PalantaLanggam - Pemerintah Kota Padang terus berupaya menekan angka stunting di Kota Padang. Saat ini, tercatat 1.002 anak di Kota Padang mengalami stunting. Dari data yang dikemukakan Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat menargetkan angka prevalensi angka anak yang gagal tumbuh akibat kekurangan gizi atau stunting di kota berpenduduk sekitar 900 ribu jiwa tersebut di akhir 2023 di angka 17 persen dan dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 Kota Padang di angka 19,5 persen, angka ini mengalami kenaikan dari pada 2021 di angka 18,9 persen.
Tidak hanya pemerintah yang berupaya melakukan penurunan stunting, tapi dosen Unand dengan program pengabdian kepada masyarakat juga mencoba membantu dengan mengadakan pendampingan ke keluarga yang anaknya mengalami stunting.
Hal itu telah dilakukan oleh tim pengabdian dalam kegiatan rembuk stunting yang diadakan pada Senin (14/8) kemarin di Balai Pos Pemuda Koto Kaciak Mata Air Padang.
Kegiatan yang diawali pemaparan dari ketua tim pengabdian Yeffi Masnarivan dengan anggota Rahmi Awalina dan Resmiati, dari hasil penimbangan yang dilakukan bulan lalu pada kegiatan posyandu harapan Ibu 6 ternyata ditemukan ada 7 orang anak yang mengalami stunting. Tentunya temuan ini perlu disikapi segera.
Yeffi menuturkan “tujuan akhir dari kegiatan pengabdian ini akan ada pembuatan digitalisasi media dalam edukasi stunting, dan pengolahan makanan berbasis pangan lokal untuk peningkatan status kualitas gizi.
Pada kesempatan yang sama turut hadir Lurah Mata Air, Suardi. Suardi menyampaikan apresiasinya kepada tim pengadian Unand yang telah membantu masyarakat khususnya anak penderita stunting. Dia menuturkan, tingkat stunting di wilayah setempat masih cukup tinggi, beberapa upaya yang telah dilakukan, tapi belum maksimal untuk menurunkan stunting ini. Selain dari itu edukasi melalui kader belum maksimal.
Selain dari segi ekonomi, faktor lain yang menyebabkan stunting ini ialah masih belum banyak informasi mengenai pola asuh anak serta perlunya edukasi diberikan pada calon pengantin pada masa pra nikah. Lurah berharap kader posyandu dan tim TPK dapat meningkatkan peran dalam turun ke lapangan untuk menurunkan angka stunting dan melakukan inovasi dengan mengadakan pos gizi.
Balai Penyuluhan KB Kecamatan Padang Selatan, Retno juga menuturkan ada sebanyak 6 Tim Pendamping Keluarga (TPK). BKKBN berusaha mencegah stunting dari hulu, mulai dari catin hingga ibu punya baduta, kegiatan ini didampingi oleh TPK. Untuk calon pengantin (catin) tiga bulan sebelum pernikahan wajib melakukan perbaikan gizinya jika ia beresiko untuk ibu hamil. Tugas dari tim TPK melakukan pendampingan untuk memastikan ibu hamil memeriksakan kehamilannya sampai anak lahir. Tim TPK terdiri dari beberapa bidan, kader stunting.
Diakhir kegiatan Yeffi menyampaikan harapan peran dari tokoh masyarakat dalam mengajak masyarakat untuk datang ke posyandu, memperbaiki kualitas gizi anak, atau menyelipkan pembahasan terkait stunting dalam pertemuan warga di RT maupun RW.**