Jadilah Gerasi Peduli, Pemilih Pemula Menentukan Hasil Pemilu 2024

Jadilah Gerasi Peduli, Pemilih Pemula Menentukan Hasil Pemilu 2024

Andini Putri Caniago. (Foto: Dok. Pribadi)

Indonesia termasuk salah satu negara yang bersifat demokrasi terbesar didunia. Dalam demokrasi sudah pasti rakyat dapat ikut berpatisipasi dalam membentuk kemajuan negara tersebut dengan cara menyuarakan pilihan masing-masing tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun seperti dalam pemilihan umum pemimpin negara.

Memilih pemimpin yang akan memimpin negara yang ditinggali sudah menjadi kewajiban yang seharusnya dilaksanakan bagi seseorang yang sudah berumur 17 tahun serta memiliki KTP sesuai dengan persyaratan pemilihan. Hal ini dikarenakan kondisi negara kedepannya akan sangat berpengaruh tergantung bagaimana cara pemimpin dan bagaimana pemimpin tersebut mengarahkan negara yang dipimpinnya. 

Jadi sudah pasti sangat dibutuhkan pemilihan yang jujur dan adil serta kita harus menganalisa bagaimana kriteria masing-masing pemimpin yang dicalonkan. Pemilu dilaksanakan dengan jangka waktu lima tahun sekali sebagai sarana memungut suara untuk pergantian pemimpin secara konstitusional seperti memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, DPRD, DPD sesuai dengan konstitusi UUD 1945 pada pasal 22E.

Pemilih pemula banyak berasal dari golongan pelajar, mahasiswa atau bisa dikatakan pemilih dengan usia 17 sampai 21 tahun. Sudah pasti bahwa ada rasa antusiasme yang tinggi dan rasa penasaran untuk ikut serta dalam memilih pemimpin negara.

Pada zaman sekarang ikut pemilu termasuk suatu kebanggaan bagi pemilih pemula seperti Gen Z karena tingginya rasa antusiasme untuk ikut berpatisipasi membangun dan membentuk negara menjadi lebih maju dengan memilih pemimpin yang tepat, hal tersebut tidak jarang banyak pemilu pemula mengupload momen saat mereka berada di TPS setelah menyuarakan pilihannya.

Sebagai pemula masih banyak hal belum kita ketahui tentang bagaimana cara mengikuti pemilihan umum untuk pertama kalinya merupakan hal yang sangat diwajarkan. Namun hal tersebut bukan malah membuat kita sebagai pemilih pemula memilih pemimpin dengan sembarangan yang tidak ada pertimbangan akan berakibat buruk bagi negara.

Sebagai pemilih pemula yang berada pada era zaman yang serba berteknologi tinggi kita harus memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menyaring informasi mengenai bagaimana pemilu pada tahun sebelumnya berlangsung melalui teknologi digital seperti melalui media sosial  namun tidak semua berita yang ada harus kita percaya karena informasi hoaks banyak tersebar dimedia sosial tapi kita dapat mencari berita yang terpercaya memalui akun  media sosial penyelenggara pemilu, peserta pemilu iklan kampanye, afiliasi partai politik serta kandidat.

Sebagai pemilih pemula harus mengetahui serta dapat memahami segala hal keterkaitan dengan pemilu. Misalnya seperti, apa tujuan dari penyelenggaraan pemilu, bagaimana serta apa saja tahapan pemilu, bagaimana seseorang menggunakan hak pilih dalam keikut sertaan dalam pemilu.

Pada pemilihan umum tidak jarang juga beberapa kandidat calon pemimpin memberi uang kepada setiap warga didaerah yang ingin dipimpinnya dengan maksud lain yaitu membeli suara warga agar memilihnya.

Jika dipikirkan secara logika uang yang dipakai untuk membeli suara rakyat akan mengeluarkan dan menghabiskan banyak dana dari kandidat calon pemimpin dan jika kandidat tersebut terpilih menjadi pemimpin maka dapat dipastikan bahwa pemimpin tersebut akan menghalalkan segala cara agar dana yang dikeluarkan sebelumnya untuk membeli suara warga dapat dikembali kepadanya dalam arti agar modal yang dikeluarkan kembali dengan cepat dan menginginkan keuntungan yang banyak hal tersebut merupakan poin utama yang mengakibatkan pemimpin melakukan korupsi karena pada dasarnya tidak ada manusia yang ingin rugi dan ingin mendapatkan untung lebih adalah sifat manusia. Namun sangat disayangkan masih banyak warga yang ikut tergoda dengan uang sogokan yang diberikan kandidat.

