Langgam.id - Mengelola sampah secara mandiri, Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota bisa meraup pendapatan asli nagari hingga puluhan juta rupiah setiap tahunnya.
Pendapatan nagari itu, kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat setempat.Bentuknya, bantuan pendidikan, sosial dan kesehatan, serta kegiataan pemberdayaan masyarakat desa dan adat. Menariknya, ide pengelolaan sampah ini terinspirasi dari seorang mahasiswa asal Jepang.
Wali Nagari Situjuah Batua Dhon Vesky Dt Tan Marajo mengatakan, pemerintah nagari mulai mengelola sampah secara profesional pada 2018 silam. Saat ini, jumlah sampah yang dikelola setiap hari mencapai 2 ton.
"Sampah-sampah tersebut, berasal dari limbah rumah tangga, pasar tradisional, perkantoran dan sekolah," katanya, dalam rilis yang diterima Langgam.id, Selasa (5/11/2019).
Sampah diangkut setiap pagi oleh lima petugas kebersihan dengan dua becak motor dan satu mobil. Petugas ini mengambil sampah dari 1.000 tong sampah yang disediakan pemerintah nagari di rumah-rumah penduduk, pasar nagari dan perkantoran, serta titik-titik strategis.
Ia menyebut, sebagian sampah yang dikumpulkan dikelola di rumah kompos yang disiapkan Badan Usaha Milik Nagari (BumNag) dan pemerintah nagari. Rumah kompos ini dibina Universitas Andalas (Unand) Padang.
Sedangkan sebagian lainnya, dibuang ke TPAS Regional Sumbar di Taratak, Padangkarambia, Kota Payakumbuh, melalui kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Limapuluh Kota.
Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Nagari Zul'adi menyebut, partisipasi masyarakat sangat tinggi dalam menyukseskan program itu. Setiap bulan, setiap keluarga membayar iuran Rp10 ribu.
"Di sini, sampah menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Nagari. Diatur melalui Peraturan Wali Nagari Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah," katanya.
Pemerintah nagari membebaskan masyarakat tidak mampu dari iuran itu. Sedangkan masyarakat kurang mampu, boleh membayar separuhnya.
Pendapatan dari sampah, 20 persen digunakan untuk membiayai operasional petugas kebersihan dan petugas pemungut iuran. Merekaberasal dari kader KB/Yandu/PKK.
Sedangkan 80 persen dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan pendidikan (buku sekolah, tas, sepatu). Juga, bantuan sosial dan kesehatan, serta kegiataan pemberdayaan adat dan budaya.
"Jadi, uang rakyat, kami kembalikan lagi kepada rakyat. Pendapatan asli nagari, termasuk dari pengelolana sampah, kami kembalikan lagi kepada masyarakat," kata Dt Tan Marajo.
Selain mengelola sampah setiap hari, Pemerintah Nagari Situjuah Batua juga berupaya menjaga kebersihan di nagari tersebut, dengan membuat empat program gotong royong yang berjalan efektif sampai sekarang. Ada gotong royong wajib setiap Jumat, khusus untuk perempuan, gotong royong istimewa untuk menyambut hari besar serta gotong-royong apabila ada keadaan tanggap darurat.
Terobosan yang dilakukan Nagari Situjuah Batua kemudian diikuti nagari-nagari lain di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan Kecamatan Mungka. Kelurahan Bungus dari Kota Padang, juga melakukan studi banding ke Situjuah Batua, dalam pengelolan sampah. Begitu pula dengan Nagari Lubuakmalako, Kecamatan Sangirjujuran, Kabupaten Solok Selatan, dan Nagari Sungai Tunu Utara, Kecamatan Ranah Pasisie, Kabupaten Pesisir Selatan.
Tidak hanya menjadi percontohan bagi nagari lain, sukses dalam pengelolaan sampah, juga mengantar nagari ini pada peringkat pertama Indeks Desa Membangun (IDM) di Kabupaten Limapuluh Kota. Sesuai dengan data Kemendes-PDT dan TA P3MD Limapuluh Kota tahun 2019, Nagari Situjuah Batua berada pada peringkat pertama dengan total nilai IDM 0.848 dengan status IDM sebagai nagari/desa mandiri.
Namun, bagi pemerintah nagari Situjuah Batua, sasaran akhir yang dituju dari pengelolaan sampah, bukan sekadar prestise semata.
"Tapi bagaimana, masyarakat memiliki kesadaran akan bahaya sampah bagi lingkungan hidup. Alhamdulilah, kesadaran ini sudah muncul. Bahkan, sudah menjadi karakter. Jika hari ini, masih ditemukan satu dua sampah di jalan raya Nagari Situjuah Batua, dapat dipastikan, itu bukan sampah yang dibuang masyarakat. Tapi sampah yang kadang dilempar oleh pengendara," kata Kepala Jorong Tangah Situjuah Batua, MA Dt Paduko Rajo Nan Kuniang.
Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Nagari Situjuah Batua, H Zul'Aidi menyebut, pengelolaan sampah yang sudah dilakukan pemerintah Nagari Situjuah Batua selama hampir setahun belakangan ini, merupakan yang pertama di Sumatra Barat.
"Sebelum Situjuah Batua memulai, belum ada pemerintahan terendah di Sumbar yang mengelola sampah secara profesional," kata mantan anggota DPRD Limapuluh Kota itu.
Ide pengelolaan sampah tersebut, menurut wali nagari, karena terinspirasi mahasiswa Osaka City University Jepang. Mereka adalah Aki Nagao, Shanshuke Harano dan Yuhi Takatsuki.
Pada 2018, mereka bergabung dengan mahasiswa Unand mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di Nagari Situjuah Batua.
Bersamaan dengan itu, juga ikut melaksanakan KKN di Nagari Situjuah Batua, mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan ISI Padang Panjang.
Kehadiran para mahasiswa itu, terutama mahasiswa dari Jepang, menginspirasi pemerintah Nagari dalam mengelola sampah.
"Keikutsertaan mahasiswa dari Jepang dalam KKN PPM Unand itu, menginspirasi kami dalam mengelola sampah. Harus jujur diakui, kita memang jauh tertinggal dari Jepang dalam budaya bersih dan disiplin," kata wali nagari.
Mahasiswa dari Osaka City University Jepang, meninggalkan nilai-nilai keteladanan bagi masyarakat Situjuah Batua. "Malu kami, mahasiswa Jepang itu, meski bukan muslim, tapi mengaplikasikan semangat kebersihan itu sebagian dari iman. Mereka, memunguti sampah yang bertebaran di jalan dan pasar nagari kami. Saat makan pisang pun, mereka tak mau buang kulitnya sembarangan. Bahkan, karena tak melihat tong sampah, mereka tak segan-segan menyimpan kulit pisang ke dalam celana," katanya.
Sikap mahasiswa Jepang dalam menangani sampah, menjaga kebersihan, dan mengedepankan budaya malu itu, menurut Tan Marajo, menjadi inspirasi bagi dirinya dan pemerintah nagari.
"Melihat mahasiswa Jepang itu, kami langsung berpikir, bagaimana pemerintah nagari bisa mengelola sampah yang menjadi persoalan serius bagi Situjuahbatua," katanya.
Alhasil, dengan bermodal kekuatan masyarakat, upaya itu menuai hasil. (*/SS)