Awal Juli 2021 yang cerah, kapal Capewater berbendera Belanda berlayar dari Vladinger, Rotterdam, Belanda ke Le Havre, Prancis. Tanker khusus membawa bahan kimia itu diawaki 13 orang dari beragam Negara. Kebutuhan perut mereka menjadi tanggung jawab Dian Purnama, 27, anak muda Minang asal Lubuk Basung, Kabupaten Agam.
Dian cukup lama bekerja sebagai koki di kapal asing. Tapi perjalanannya menuju ke sana, tidaklah mudah. Ada titian pahit manis yang ia lewati.
Ia bekerja di kapal Capewater milik Clear Water Group tersebut selama 7 bulan terakhir. Dian adalah satu-satunya koki di atas kapal. Sehingga dia harus piawai mengolah makanan, menyesuaikan dengan lidah awak kapal dari beragam Negara.
Dian sehari-harinya menyajikan masakan internasional (Western Food). Kadang juga masakan Indonesia misalnya masakan Padang, masakan Jawa, Bali, dan Sulawesi.
Tuntutan sebagai seorang profesional, Dian pun tak bisa mengelak memasak hal yang dinilai tabu, bahkan haram oleh umat Islam, yakni daging babi. Namun, dia punya trik tersendiri, dan bisa memilah, bahwa yang ia masak semata untuk kru kapal yang nonmuslim.
Ia pun memasak yang lain sebagai pilihan bagi mereka yang pantangan pada babi, termasuk ia sendiri.
Dia mengatakan, di kapal yang dinaiki sekarang, para awak kapal berasal dari Belanda, Ukraina, Rusia, dan Indonesia.
Ia mengaku, sudah bekerja sebagai koki kapal sejak pertengahan tahun 2013. Dengan rata-rata kontrak 5-7 bulan.
Dalam dunia gastronomi ini, ia mengaku ingin sekali lebih banyak menyajikan hidangan Indonesia karena para awak sendiri terutama dari Eropa Barat seperti Belanda, banyak menyukai masakan Indonesia.
Namun, terkendala sulitnya mendapatkan suplai bahan makanan Indonesia seperti rempah-rempah. Seringkali ia memasak randang dengan rempah-rempah yang terbatas.
“Mengatasinya kita menyesuaikan dengan bahan yang ada. Untuk awak kapal asal Eropa lebih egaliter lah soal masakan. Apa saja di makan,” tukasnya, pertengahan Juli ini di sebuah tempat karantina kedatangan orang dari luar negeri, kawasan Pademangan, Jakarta.
Yah, Dian saat ini sedang karantina di Wisma Atlet mengikuti aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Ia pulang ke Indonesia karena habis kontrak. Selanjutnya ia akan melanjutkan perjalanan ke Sukabumi, Jawa Barat, domisili istrinya.
Anak Lubuk Basung
Sejak tahun 2016, hati Dian berlabuh di Sukabumi. Ia mempersunting mojang Sukabumi. Dian sendiri sebetulnya tumbuh besar di Gunung Putri, Kabupaten Bogor, tempat kediaman orang tuanya.
Meski lahir dan besar di tanah Jawa, dalam darah Dian mengalir gen minang yang kental dari sang ibu bernama Irmalinda. Asli orang Agam.
Irmalinda berasal dari Jorong VI Parit Panjang, Nagari Lubuk Basung, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam. Tiap tahun ibunya Dian ini masih pulang, sebab di kampung masih ada kakek-neneknya Dian.
Di samping itu, semua saudara ibunya yang berjumlah 10 orang juga tinggal di kampung.
“Abang saya, Sena Satria pun lahir di kampung di Lubuk Basung. Masih bayi diboyong ke Jakarta,” ujar Dian.
“Mama sempat jualan nasi Padang di Pasar Jonggol. Tapi sebentar saja,” Dian menambahkan.
