Langgam.id - Jika membuka halaman utama Google hari ini, anda akan disambut Google Doodle yang menampilkan jurnalis Ruhana Kuddus. Ia adalah jurnalis perempuan pertama di Indonesia yang berasal dari Minangkabau
Nama Ruhana Kuddus telah disetujui sebagai Pahlawan Nasional dalam pertemuan gelar dewan, tanda jasa, dan tanda kehormatan oleh Presiden Joko Widodo pada 7 November 2019.
Pemilik nama asli Siti Roehana ini lahir pada 20 Desember 1884. Ia adalah putri dari Moehamad Rasjad Maharadja Soetan.
Baca juga: Ruhana Kuddus Resmi Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional
Dilansir dari laman Google Doodle, Ruhana Kuddus adalah kakak tiri dari Sutan Sjahrir, Mak Tuo dari penyair legendaris Indonesia Chairil Anwar dan juga sepupu dari H. Agus Salim.
Ruhana Kuddus dikenal sebagai multitalenta karena juga bisa berperan sebagai seorang penulis, wirausaha, dan juga pemimpin redaksi di berbagai surat kabar perempuan. Ruhana Kuddus pun pintar menggunakan tiga bahasa, bahasa Arab, latin, dan Arab Melayu.
Ia juga mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia.
Didirikan di kota kelahirannya, sekolah ini memberdayakan perempuan melalui berbagai program, mulai dari pengajaran literasi bahasa Arab hingga moralitas.
Ruhana juga memperluas pengaruhnya setelah pindah ke Bukittinggi dengan menjadi salah satu jurnalis wanita pertama di Indonesia.
Baca juga: Sariamin Ismail, Novelis Kelahiran Pasaman Barat yang Muncul di Google Doodle Hari Ini
Ruhana dinilai sebagai perempuan Indonesia pertama yang secara sadar memerankan dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia bersedia meliput berita sekaligus menulis untuk kemudian dikirimkan ke media massa.
Pengalamannya mendapat apresiasi dari Datoek Soetan Maharadja alias DSM, pemilik Oetoesan Melajoe yang kemudian mendukung Ruhana menerbitkan Sunting Melayu pada 10 Juli 1912.
Sepanjang karirnya, Ruhana terus menulis artikel yang mendorong perempuan untuk membela kesetaraan dan melawan kolonialisme, dengan beberapa mencapai pengakuan nasional.
Sebagian berkat perintis seperti Ruhana Kuddus, banyak yang menganggap perempuan dalam jurnalisme Indonesia lebih kritis dan berani dari sebelumnya.