Langgam.id - Sektor pertanian belum menjadi prioritas utama penyaluran kredit perbankan di Sumatra Barat, meski paling dominan sebagai struktur penopang ekonomi Sumbar. Sektor pertanian masih menjadi "anak tiri" dalam mendapatkan kredit bank meski ujung tombak ekonomi daerah.
Hal itu tercermin dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2022. Dari enam sektor ekonomi penyaluran kredit perbankan di Sumbar, sektor pertanian belum mendominasi seperti di provinsi tetangga, Riau, Jambi dan Sumatra Utara.
Padahal, lebih dari setengah penduduk Sumatra Barat bekerja di sektor pertanian, serta 24 persen kontribusi ekonomi Sumbar ditopang dari sektor tersebut atau merupakan yang paling besar.
Data OJK yang dikutip langgam, Kamis (23/6/2022), mencatatkan sektor terbesar penyaluran kredit perbankan di Sumbar adalah sektor perdagangan besar dan eceran mencapai Rp15,46 triliun per Maret 2022 atau tumbuh 9,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran terhadap ekonomi Sumbar hanya sekitar 18 persen, jauh di bawah sektor pertanian dan kehutanan.
Penyaluran kredit perbankan berikutnya, baru ke sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar Rp9,48 triliun atau tumbuh 9,16 persen. Selanjutnya, sektor industri pengolahan menerima kucuran kredit Rp3,19 triliun atau tumbuh 37 persen.
Sektor keempat adalah penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum menerima kucuran kredit sebesar Rp937 miliar atau tumbuh 11,42 persen, sektor konstruksi menerima kredit Rp660 miliar atau tumbuh negatif alias minus 8,65 persen, serta terakhir sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar 594 miliar atau tumbuh 16,10 persen.
Adapun, secara keseluruhan per Maret 2022 penyaluran kredit perbankan Sumbar mencapai Rp61,50 triliun atau tumbuh 7,63 persen lebih tinggi dari angka nasional yang hanya 6,5 persen.
Dari jumlah itu, kredit konsumsi masih mendominasi dengan penyaluran Rp27,68 triliun atau tumbuh 3,79 persen, kredit modal kerja tumbuh 11,97 persen menjadi Rp24,83 triliun, dan kredit investasi tumbuh 8,38 persen menjadi Rp8,98 triliun.