dengan anak muda yang perdana melakukan hak pilihnya pada tahun 2024 mendatang?.

Mungkin Sebagian orang menganggap bahwa pemilih yang perdana memilih tak mengerti dengan politik dan calon presiden yang tepat, namun kenyataannya tak sedikit anak muda yang memanfaatkan media sosial sebagai media untuk melihat siaran mengenai perpolitikan di Indonesia.

Bahkan sebenarnya anak muda tak kalah pahamnya dengan yang sudah tua atau yang sudah banyak pengalamannya. Hal ini membuktikan bahwa umur bukanlah yang menentukan siapa paling ahli dalam menentukan pilihan, namun tergantung pada pandangan pribadi dalam berpikir.

Lalu apakah pilihan orang tua mempengaruhi pilihan anaknya?. Faktanya kebanyakan orang tua dan anak bahkan satu keluarga memiliki pilihan yang sama.

Berdasarkan Mini Survey yang dilakukan pada tanggal 9/10/2023 kepada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), ditemukan hasil bahwa 86,5% pilihan calon presiden oleh siswa SMA dengan pilihan calon presiden oleh orang tua adalah sama. Banyak alasan yang dilontarkan responden atas kesamaan pilihan tersebut.

“Karena kami sehati” ucap salah satu responden. Beragam alasan yang kocak dan nyeleneh juga dilampirkan pada form yang diberikan. Melihat hasil ini, menjadi pertanyaan apakah orang tua memaksa atau telah mendoktrin sang anak agar memilih sesuai dengan pilihannya ?.

Menariknya orang tua mereka bahkan tak pernah menanyakan siapa pilihan mereka pada pilpres mendatang, namun menjadi hal yang unik jika 86,5% siswa memiliki pilihan calon presiden yang sama dengan kedua orang tuanya. Bagaimana tidak?, 86,5% bukanlah angka yang kecil, yang berarti mereka yang memiliki pilihan sama dengan orang tua mendominasi diantara siswa-siswa yang pilihannya tidak sama.

Apakah ini hal yang buruk? tentu bukan hal yang buruk, hanya saja hal ini mengundang banyak pertanyaan yang menuju pada orang tua siswa. Akan tetapi pertanyaan-pertanyaan tersebut terpatahkan. Para siswa dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada unsur paksaan dari orang tua maupun orang lain, hal ini adalah murni kehendak dan keinginan diri sendiri.

Memiliki pemikiran dan pilihan yang sejalan dengan orang tua tentu menimbulkan kekompakan dan keharmonisan, kita bisa saling berdiskusi dan saling bertukar pikiran. Namun bagaimana halnya dengan 13,5% siswa yang memiliki pilihan calon presiden yang berbeda dengan orang tua?.

Pasti ada yang mengira akan terjadi pertikaian dan konflik hanya gara-gara berbeda pilihan. Faktanya tak seburuk itu, siswa yang berbeda pilihan calon presiden dengan orang tuanya cenderung tidak mendapati konflik apapun. Bahkan jawaban dari responden ketika ditanya mengenai “apakah terjadi konflik setelahnya?” sangat luar biasa.

“Secara individual kita punya hak suara masing-masing kan, tentunya kita bebas dalam memilih sesuai dengan apa yang kita pertimbangkan, begitu juga orang tua kita. Kita gabisa maksa mereka untuk pilih pilihan yang sama, so untuk terjadinya konflik mungkin tidak. Tapi kalau untuk bertukar pikiran mengenai politik itu bagus. Tidak ada yang perlu didebatkan cukup capres saja yang debat, kita jangan” tuai responden dalam form tersebut. Jawaban itu cukup membuktikan bahwa tak ada konflik antara orang tua dan anak yang memiliki perbedaan pilihan pada pilpres 2024 nanti.

Perbedaan pilihan adalah hal yang wajar, karena setiap orang memiliki cara pandang masing-masing. Orang tua cenderung membebaskan anak-anaknya untuk memilih pilihan mereka sendiri. Sangat jarang bahkan tidak ada orang tua yang mempengaruhi anaknya untuk memilih sesuai dengan pilihan dan kriteria mereka, namun malah sebaliknya.

Dapat disimpulkan bahwa kesamaan pilihan orang tua dan anak yang mendominasi adalah hal yang normal, tidak ada unsur kesengajaan maupun paksaan antara orang tua dan anak didalamnya. Hal tersebut murni atas tindakan dan kepercayaan masing-masing.

Pada intinya, perbedaan atau persamaan dalam pilihan bukanlah hal yang perlu didebatkan, karena sejatinya setiap warga negara berhak memilih sesuai pilihan yang diyakininya masing-masing. Setiap warga negara berhak memilih secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pilihan tak boleh dipaksa oleh orang lain termasuk orang tua. Tentukan pilihanmu sekarang, karena pilihanmu menentukan masa depanmu. (*/Fs)

*Penulis: Deno Ferdian Putra (Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)

Tag:

Baca Juga

Motif pembunuhan Nia Kurnia Sari (18) oleh tersangka IS (28) hingga saat ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut. Kapolres Padang Pariaman
Polisi Dalami Motif Pembunuhan Nia, Pengakuan Tersangka Masih Berubah-ubah
Muhammadiyah Agam Dukung Guspardi Gaus dan Yogi Yolanda di Pilbup Agam 2024
Muhammadiyah Agam Dukung Guspardi Gaus dan Yogi Yolanda di Pilbup Agam 2024
Usai berhasil menangkap IS (28), tersangka utama dalam kasus pembunuhan Nia Kurnia Sari (18), polisi kini mendalami kemungkinan keterlibatan
Polisi Dalami Kemungkinan Tersangka Lain dalam Kasus Pembunuhan Nia Kurnia Sari
IS (28), tersangka utama dalam kasus pembunuhan Nia Kurnia Sari (18), akhirnya ditangkap setelah sempat bersembunyi di loteng rumah kosong
Kronologi Pelarian Tersangka Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan, Berakhir di Loteng Rumah Kosong
Polres Padang Pariaman terus mendalami kasus pembunuhan tragis Nia Kurnia Sari (18), seorang gadis penjual gorengan yang ditemukan
Kapolres Padang Pariaman: Tersangka IS Akui Perkosa Korban
Konferensi Nasional PRBBK: Andree Algamar Paparkan Praktik Upaya Pengurangan Resiko Bencana di Padang
Konferensi Nasional PRBBK: Andree Algamar Paparkan Praktik Upaya Pengurangan Resiko Bencana di Padang