Di lingkungan universitas, terdapat banyak peluang untuk belajar, bahkan jika Anda tidak selalu menghadiri kuliah. Setiap hari, Anda dapat memperoleh pengetahuan berharga, baik melalui mata kuliah Anda, partisipasi dalam organisasi, atau interaksi di tempat-tempat sosial Anda. Mahasiswa adalah individu yang berperan sebagai pembelajar.
Sebagai generasi muda, mahasiswa memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan dan pengawas sosial terhadap lingkungan, daerah, dan negaranya. Harapan ini menempatkan mahasiswa sebagai bagian integral dari perguruan tinggi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah yang berkelanjutan.
Dalam kapasitas sebagai organisasi mahasiswa, penting untuk tidak terbatas pada pelaksanaan kegiatan semata guna menjaga eksistensi organisasi. Istilah "agen perubahan" yang sering digunakan untuk menggambarkan mahasiswa seringkali dipandang hanya sebagai tindakan heroik yang lebih bersifat emosional.
Namun, mahasiswa mendapatkan gelar tersebut karena mereka adalah bagian dari komunitas akademik tinggi yang memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu pengetahuan ini tidak harus menjadikan perguruan tinggi sebagai entitas yang terasing dari realitas sosial di sekitarnya, tetapi sebaliknya, pengembangan ilmu pengetahuan harus memungkinkan perguruan tinggi untuk berperan aktif dalam perubahan yang terjadi dalam masyarakat seiring dengan prinsip-prinsip ilmiah yang dipegang teguh.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa dapat membantu perguruan tinggi dalam berkontribusi pada perkembangan positif masyarakat dengan dasar ilmiah.
Sebuah konsep mengenai mahasiswa, yang didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1990, merujuk kepada individu yang telah terdaftar dan sedang menjalani proses pembelajaran di lembaga pendidikan tinggi tertentu.
Pendapat Knopfemacher mengenai mahasiswa adalah individu-individu yang berperan sebagai calon sarjana dan dalam interaksinya dengan lembaga pendidikan tinggi, yang semakin erat terhubung dengan masyarakat, mereka menjalani proses pendidikan dan diharapkan untuk menjadi calon-calon intelektual.
Menurut Maman S. Mahayana, terdapat enam tipologi mahasiswa yang berbeda. Pertama, terdapat mahasiswa underdog yang umumnya berasal dari pedesaan, merasa rendah diri, berusaha menjadi mahasiswa yang rajin belajar, dan memiliki motivasi tinggi dalam mengejar pendidikan tinggi. Kedua, ada mahasiswa salon yang berasal dari lingkungan perkotaan dan keluarga berada. Mereka kuliah lebih sebagai kewajiban dan untuk menghindari kegiatan yang tidak produktif. Tujuan utama mereka adalah untuk mempertahankan status sosial, bukan mencari pengetahuan. Ketiga, terdapat mahasiswa anak mami yang berasal dari keluarga menengah atas. Mereka sangat serius dalam kuliah, tetapi kurang tertarik pada kegiatan di luar akademis. Keempat, ada mahasiswa jalan pintas yang memiliki motivasi hanya untuk mendapatkan gelar tanpa peduli dengan nilai etika. Mereka mungkin melakukan tindakan plagiat atau membayar orang lain untuk menyelesaikan tugas akademis mereka. Kelima, terdapat mahasiswa pekerja yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas atau sudah bekerja. Mereka berusaha keras untuk meraih kesuksesan dengan mengikuti kuliah sambil menjalani pekerjaan. Keenam, ada mahasiswa unggulan yang berasal dari keluarga terpelajar, memiliki kondisi ekonomi yang baik, dan secara aktif terlibat dalam organisasi atau kegiatan ilmiah lainnya selama masa kuliah.
Beberapa pandangan mengenai organisasi. Stoner mengartikan organisasi sebagai pola hubungan di mana orang-orang yang dipimpin oleh manajer berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Sementara itu, Henry Setiawan menjelaskan organisasi sebagai tempat berkumpulnya individu-individu yang bekerja sama demi mencapai tujuan tertentu.
