Langgam.id - Sekitar 300 hektare (ha) sawah petani di Nagari Buayan dan Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat (Sumbar) terancam gagal tanam. Hal ini diakibatkan, karena adanya proses pengerjaan sidimen di irigasi anai satu di wilayah setempat.
Menurut petani pengerjaan sidimen itu akan menutup aliran air ke sawah-sawah mereka. Namun pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatra V mengklaim telah melakukan sosialisasi terlebih dahulunya.
Bahkan, rapat bersama petani dan unsur perangkat nagari terkait proses penutupan aliran air tersebut juga telah dilakukan. Dalam rapat itu, disepakati aliran air ke sawah petani dimatikan pada awal September 2019 ini.
"Kami sudah sosialisasi ke tingkat Kecamatan di bulan Juni kemarin. Sudah ada kesepakatan bersama para Petani Pembangkit Air (P3A) dan Camat, Wali Nagari terkait sosialisasi ini," ujar Pelaksana Teknis BWS Sumatra V Rinaldi dihubungi langgam.id, Jumat (20/9/2019).
Kesepakatan itu, kata Rinaldi, diputuskan bahwa aliran air dimatikan ketika petani tidak memerlukan air dan tidak melaksanakan masa tanam. Hal ini disetujui oleh para perwakilan ketua P3A serta unsur perangkat nagari setempat ketika rapat.
"P3A-kan ada ketuanya masing-masing, kalau satu-satu petani tentu banyak ya. Kami sudah sosialisasi dulu, dapat kesepakatan. Kami tentu tidak sepihak menggambil keputusan, kami musyawarah dulu," tegasnya.
Selain sosialisasi, Rinaldi mengatakan, selembaran surat edaran pengumuman akan aliran air dimatikan juga telah disebar kepada masyarakat. Surat itu diedarkan dipertengahan Agustus sebelum aliran air secara resmi ditutup.
'Surat edaran sudah disebarkan kepada masyarakat sebelum air dimatikan. Surat edaran ditempel ke warung-warung, tanggal 22 Agustus kemarin," katanya sembari menyebutkan proses pengerjaan sidemen ditargetkan rampung bulan September ini.
Sebelumnya, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Harapan Baru mengeluhkan dengan penutup aliran air ke sawah mereka tersebut. Sebab, mereka tidak bisa melaksanakan proses penanaman yang akan dilakukan bulan ini.
Ketua Kelompok Tani Harapan Baru, Syamsul Bahri menyebutkan, khusus petani yang tergabung dalam kelompoknya terdapat 27 hektar yang terdampak gagal tanam. Namun, katanya, untuk secara keseluruhan terdapat 300 hektar sawah.
"Kami tentu tidak bisa bertanam dengan adanya perbaikan irigasi ini. Dulu kami selalu diajak rapat, tapi sekarang enggak. Ini tentu keuntungan sepihak," jelasnya. (Irwanda)