Langgam.id - Pemerintah menyediakan banyak kesempatan meraih beasiswa untuk pelajar di berbagai jenjang pendidikan demi meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Namun sangat banyak kandidat peraih beasiswa yang gagal.
Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Abdul Kahar menjelaskan, bahwa pemerintah memberikan banyak sekali beasiswa. Baik untuk siswa maupun mahasiswa hingga tingkat doktoral.
"Pemerintah banyak sekali menyediakan beasiswa, di Kemendikbud saja paling tidak ada enam macam beasiswa," katanya saat pertemuan virtual Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan PT Paragon Technology and Innovation, CEO PT Paragon, Rabu (18/8/2021).
Dia menjelaskan, beasiswa itu seperti Program Indonesia Pintar (PIP) untuk siswa sekolah, Beasiswa Unggulan (BU) bagi pegawai dan masyarakat umum.
Kemudian, beasiswa S2 dan S3 untuk dosen bekerja sama dengan LPDP, beasiswa S2 dan S3 untuk guru. Beasiswa S2 dan S3 untuk pelaku budaya, dan beasiswa S3 untuk dosen LPTK (2022).
Selain itu terang Abdul, juga ada beasiswa sponsorship luar negeri. Begitu juga dengan beasiswa dari pihak swasta yang memberikan dana untuk pendidikan seperti PT Paragon Technology and Innovation.
Ia mengungkapkan, pemerintah juga memberikan kemudahan saat ini dalam mengurus beasiswa.
"Kalau dulu untuk mengurus beasiswa bisa berurusan dengan setidaknya enam satker, sementara sekarang sudah satu pintu di Puslapdik sejak dibentuk tahun 2020 oleh Menteri Nadiem Makarim," bebernya.
Meski banyak kesempatan mendapat beasiswa, Abdul menyebut sangat banyak pelajar yang gagal meraihnya. Bahkan banyak kuota yang tidak terpenuhi akibat kurangnya persiapan. Fenomena ini dilihatnya selama sekitar lima tahun menjadi pejabat pengelola beasiswa.
"Saya melihat barangkali menjadi kelemahan anak-anak kita, terkadang mereka berharap berhasil mendapatkan beasiswa secara instan. Kadang mereka juga ikut-ikutan, kalau temannya kuliah maka dia juga ikut kuliah, padahal ini butuh persiapan," katanya.
Baca juga: UM Sumbar Sediakan Beasiswa untuk 500 Mahasiswa
Menurutnya, kalau seorang kandidat ingin meraih beasiswa harus memiliki persiapan yang panjang setidaknya satu tahun belajar banyak hal. Sebab beasiswa itu diraih dengan kompetisi bersama kandidat lainnya. Tidak ada beasiswa yang tidak kompetitif meski pemerintah sudah memberikan banyak kemudahan.
Diantara kemudahan tersebut kata Abdul, sekarang tidak lagi memperhitungkan aspek bahasa. Baik yang punya TOEFL atau tidak boleh mengakses beasiswa. Sebab yang mengeliminasi soal kemampuan bahasa saat ini langsung dari universitas tujuan.
"Pihak yang layak mengeliminasi adalah perguruan tinggi tujuan, menentukan kandidat layak bersaing, yang namanya kemampuan anggaran selalu ada batasan tertentu, sehingga tidak bisa mengakomodir semua," katanya.
Hal ini sering ia ingatkan kepada kandidat pencari beasiswa. Selain itu, ia juga mengingatkan agar mencari beasiswa itu sesuai kebutuhan terutama di luar negeri. Belum tentu semua beasiswa cocok. Kandidat harus melihat visi misi yang memberi beasiswa, sehingga tahu kecocokannya.
Menurut Abdul, hal ini yang sering tidak dipelajari. Padahal mendapatkan beasiswa ini harus kompetitif, sehingga harus bersaing secara akademik dan non akademik.
"Selalu saya katakan bahwa tidak semua orang harus cerdas secara akademik, tidak semua orang harus menjadi akademisi, mereka harus mematcingkan hal itu," katanya.
Kemudian, ia mengingatkan bahwa kandidat harus menemukan mentornya dalam mencari beasiswa. Sebab banyak hal yang harus dipelajari, maka utamakan mentor yang berasal dari alumni universitas yang dituju terutama untuk beasiswa doktoral.
Ia juga mengkritik kebiasaan kandidat yang sering mengurus semua pada hari terakhir pendaftaran. Padahal kalau memang serius yang ditanyakan itu kapan pembukaan beasiswa, sehingga sudah ada persiapan untuk mendaftar.
"Bukan waktu jelang pendaftaran ditutup, apalagi website juga punya kapasitas saat semua berebut masuk," tuturnya.
"Apalagi kalau kita mau keluar negeri, minimal setahun persiapan luar negeri tidak bisa tiba-tiba karena harus ada yang dipersiapkan. Cara mengirim email ke profesor saja harus ada tata caranya, ini yang sering lupa oleh kandidat," katanya.
Selain itu, menurutnya, bagi yang ingin mendapatkan beasiswa luar negeri, jangan hanya ikut-ikutan teman. Hal ini seringkali terjadi karena ada satu kampus yang 50 persen di kelas mahasiswanya itu berasal dari Indonesia.
Dampaknya ada yang satu tahun di luar negeri tapi belum meningkat kemampuan bahasa Inggris nya akibat bergaul sesama orang Indonesia saja.
"Padahal tujuan ke luar negeri juga untuk membentuk jaringan global, lalu bagaimana bisa memiliki jaringan yang luas kalau hanya bergaul dengan orang Indonesia saja" ujarnyaa.
Selain beasiswa pemerintah, juga ada beasiswa dari pihak swasta. Salah satunya dari PT Paragon Technology and Innovation. Perusahaan ini memberikan beasiswa karena kepedulian kepada dunia pendidikan di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Miftahudin Amin, selaku EVP & Chief Administration Officer PT Paragon Technology and Innovation. Menurutnya perusahaan banyak menyediakan progam beasiswa sebagai tujuan perusahaan agar bisa memberikan manfaat kepada orang lain.
"Dengan ini kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain, Paragon akan maju seiring besarnya kebermanfaatan kita kepada orang lain," katanya.
Dengan dasar itu terangnya, perusahaan berinisiatif membuat program untuk mendukung terbangunnya ekosistem pendidikan ke arah yang lebih baik.
"Hal ini bukan hanya sebatas lip servis, namun dibuktikan dengan perusahaan yang memiliki berbagai binaan dengan partner yang berkompeten untuk memajukan pendidikan Indonesia," katanya.