Langgam.id - Indonesia Fact-checking Summit 2021 akan digelar pertengahan Desember 2021 ini. Penguatan kampanye memerangi hoaks dan informasi palsu pada karya jurnalistik menjadi salah satu pembahasan penting dalam webinar pada kegiatan puncak 20 Desember 2021.
Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut mengatakan, rangkaian konferensi itu diselenggarakan sebagai bagian upaya terus mengampanyekan pentingnya informasi sehat yang bebas dari peredaran informasi palsu.
Peredaran informasi palsu masih menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi masyarakat luas. Informasi palsu kerap ditemukan dalam berbagai platform.
"Dan bahkan, tak sekali dua kali, lebih viral dari berita informasi terverifikasi yang dihasilkan media atau hasil periksa fakta dibuat oleh jaringan Cekfakta.com ," kata Wenseslaus Manggut, Minggu (12/12/2021)
Menurutnya, paparan informasi palsu yang dibiarkan begitu saja, dapat memengaruhi pola pikir masyarakat dan mengancam demokrasi. Jika dibiarkan masyarakat tak lagi mampu memilah informasi bohong dan fakta di Jakarta.
Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Sasmito mengatakan, Indonesia Fact-checking Summit 2021 akan menghasilkan rekomendasi untuk penguatan kampanye memerangi informasi palsu bagi stakeholder eksternal maupun internal.
Bahaya informasi bohong dan stempel hoaks pada karya jurnalistik sudah dilihat saat pandemi covid-19. Keselamatan publik yang menjadi taruhannya.
Karena itu, Factchecking Summit 2021 menjadi ruang mengampanyekan perlunya kolaborasi dalam memerangi hoaks dan pelabelan sembarangan pada karya jurnalistik.
Indonesia Fact-checking Summit 2021 merupakan terselenggata berkat jejaring Cek Fakta yang digawangi AMSI. Di antaranya, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) serta jaringan media Cekfakta.com.
Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho mengatakan, kolaborasi Cekfakta.com yang juga didukung oleh jaringan periksa fakta Mafindo merupakan upaya agar masyarakat tidak mengambil keputusan berdasarkan informasi palsu.
"Pengambilan keputusan karena informasi palsu dapat merugikan bahkan membahayakan individu, komunitas hingga masyarakat itu sendiri,” kata Septiaji Eko Nugroho.
Konferensi ini akan berisi rangkaian diskusi terfokus (FGD), mini workshop, dan training. Puncak acara akan berlangsung 20 Desember 2021 dengan webinar Fact Checking Summit 2021.
Menurutnya, tantangan dan isu-isu terbaru dalam praktik cek fakta tak luput menjadi perhatian dalam konferensi kali ini. Di antaranya fenomena penyematan stempel hoaks pada sejumlah karya jurnalistik terverifikasi.
"Sayangnya pembubuhan stempel dilakukan tanpa dasar dan argumentasi yang kuat.
Isu etik dan praktik-praktik ancaman serta doxing (mempublikasikan data pribadi pemeriksa fakta bertujuan negatif) terhadap para fact checker," katanya.
Kegiatan yang didukung Google News Initiative ini merupakan bagian dari APAC Trusted Media Summit 2021. Kegiatannya terbuka untuk diikuti pemeriksa fakta dari media, jurnalis, kampus dan publik yang tergabung dalam AMSI, AJI, Mafindo serta komunitas dan kampus-kampus peduli bebas dari hoaks.
Pendaftaran FGD dan training silakan mengisi link https://bit.ly/PendaftaranFGDIndonesiaFactCheckingSummit2021. Link Google Meet akan dikirim oleh panitia pada Rabu, 15 Desember 2021.
Sementara pendaftaran webinar silakan mengisi link bit.ly/DaftarWebinarFact-CheckingSummit2021 link otomatis akan dikirim ke email yang didaftarkan. Informasi lanjut tentang Indonesia Fact-checking Summit 2021 dapat diikuti di sosmed IG/ Facebook AMSI, AJI, Mafindo dan KBR atau menghubungi sarahervina@gmail.com. (*/debi virnando)