Representasi Calon Presiden dalam Media Menjelang Pemilu 2024

Representasi Calon Presiden dalam Media Menjelang Pemilu 2024

Muhammad Thaufan Arifuddin, MA (Foto: Dok. pribadi)

Menjelang Pemilu 2024, terdapat tiga calon kuat yang bersaing untuk menjadi Presiden Indonesia, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Ketiganya putra terbaik negeri ini. Mereka berusaha merayu elit partai politik, mendapatkan perhatian media dan menonjolkan perbedaan-perbedaan yang mereka miliki agar diminati oleh rakyat sehingga berhasil terpilih dalam Pemilu yang akan digelar pada 14 Februari 2024.

Anies Baswedan terlihat memposisikan dirinya sebagai kandidat yang cerdas dan mendorong keadilan sosial yang sangat dibutuhkan oleh rakyat. Bahkan, ia menawarkan arah yang berbeda dari pemerintahan Jokowi sebelumnya. Anies didukung oleh partai politik yang menyebut dirinya sebagai koalisi perubahan, yang terdiri dari partai Nasdem, PKS, dan Demokrat.

Ketiga partai ini memiliki kepentingan sebagai oposisi untuk mempertahankan eksistensi partainya dari dominasi PDI-P. Anies juga didukung secara tidak langsung oleh kekuatan kritis masyarakat sipil yang cenderung tidak puas dengan kebijakan ekonomi dan politik Jokowi.

Bahkan akhir-akhir ini, manuver politik dari tokoh-tokoh masyarakat sipil seperti Rocky Gerung dan Refly Harun dkk makin eskalatif untuk mencari celah demi menguatkan diskursus perubahan oposisi dan membelokkan suasana kebatinan politik massa rakyat.

Ganjar Pranowo memiliki strategi yang berbeda. Ia mengandalkan dukungan dari PDI-P yang memiliki basis pemilih yang kuat dan militan di Jawa Tengah dan Bali. Ganjar terlihat sebagai kandidat yang santai, sederhana, dan jarang menyuarakan pandangan politik. Ia terkesan tampil seiring dengan gaya sederhana Jokowi dan sepertinya akan mewarisi gaya kepemimpinan Jokowi.

Bahkan, acap kali Ganjar tampil konyol seolah tak punya ambisi politik dan bukan orang yang pintar bersilat lidah. Tetapi, Ganjar tentu saja didukung maksimal oleh banyak aktifis nasionalis yang khawatir kepemimpinan pasca Jokowi akan menghancurkan agenda ekonomi politik yang telah dirintis Jokowi.

Pertimbangan lainnya adalah latar belakang Ganjar dipandang masih lebih baik dibandingkan Prabowo yang berasal dari militer dan bagian dari Orde Baru, dan juga masih lebih baik dari Anies yang dipandang hanya pandai bersilat lidah dan potensial memanfaatkan kalangan Islam untuk membangun polarisasi politik

Prabowo Subianto mengambil pendekatan yang berbeda lagi. Ia didukung oleh partai Gerindra. Ia berusaha merangkul semua basis pemilih dari berbagai kalangan, dari kelas atas hingga bawah, dari kalangan agamawan hingga sekuler, dan dari pendukung rezim maupun oposisi.

Bahkan, Prabowo juga berhasil mendapatkan dukungan dari Budiman Sudjatmiko belakangan ini, yang dapat membantu menghilangkan propaganda Black Campaign yang menyebut Prabowo sebagai sosok yang otoriter, militeris, dan bengis.

Prabowo selalu dikampanyekan oleh aktivis 98 seperti Adian Napitupulu sebagai capres yang pernah terlibat dalam kontroversi penculikan aktivis mahasiswa dan bahkan dugaan upaya kudeta pada tahun 1998. Imej ini menyandera Prabowo sebagai calon presiden sejak berkompetisi dari tahun 2009.

Potret Tiga Kandidat dalam Media

Di media massa dan media sosial, ketiga calon presiden direpresentasikan oleh jejaring think tank  mereka yang terorganisir dan terlihat mulai aktif dalam melakukan propaganda politik. Media massa menunjukkan antusiasme dalam mengukur dan mendiskusikan pergerakan politik ketiga kandidat beserta partai-partai pendukung mereka.

Hal yang sama juga terjadi di media sosial, di mana ketiganya melakukan pemasaran dan branding politik yang kuat, terutama melalui platform Instagram.

Sesungguhnya, semua narasumber di media massa dan media sosial telah memiliki preferensi partai politik dan figur serta potensial terhubung dengan jejaring think tank yang terorganisir. Konsekuensi logisnya, posisi dan gaya representasi mereka di media massa dan media sosial, terlihat baik secara halus atau obsesif mencari kelemahan, kesalahan bahkan menyudutkan kompetitor mereka.  

Fenomena ini yang membuat teater politik di media massa dan media sosial belum cukup kuat untuk menyampaikan visi dan misi politik partai politik dan figur yang lebih mendalam, struktural ideologis, relevan dan berkelanjutan.

Lebih tragis, dominasi partai politik terhadap calon presiden sangat terlihat sehingga tiga kandidat capres terpaku pada diskursus dan agenda partai politik yang banal dan terbatas. Ketiga capres belum terlihat usaha konkretnya untuk melampaui visi dan misi dari partai politik, yang lebih mengutamakan kemenangan politik daripada visi dan misi politik perubahan untuk memperbaiki negeri dan menghadapi tantangan struktural yang ada.