Mahasiswa dan keanggotaan dalam organisasi merupakan dua elemen yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, muncul istilah "mahasiswa kura-kura," yang merujuk kepada mahasiswa yang aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kampus. Mereka seringkali bersedia pulang larut malam dari kampus hanya untuk menghadiri berbagai rapat dan kegiatan. Kehidupan berorganisasi di lingkungan kampus memicu beragam pandangan dan perhatian. Sebagian melihatnya sebagai penghambat kemajuan akademis, sementara lainnya menganggap bahwa berpartisipasi dalam organisasi kampus dapat memberikan manfaat yang besar, termasuk meningkatkan reputasi dan pengakuan di antara sesama mahasiswa.
Sebagai mahasiswa, prestasi akademis adalah kewajiban utama. Penting diingat bahwa peran utama seorang mahasiswa adalah untuk belajar. Namun, apakah belajar saja sudah cukup? Selain menghadiri kuliah dan memperoleh pengetahuan, seorang mahasiswa juga seharusnya mencari keseimbangan dalam kehidupannya dengan aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di luar akademis.
Salah satunya adalah melalui keterlibatan dalam organisasi kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), himpunan mahasiswa jurusan/program studi, dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), atau menjadi bagian dari panitia penyelenggara acara-acara kampus.
Bergabung dalam organisasi kampus atau menjadi bagian dari panitia penyelenggara acara kampus ternyata membawa banyak manfaat yang dapat diidentifikasi. Di bawah ini adalah beberapa bukti bahwa terlibat dalam organisasi kampus atau kepanitiaan acara kampus bukan hanya tentang meningkatkan profil sebagai mahasiswa yang aktif, tetapi juga memberikan keuntungan-keuntungan berikut:
Mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan organisasi atau menjadi anggota panitia dalam acara kampus cenderung memiliki kesempatan lebih besar untuk melatih kemampuan berbicara di depan publik, meningkatkan inisiatif, serta mampu mengarahkan dan memotivasi rekan-rekan mahasiswa lainnya yang menjadi anggota organisasi atau panitia yang sama.
Menyalurkan minat dan bakat. Organisasi-organisasi kampus menyediakan wadah bagi mahasiswa untuk mengungkapkan dan mengembangkan minat serta bakat yang mungkin selama ini terpendam.
Memperluas jejaring sosial. Bergabung dalam organisasi kampus atau menjadi bagian dari panitia acara kampus akan memperkenalkan mahasiswa kepada teman-teman baru dari berbagai latar belakang, seperti mahasiswa dari jurusan lain, sesama mahasiswa angkatan, senior, dan banyak individu lainnya.
Meningkatkan manajemen waktu. Terlibat dalam organisasi atau panitia acara kampus bisa mengubah dinamika waktu mahasiswa, mengurangi waktu yang biasanya digunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas akademis. Oleh karena itu, kemampuan manajemen waktu yang efisien menjadi sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan akademik dan non-akademik.
Membangun pengalaman berharga sebagai mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Pengalaman ini dapat menjadi modal berharga saat mahasiswa bersaing di dunia kerja, dan memberikan keunggulan dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya fokus pada aktivitas perkuliahan. Kesuksesan seorang mahasiswa tidak hanya bergantung pada prestasi akademiknya, melainkan juga pada pengalaman yang didapat selama terlibat dalam organisasi kampus.
Biasanya, mahasiswa memiliki harapan untuk mengejar prestasi akademis yang memuaskan selama kuliah, sambil memperoleh pengalaman tambahan dan mengembangkan keterampilan yang berguna untuk masa depan melalui partisipasi dalam organisasi. Namun, realitanya tidak selalu sesuai dengan harapan. Dalam konteks ini, akan diuraikan beberapa situasi yang mungkin dihadapi oleh mahasiswa yang aktif dalam organisasi, sambil harus memenuhi kewajiban akademis mereka. Dua prioritas ini dapat saling bertabrakan, mengakibatkan masalah manajemen waktu. Dalam situasi seperti itu, mahasiswa mungkin akan dihadapkan pada pilihan antara fokus pada studi akademis atau komitmen organisasi. Kemungkinan yang dapat terjadi pada mahasiswa dalam situasi semacam itu, yaitu, memilih antara keduanya, yaitu kuliah atau organisasi.
*Dosen TPB Fateta Universitas Andalas (Unand)