Langgam.id – Turunnya harga cabai setelah mengalami peningkatan signifikan bulan lalu, akhirnya membuat Kota Padang dan Bukittinggi mengalami deflasi per September tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat mencatat dua kota yang menjadi barometer ekonomi Sumbar itu mengalami deflasi didorong turunnya harga sejumlah kebutuhan pokok di pasaran, terutama cabai merah dan cabai rawit.
“Masing – masing deflasi 0,95 persen di Padang dan 1,10 persen di Bukittingg. Paling dominan disebabkan turunnya harga cabai merah,” kata Sukardi, Kepala BPS Sumbar, Selasa (1/10).
Menurutnya, penurunan harga komoditas tersebut berkontribusi maksimal menghambat laju inflasi daerah itu, sehingga per September Sumbar mengalami penurunan harga atau deflasi.
Lebih rinci, Sukardi memaparkan cabai merah mengalami penurunan harga hingga 23,46 persen di Padang dan di Bukittinggi turun sebesar 25,52 persen.
Begitu juga dengan cabai rawit turun 21,54 persen di Padang dan turun tipis 5,48 persen di Bukittinggi.
Selain cabai, komoditas pokok yang menyumbang deflasi antara lain bawang merah, tomat sayur, jeruk, telur ayam ras, kacang panjang, daging ayam, beras, bawang putih, dan minyak goreng.
Meski mencatatkan deflasi, secara umum Sumbar masih mengalami inflasi, yakni untuk tahun kalender dari Januari – September 2019 sebesar 2,34 persen di Padang dan 1,40 persen di Bukittingg.
Sementara itu, laju inflasi year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, maka Padang mengalami inflasi 3,52 persen dan Bukittinggi sebesar 3,60 persen.
Adapun, harga cabai merah di pasaran saat ini terpantau mengalami penurunan cukup tinggi dari dua pekan lalu yang sempat menyentuh harga Rp65.000 per kilogram.
Saat ini, cabai merah di Pasar Raya Padang dijual Rp40.000 per kilogram. Bahkan, cabai merah lokal dijual lebih murah hingga Rp38.000 per kilogram.
Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan laju inflasi Sumbar sepanjang tahun ini berada pada kisaran 3,5 persen plus minus 1 persen.
“Melihat perkembangan yang ada, kami perkirakan laju inflasi Sumbar tahun ini cukup terkendali di kisaran 3,5 persen plus minus 1 persen,” kata Wahyu Purnama A, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumbar.
Dia mendorong pemerintah daerah meningkatkan koordinasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna memastikan laju inflasi daerah itu terjaga, sekaligus memastikan harga kebutuhan pokok terkendali di pasaran. (HF)