Jalan Lain Perlawanan Anies

Politik identitas menjadi bagian dari opsi politik dan strategi calon presiden dan tim sukses. Terdapat dua jenis politik identitas yang akan dimainkan. Pertama, politik identitas konservatif, yang bertujuan untuk meraih kemenangan politik dalam pemilu. Politik identitas ini mendorong polarisasi antara pendukung dan lawan untuk memetakan pemilih dan menarik pemilih berdasarkan emosi dan identitas.

Anies dan Prabowo sangat berpotensi berebut untuk memainkan politik identitas ini untuk memenangkan Pemilu. Sementara itu, Ganjar, yang merasa mewakili partai pemenang dan memegang restu presiden Jokowi cenderung menghindari gaya politik ini.

Kedua, politik identitas radikal, yang menekankan pada wacana tentang kaum marjinal dan mereka yang terpinggirkan oleh sistem kekuasaan yang berhasrat meraih keadilan sosial serta hancurnya tatanan oligarki. Anies menunggu momentum politik untuk menerapkan wacana ini karena dianggap membawa misi baru dan perubahan yang berbeda dari rezim Jokowi.

Potensi kemenangan Anies hanya mungkin terwujud ketika ia berani menawarkan perbedaan politik yang benar-benar radikal dan meyakinkan untuk terjadinya perubahan besar yang bisa lebih baik dari era Jokowi. Anies harus bisa menawarkan lebih dari apa yang telah diapresiasi positif oleh publik dari era Jokowi yang mencapai dukungan hingga 70 persen.

Hanya dengan demikianlah Anies dapat menantang kandidat yang seolah diberi restu oleh Jokowi. Alhasil, langkah Anies ini sangat mungkin didukung oleh masyarakat sipil yang beroposisi baik dari sisi kanan maupun kiri.

Prabowo di Atas Angin dan Kemungkinan Menang di 2024

Prabowo Subianto memiliki potensi besar untuk memenangkan pertarungan politik di 2024. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung kemenangannya. Pertama, sejak tahun 2008, Prabowo telah aktif dalam melakukan kampanye dan telah dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia.

Prabowo berhasil merangkul berbagai kalangan dari atas hingga bawah, termasuk mendapatkan dukungan dan restu dari Presiden Jokowi. Tetapi Prabowo harus belajar menajdi media darling agar branding politiknya makin tajam.

Kedua, Prabowo memiliki personalitas yang tabah, gigih, kuat, dan pintar. Bahkan, ia secara strategis adaptif mengubah watak politik dan personalnya. Prabowo terlihat hanya kalah pesona dan wibawa dari Jokowi.

Jika dibandingkan dengan Anies dan Ganjar, saat ini Prabowo masih masih mampu mempertahankan pesona dan wibawanya lebih unggul dalam hal power mengontrol partai politik, bagian dari Menteri Jokowi, kecerdasannya dan pergerakan politiknya yang makin signifikan menyisir Jawa dan Sumatera .

Ketiga, faktor finansial yang dimiliki Prabowo menjadi salah satu keuntungan besar. Dengan memiliki uang dalam jumlah besar, ia memiliki potensi untuk memenangkan pertarungan politik elektoral yang memerlukan biaya sangat tinggi hingga triliunan rupiah. Hal ini memungkinkan Prabowo untuk menarik perhatian pemilih yang cenderung melihat politik secara pragmatis, dengan fokus pada memenangkan pemilu.

Survei terakhir dari LSI di bulan Juli menunjukkan bahwa Prabowo mendapatkan dukungan sebesar 35,8 persen, sementara Ganjar mendapatkan 32,2 persen, dan Anies mendapatkan 21,4 persen. Sedangkan survei Indikator politik yang baru saja rilis Agustus ini memperlihatkan hasil yang mengejutkan di Sumatera Barat di mana Prabowo Subianto unggul mendapatkan 48 persen dan mulai menyalib posisi Anies yang memperoleh 39,5 persen (www.langgam.id).

Hasil survei ini menguatkan trend positif Prabowo sejak Maret 2023 dan mudah dipahami mengingat reputasi Prabowo yang gigih menjadi kandidat presiden sejak 2009, secara tak langsung mendapat restu dan dukungan dari Jokowi, kampanye yang mulai lebih ramah, dan tim sosial medianya berhasil membangun citra positifnya.

Di sisi lain, Anies dan Ganjar belum menunjukkan manuver politik yang menyolok dan menjadi game changer.

*(Pengamat Media dan Demokrasi. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas)

Baca Juga

[Republikasi] Cek Fakta: Hoaks, Surat Suara Tercoblos di Sampang Sebelum Pemilu 2024
[Republikasi] Cek Fakta: Hoaks, Surat Suara Tercoblos di Sampang Sebelum Pemilu 2024
Sebanyak 11 kepala daerah mengajukan judicial review terhadap ketentuan Pasal 201 Ayat (7), (8) dan (9) Undang-Undang Pilkada Mahkamah
Ketua MK: Jumlah Permohonan PHPU 2024 Meningkat
Pancasila Sumbar Pilkada
PPP, Pemilu 2024 dan Politik Islam
MK memerintahkan kepada KPU untuk melakukan PSU pemilihan umum calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Tahun 2024 Provinsi Sumatra Barat.
Hasil Pileg DPD RI Sumbar, 2 Petahana Kembali ke Senayan
Pasangan calon presiden dan wakil presiden yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memperoleh suara terbanyak di Sumatra Barat Pemilu 2024.
Hasil Pleno KPU, Anies-Muhaimin Unggul di Sumbar
PKS unggul sementara di pemilihan legislatif DPRD Sumbar daerah pemilihan (dapil) 3. Dapil ini meliputi dua daerah yaitu Kabupaten Agam
PKS Jadi Pemenang, Berikut 65 Caleg Terpilih DPRD Sumbar