Keluarganya pindah ke Jakarta, lantaran pekerjaan bapaknya yang berprofesi sebagai TNI. Tarmin, sang bapak, ditempatkan di Korps Marinir Cilandak.
Meniti Ombak untuk Menjadi Koki Kapal Internasional
Kecakapan Dian dalam bidang boga ditempa melalui pendidikan, dan belajar otodidak untuk menguasai beragam menu.
Ia menempuh pendidikan di jurusan tata boga SMK Sahid. Saat sekolah, Dian juga kerja paruh waktu di Hotel Atlet Century Park Senayan. Sehingga asam garam masak memasaknya semakin kental.
Meski bapaknya seorang TNI, ekonomi yang mapan tidak berpihak kepada keluarganya. Suatu persoalan di kantor mendera bapaknya, otomatis memukul keuangan keluarga.
Lantaran itu, Dian memilih jalan yang sebetulnya bukanlah rencananya. Ia yang berhasrat kuliah setamat sekolah menengah, harus mengubur impian itu. Ia pun memutuskan kerja di hotel.
Begitu juga halnya bekerja di kapal, adalah suatu yang tidak terpikirkan sebelumnya. Alkisah, jelas Dian, nasib membawanya kerja di kapal pengeboran minyak lepas pantai sekitar tahun 2013. Tapi di kapal yang statis atau di rig pengeboran.
Lambat laun, dia bersentuhan dengan kapal niaga. Dan kemudian mencoba melamarnya. Tahun 2013 ia pun diterima bekerja sebagai koki kapal niaga. Rata-rata kontraknya 5 bulan sampai 7 bulan.
“Tahun 2013 pertengahan keluar dari hotel, berpindah kerja di oufsore di PT Cenooce, pengeboran minyak lepas pantai di Pabelokan Island. Di rig. Sampai 2015 awal, resign, membuat sertifikat penunjang berlayar, sudah mengumpukan 8 sertifikat, kerja di perusahaan kapal tanker di Banjarmasin (Sinar Alam Duta Perdana),” bebernya.
Sekitar 5 bulan, akhirnya keluar, karena kapal berhenti beroperasi. Selanjutnya melalui calo di Tanjung Priok dengan menawarkan kerja di kapal pengeboran Rusia, ia mesti menyetor Rp4 juta uang jaminan. Namun tidak seperti diharapkannya, kasarnya ia tertipu.
Akhirnya cabut berkas, melamar di banyak perusahaan, ditawari perusahaan Belanda, 2015 akhir. Ditawari perusahaan container bernama Holwerda Ship Management. Di sini ditawari sertifikat bahasa Inggris dan sertifikat masak dari Sangkuriang Bogor.
“Kemampuan bahasa Inggris dasar saja. Akhirnya berangkat berdua. Kirima lamaran ke orang yang bekerja di sana. Pengalaman pertama chef kapal di Belanda,” tukasnya.
Setelah itu, ia pun turun naik kapal. Sempat lama turun dan kemudian menjalankan profesi sebagai sopir mobil daring hingga buka usaha kuliner. Namun semuanya berujung kegagalan, sehingga memutuskan kembali mencari kerjaan sebagai koki kapal.
“Pernah buka usaha di Boyolali yakni warung sate taichan, Madura, merangi, lilit. Kuatnya 3 bulan doang, dengan kerugian Rp.25 juta. Balik ke Sukabumi, memutuskan bukan warung kedai bebek. Bertahan 2 bulan, karena digusur rel kereta api Bogor-Sukabumi,” tandasnya.
Kemudian, ia memutuskan mencari perusahaan pelayaran lagi. Dapat kapal beroperasi di Singapura melalui agensi, Mitra Tanker di Cilandak. Sekali kontrak 15 bulan. Habis itu melamar perusahaan agensi di Klender untuk kirim ke perusahaan Belanda yakni Water Group dengan kontrak 7 bulan.
“Bulan Oktober balik lagi (ke Belanda),” pungkasnya.