Langgam.id - Universitas Andalas (Unand) kembali mengukuhkan guru besar baru. Kali ini, sekaligus tiga orang guru besar tetap di Fakultas Teknologi Pertanian.
Pengukuhan tersebut dilakukan oleh Rektor Unand Prof. Dr. Yuliandri, SH. MH, dalam rapat Dewan Profesor Unand yang dipimpin oleh Ketua Dewan Profesor Prof. Dr. Ir. Helmi, M.Sc, dan Sekretaris Dewan Profesor Prof. Dr. Erwin, M.Si, di Convention Hall Unand, Senin (19/9/2022).
Tiga guru besar yang dikukuhkan kali adalah Prof. Dr. Ir. Anwar Kasim yang diangkat sebagai guru besar tetap dalam bidang ilmu teknologi pertanian. Ia mengangkat orasi ilmiah dengan judul 'Gambir: Tanaman dari Masa Lalu dan Bahan Baku Industri Masa Datang'.
"Gambir memiliki potensi pengembangan yang luar biasa untuk masa mendatang. Sehingga perlu kebijakan dalam pemanfaatan gambir di dalam negeri," ujarnya.
Ia mengungkapkan pasar gambir sangat tergantung pada pasar ekspor yang porsinya mencapai 80 persen. Di sisi lain, Indonesia masih mengimpor bahan penyamak kulit yang bisa disubstitusi dengan gambir. Artinya, pemanfaatan gambir dalam negeri perlu dimaksimalkan.
Guru besar lainnya yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. Rina Yenrina, M.Si yang ditetapkan sebagai guru besar tetap dalam bidang ilmu teknologi pangan dan gizi, dengan orasi berjudul 'Pengendalian Hiperurisemia dan Arthritis Gout dengan Membatasi Konsumsi "High Purine Foods" dan Kandungan Purin Masakan Khas Sumatera Barat'.
Ia menyebutkan makanan Minangkabau banyak mengandung purin yang menjadi penyebab paling tinggi penyakit asam urat. Sehingga konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi juga perlu dikontrol.
Selanjutnya, Prof. Tuty Anggraini, STP. MP. Ph.D dikukuhkan sebagai guru besar tetap dalam bidang ilmu teknologi hasil kebun. Ia mengangkat pidato berjudul 'Potensi Teh (Camellia sinensis) Sumatra Barat sebagai Antioksidan Serta Pengaruh Keberadaan Anthraquinone Sebagai Kontaminan'.
Ia meneliti teh yang ditanam di Sumatra Barat, baik di Kabupaten Solok, Solok Selatan, dan Limapuluh Kota. Menurutnya, teh Indonesia mengandung anthraquinone yang sebenarnya tidak terdapat pada teh. Bahkan, senyawa anthraquinone itu kini menjadi syarat untuk masuk pasar Eropa dengan batas maksimum kadarnya 0,02 mg / kg.
"Saya menemukan keberadaan anthraquinone pada teh terjadi pada saat pengolahan," katanya.
Dalam pengukuhan ini, Rektor Yuliandri mengucapkan selamat kepada tiga orang guru besar yang telah dilantik. Menurutnya, guru besar merupakan jabatan akademik tertinggi di perguruan tinggi.
"Pengukuhan ini adalah tradisi akademik yang dipunyai oleh masing-masing perguruan tinggi,” ujarnya.
Dengan dikukuhkan tiga orang guru besar itu, maka Unand saat ini memiliki lebih dari 160 orang guru besar.
Ia berharap guru besar yang dikukuhkan bisa mengaplikasikan ilmu yang dimiliki demi kepentingan masyarakat. “Mereka diharapkan bisa berkarya, dan menghasilkan produk yang bersifat inovasi penelitian, dan sebagainya,” kata Yuliandri.