Langgam.id - Mahasiswa asing di Universitas Andalas (Unand) memiliki beragam motivasi sebelum memutuskan untuk mempelajari bahasa Indonesia. Alumni program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) mengungkapnya dalam Webinar Studi Pelacakan Alumni BIPA Unand Seri II, Rabu (17/11).
Dalam kegiatan itu ada tiga alumni yang menjadi pembicara, yakni Kim Tae Hee dari Korea Selatan, Ahmadreza Abootalebian dari Iran, dan Joshua Hicks dari Inggris.
Tae Hee mengaku memilih bahasa Indonesia karena berpikir bahwa Indonesia akan berkembang sebentar lagi. Indonesia sudah punya daya kompetisi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara. Ia kuliah BIPA di Unand pada 2019 satu semester melalui program pertukaran mahasiswa antara Busan dan Unand.
Tae Hee memilih Padang sebagai tempat belajar bahasa Indonesia karena di sana jarang ada orang Korea. Pertimbangannya, kalau kuliah di tempat yang banyak orang Korea, ia merasa rugi karena pasti berkomonikasi memakai bahasa Korea.
"Saya ingin melihat kebudayaan asli Indonesia di tempat yang bukan kota besar dan tempat wisata. Saya bisa lebih mengerti kebudayaan Indonesia karena dalam materi kuliah BIPA dihadirkan teks yang menceritakan kebudayaan Sumatera Barat," kata mahasiswa Busan University of Foreign Studies (BUFS) Jurusan Malay-Indonesia Fakultas Asia Tenggara itu.
Sementara itu, Ahmadreza belajar bahasa Indonesia dengan motivasi ingin menjadi penghubung antara orang di negaranya dengan orang Indonesia atau sebaliknya. Hal itu berkaitan dengan pekerjaannya sebagai broker.
"Mengapa saya pilih Indonesia? Karena pariwisata, pertanian, dan ekonomi Indonesia sebagai masa depan Asia Tenggara. Pariwisata adalah bisnis paling besar," tutur mahasiswa BIPA Unand tahun 2019 yang berminat menjadi perantara bagi pengimpor di Iran dan petani di Indonesia itu.
Adapun Joshua belajar bahasa Indonesia karena tertarik dengan Indonesia dan budaya serta alamnya. Sewaktu kuliah di Universitas Exeter, Inggris, ia bergabung dengan klub budaya Indonesia.
Klub itu bukan hanya untuk orang Indonesia, melainkan juga untuk orang yang tertarik dengan budaya Indonesia. Dari klub itu ia makin tertarik dengan Indonesia karena makanannya enak, orangnya baik, ramah, kaya budaya, dan alamnya indah.
"Saya belajar bahasa asing untuk berkomunikasi dengan orang yang budayanya berbeda. Dulu waktu kuliah jurusan teologi di Inggris, saya belajar bahasa Ibrani dan bahasa Yunani. Saya sangat menikmati," katanya.
Joshua kemudian mencari tahu bahasa apa lagi yang diajarkan di Universitas Exeter. Universitas itu satu dari dua universitas di Inggris yang mengajarkan bahasa dan budaya Indonesia.
"Itu kesempatan yang baik dan unik. Jadi, saya ambil mata kuliah itu,” katanya.
Pada 2019 Joshua tinggal di Padang untuk belajar BIPA di Unand selama setahun. Tahun berikutnya, ia terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Magister Linguistik Unand.
Menurutnya, belajar bahasa Indonesia di Pusat Bahasa Unand jauh lebih baik daripada di Inggris karena ia bisa berlatih langsung berbahasa Indonesia dengan teman dan tetangganya di Padang.
Di Pusat Bahasa ia juga belajar tentang budaya. Misalnya, ketika Ramadan, ia belajar tentang Ramadan dan menjadi tahu mengapa puasa itu penting bagi orang Islam. Ia juga belajar tentang makanan dan masakan khusus untuk buka puasa atau untuk merayakan Idul fitri.
“Hal itu penting bagi saya tidak hanya untuk menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, tetapi juga untuk memakai untuk berkomunikasi dan belajar budaya. Di Pusat Bahasa Unand saya juga senang membaca dongeng, seperti cerita kancil, bawang merah dan bawang putih karena dalam cerita seperti itu ada nilai budaya,” katanya.
Kepala UPT Pusat Bahasa Unand Sawirman, mengatakan bahwa Unand memiliki beberapa program BIP. Yakni, program pertukaran mahasiswa, program summer/winter, program darmasiswa, program kerja sama (beasiswa Unand), dan program kursus bahasa Indonesia.
Pengajar senior di BIPA Unand Sulastri, mengatakan bahwa jumlah alumni BIPA Unand sudah lebih dari 200 orang. Alumni tersebut berasal dari Belanda, Inggris, Jerman, Australia, Iran, Mesir, Rumania, Madagaskar, Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan Thailand. (*)