Pemilih pemilu pemula yang berpendidikan harusnya tidak tergoda akan uang sogokan yang diberikan karena kita harus mempertimbangkan kriteria kandidat calon pemimpin dengan bagaimana perkembangan dari suatu wilayah atau negara jika dipimpin oleh dirinya kedepannya. Sebagimana harusnya pemimpin harus memiliki sifat jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya, menginspirasi, kreatif serta inovatif dan berintegritas yang tinggi.

Tapi masih banyak terdapat pemilih yang termasuk dalam golongan putih atau yang familiar kita dengar dalam dunia pemilu yaitu golput. Sesuai dengan hasil riset International IDEA tahun 2016, “Voters Turnout Trends around the World” pemilih dalam pemilu secara global mengalami penurunan signifikan dimulai sejak tahun 1990-an yang dimana pemilihan dengan jumlah yang  stabil pada tahun 1940-an, lalu menurun dari 78 persen menjadi 76 persen pada era tahun 1980-an kemudian turun sampai 70 persen ditahun 1990-an dan dari tahun 2011-2015 pemilih mengalama penurunan mencapai 66 persen.

Tren jumlah pemilih di Asia dan Amerika relatif stabil dari waktu ke waktu tapi dikedua wilayah tersebut jumlah pemilih telah jauh dibawah dari rata-rata global yang seharusnya. Sejalan dengan hasil survei dari organisasi partisipasi pemilu oleh Jeune & Raccord mengatakan bahwa potensi golput atau tidak memilih dilingkungan anak milenial pada pemilu presiden 2019 tidak mencapai lebih dari 40 persen.

Hal ini dikarenakan adanya sikap tidak peduli dan tidak percayanya masyarakat pada semua kandidat pemimpin karena tidak merasakan dampak positif yang terjadi padanya setelah pemilihan dari semua janji dan iming-iming dari kandidat untuk semua warga.

Pemilu 2024 sudah sangat dekat jangan sampai salah pilih pemimpin seperti ibarat kata  jika kita menaiki kapal dengan nahkoda yang tidak ahli dalam mengenderai kapal maka jika ada ombak yang besar ataupun masalah dilaut, kapal dan semua orang dikapal tersebut akan hancur sama halnya jika kita memilih pemimpin yang salah maka kita semua dan negara kita akan hancur.

AYO PEMILIH PEMULA PEMILU 2024 TENTUKAN KANDIDAT PEMIMPIN YANG SUDAH PASTI MEMAJUKAN NEGARA…

MARI MENJADI PEMILIH YANG KEREN DENGAN TIDAK GOLPUT…

*Penulis: Andini Putri Caniago (Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Orientalisme telah lama menjadi topik diskusi dalam kajian keislaman, terutama ketika dikaitkan dengan motif-motif politik dan misionaris
Kritik Orientalisme: Membongkar Bias Barat terhadap Dunia Islam
Operasi Tangkap Tangan (OTT) telah menjadi instrumen yang sangat efektif dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Meski demikian,
OTT Itu Penting: Sebuah Bantahan untuk Capim KPK Johanis Tanak
Pada tahun 2024 ini pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan digelar di 10.846 tempat pemungutan suara (TPS) dengan jumlah pemilih
Menolak Politik Uang: Menjaga Integritas Demokrasi di Sumatra Barat
Konsep multiverse atau "alam semesta jamak" telah lama menarik perhatian ilmuwan dan filsuf sebagai cara untuk memahami potensi keberadaan
Multiverse: Dimensi Paralel dalam Sains dan Budaya Populer
Pasaman Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatra Barat, dikenal dengan keberagaman etnis dan budayanya. Wilayah ini dihuni oleh
Romantisme Asimilasi di Pasaman Barat
Indak karambia amak ang ko do..!" Ungkapan dalam bahasa Minang itu pernah terlontar dari Bapak Republik ini kepada kolonial Belanda yang saat
Amarah Tan Malaka: Umpatan dalam Bahasa Minang kepada Kolonial Belanda