Langgam.id - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) merilis hasil riset tentang media digital di Indonesia. Riset tersebut bertajuk "Lanskap Media Digital di Indonesia: Menyambut Tantangan dan Peluang Digital untuk Media Online Lokal".
Sekretaris Jenderal AMSI Wahyu Dhyatmika mengatakan, ini adalah riset komprehensif pertama yang memotret kondisi media digital Indonesia. "Riset ini penting untuk merumuskan program-program peningkatan kapasitas pengelola media digital," katanya, dalam siaran pers pada Jumat (30/7/2021).
Ia mengatakan, perlu memahami potret atau lanskap media online Indonesia sebagai data awal (baseline) untuk menyusun langkah strategis membangun ekosistem digital yang mendukung pengembangan media online di Indonesia. Riset itu sendiri diluncurkan secara virtual sehari sebelumnya, pada Kamis (29/7/2021).
Dosen Universitas Multimedia Nusantara Ignatius Haryanto yang menjadi periset utama mengatakan, riset ini menggambarkan sikap optimisme para pelaku media menjalankan bisnis media. Namun, menurutnya, optimisme itu tidak ditunjang kemampuan memadai untuk menghadapi perubahan bisnis media ke depan.
“Banyak yang masih menggunakan modal mandiri yang tidak besar, perangkat analitik yang sederhana, pemasukan yang tidak optimal, dan ketergantungan yang tinggi pada dengan iklan pemerintah, sehingga memunculkan pertanyaan pada independensi media ke depan,” ujarnya.
Baca Juga: AMSI Sumbar dan Kominfo Gelar Webinar Cegah Disinformasi Vaksin Covid-19
Riset tersebut melibatkan responden 100 media online anggota AMSI. Jumlah responden terbagi 82 persen di luar Jakarta dan 18 persen di Jakarta. Internews dan USAID mendukung AMSI dalam riset itu.
Dalam riset itu, tim membagi hasil survey berdasarkan responden Jakarta dan luar Jakarta. Tom kemudian melakukan analisis komparasi dari dua area tersebut.
Menurut Ignatius, pembagian tersebut karena perbedaan kondisi antara media Jakarta dan luar Jakarta. "Terdapat disparitas terkait kapasitas dan pemanfaatan teknologi, yang masih cukup tinggi," katanya.
Hasil Riset
Hasil riset antara lain menunjukkan, pengelola media baik di Jakarta (88.2%) maupun di luar Jakarta (79.7%) masih memiliki harapan pada kelangsungan (viability) dan keberlanjutan (sustainability) media di Indonesia. Namun, responden mengaku, media harus melakukan inovasi.
Pengelola media siber di Jakarta mengaku mengembangkan interaktivitas media lewat media sosial (24,1%), kemudian 22,2% responden menggunakan teknologi baru untuk penyebarluasan berita, dan 20,4% responden membangun sistem berlangganan lewat dompet digital seperti GoPay, Ovo, dan DANA.
Sementara itu 28,3% pengelola media siber di luar Jakarta percaya bahwa mengembangkan interaktivitas media lewat media sosial bisa menjadi inovasinya, sementara 23% responden menyatakan bahwa inovasi bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi baru untuk penyebarluasan berita.
Temuan lain, sebanyak 42,1% pengelola media siber di Jakarta mengaku pemodal mereka adalah pengusaha nasional, sementara 26,3% responden mengaku pemodal media siber adalah mandiri. Kemudian 21,1% responden yang memiliki pemodal media siber dari pengusaha lokal. Sisanya ada 10,5% yang mengaku pemodalnya adalah lembaga donor.
Kondisi sebaliknya pada media siber di luar Jakarta masih didominasi modal mandiri (66,2%). Sementara 21,5% mengaku pemodalnya adalah pengusaha lokal, dan 10,8% adalah pengusaha nasional.
Sebanyak 62,5% pengelola media siber di Jakarta mengaku sebagai bagian dari grup media tertentu, kemudian ada 37,5% responden yang mengaku bukan bagian dari grup media tertentu. Sedangkan di media siber luar Jakarta kondisinya 80,3% mengaku bukan bagian dari grup media tertentu. Hanya 18% yang mengaku merupakan bagian dari grup media tertentu. (*/SS)