Langgam.id – Dosen Universitas Negeri Padang (UNP), Ermanto menerbitkan novel berbahasa Minangkabau dengan judul ‘Rindu Banda Sapuluah’.
Novel ketiga yang ditulis Guru Besar Linguistik tersebut diterbitkan oleh Pustaka Tunggal Jakarta pada Juli 2019.
“Secara teknis, novel ini sama saja dengan novel berbahasa Indonesia lainnya. Hanya saja novel ini ditulis menggunakan bahasa Minangkabau,” katanya dikutip dari laman resmi unp.ac.id, Senin (29/7).
Sebelumnya, penulis yang menggunakan nama Ermanto Tolantang ini telah menerbitkan dua buah novel, yaitu ‘Tujuh Cinta Si Anak Kampung’ terbit pada 2014 dan novel keduanya, ‘Sansai’ terbit 2018 lalu.
Ermanto punya cara unik dalam penulisan novelnya, sehingga ada interaksi antara pembaca dan pengarang, sekaligus juga bisa dilakukan dengan cepat.
Ia menjelaskan bahwa proses penulisan novel ini sama dengan proses penulisan kedua novel terdahulu yakni ditulis secara bersambung melalui media sosial hampir selama dua bulan dan setelah itu langsung diproses oleh penerbit.
Jadi, imbuhnya, dalam proses penulisan novel tersebut selalu terjadi dialog dan diapresiasi secara langsung oleh para pembaca.
“Proses penulisan novel seperti ini tentu berbeda dengan proses penulisan cerita bersambung melalui media cetak yang tidak terjadi dialog pembaca dengan penulis atau proses penulisan novel yang langsung diterbitkan,” ujar Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP itu.
Menurutnys, novel ini bercerita tentang keteguhan dan motivasi anak muda Minangkabau Banda Sapuluah (Pesisir Selatan) untuk merantau dan ingin berhasil secara ekonomi walaupun meninggalkan sang kekasih di kampung.
Ermanto menambahkan di dalam novel ‘Rindu Banda Sapuluah’ ini juga dibicarakan persoalan adat pemilihan datuk dengan segala macam politik kampung dan semangat pengabdian perantau untuk membangun serta menjayakan daerah Banda Sapuluah.
Ketika ditanya target karya novel berikutnya yang akan dihasilkan, Ermanto Tolantang menjelaskan akan segera menyelesaikan novel berjudul ‘Luka Renjana’ yang belum siap.
Novel itu juga ditulis Ermanto melalui proses penulisan secara bersambung melalui media sosial dan selalu terjadi dialog pembaca dengan pengarang.