Langgam.id - Di antara beragam jenis karya sastra, barangkali sastra sufi adalah salah satu yang paling tersuruk eksistensinya. Kajian, publikasi, atau catatan tentangnya terbilang sangat terbatas. Padahal ia hingga kini masih hidup di di surau-surau di berbagai wilayah di Minangkabau, termasuk Kab. 50 Kota, sebagai bagian tak terpisahkan dari laku thariqat.
Sastra sufi atau bisa disebut juga nazham sufi masih dilantunkan di surau-surau, pada malam-malam tertentu atau pada hari-hari biasa, jauh dari hiruk-pikuk dunia sastra kontemporer. Di suatu masa ia pernah demikian populer.
“Nazham pernah sangat populer di Sumatera Barat ini, sekira awal abad ke-20. Sebagai format tulisan, nazham pernah jadi bentuk yang dipakai banyak kalangan untuk menyampaikan sesuatu, mulai dari membahas perkara sehari-hari sampai masalah ketuhanan,” jelas Buya Apria Putra.
Filolog dan pengajar di salah satu kampus di Bukittinggi ini juga menerangkan bahwa meski menjadi populer, nazham tetaplah berakar pada sejarah tharigat sufi di Sumatera Barat.
Nazham Sufi: Jalan Mendekatkan Diri pada Allah
Buya Apria Putra merupakan salah satu anggota Kelompok Nazham Insan Kamil dari Mungo Kab. 50 Kota. Bersama teman-teman sepengajiannya, ia akan membawakan dua nazham, yaitu Nazham Tarekat dan Nazham Insan dengan iringan rebana. Dua nazham ini bukan nazham populer, melainkan nazham sufi.
“Nazham tersebut ditulis dalam tulisan arab melayu, termaktub dalam kitab Aqidah Limapuluh, yang populer di surau-surau thariqat, terutama di 50 Kota,” lanjut Buya.
Meski pengarangnya tidak lagi diketahui, namun menurut Buya Apria, penulis ialah seorang guru/mursyid thariqat yang disinyalir memiliki hubungan erat dengan tokoh Syaikh Mudo Abdul Qadim Belubus, sosok sufi besar di Minangkabau awal abad 20.
Lebih jauh, Buya Apria menjelaskan bahwa nazham-nazham tersebut berisi tentang pendekatan abdi kepada Allah melalui jalan thariqat sufi di mana thariqat digambarkan sebagai salah satu jalan terpenting yang mesti ditempuh oleh mereka yang ingin mendekatkan diri kepada Allah.
“Nazham itu mengajarkan bagaimana melalui thariqat seseorang akan belajar mengasah spiritual dalam rangka mencapai tingkatan yang disebut insan yang paripurna; yang betul-betul ma’rifat/ mengenal Tuhan,” pungkasnya.
Pertunjukan spesial ini akan berlangsung malam nanti (5/12/22) di Agamjua Caffe, Payakumbuh, dalam lanjutan acara Payakumbuh Poetry Festival (PPF) 2022.
Selain sastra sufi, masih ada pertunjukan spesial lainnya. Ada penampilan musik dan sastra lisan Basijobang oleh Maestro Sijobang Dt Kodo bakal membuka rangkaian kegiatan di malam ketiga. Setelahnya. Tak lama setelahnya, berturut-turut tampil karya pemenang Lomba Puisi Visual, Rantak Puisi, serta pertunjukan Puisi Bunyi. Semua pertunjukan ini bertempat di Agamjua Caffe.
Perkara Sastra di Filipina
Masih dalam rangkaian PPF 2022, siang tadi telah berlangsung diskusi bersama Dr. Michael M. Coroza, penulis peraih S.E.A Award 2017 dari Ateneo De Manila University, Philipina di Agamjua Caffe. Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Trisha Adelia ini, penyair sekaligus periset sastra itu berbagi pandangannya soal perkembangan sastra di Filipina.
Menurutnya, perkembangannya cukup dinamis. Dari segi bahasa, ia melihat saat ini tengah terbentuk bahasa dalam sastra yang lebih inklusif. Bahasa tagalog yang awalnya mendominasi struktur bahasa dalam sastra di Filipina, kini mulai diimbangi oleh bahasa-bahasa lokal lainnya. Mulai banyak diksi-diksi dalam sastra di Filipina yang berasal bukan dari korpus bahasa tagalog.
Setelah diskusi bersama Michael Coroza, Ahda Imran dan Saut Situmorang bakal menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk ‘Apa Persoalan Puisi Indonesia Hari Ini?’. Di sini, dua penyair tersebut akan membeberkan pandangannya soal persoalan puisi Indonesia hari ini.
Selanjutnya, pada sore hari, juga disediakan forum diskusi yang akan dipandu oleh sastrawan asal Bali Ni Made Purnama Sari. Forum ini ditujukan khusus untuk pelajar SMA sederajat. Penyair perempuan asal Bali ini akan bercerita dan mengajak pelajar mengenal dunia sastra serta mendiskusikan berbagai hal terkait puisi.
Payakumbuh Poetry Festival 2022 merupakan salah satu program Dinas Pariwisata Sumatera Barat dengan dukungan dana Pokir Ketua DPRD Supardi. 2022 ini adalah tahun ketiga pelaksanaan PPF.
--
Ikuti berita terbaru dan terkini dari Langgam.id. Anda bisa bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update di tautan https://t.me/langgamid atau mengikuti Langgam.id di Google News pada tautan ini