Langgam.id - Sejak pada zaman dahulu, orang Minang memiliki jiwa dagang dan semangat merantau. Dua hal ini sulit dipisahkan dan telah melekat dalam diri serta jiwa masyarakat Minangkabau.
Banyaknya perantau Minang yang sukses menimbulkan banyak pertanyaan, apa kunci membuat orang Minang mampu bertahan diperantauan. Apakah nasib yang memaksa atau kesuksesan yang mudah dicapai?
Berdasarkan catatan sejarah dan pengalaman para perantau Minang dari beberapa daerah mereka mampu bertahan karena bisa menempatkan diri dan selalu berpedoman pada falsafah "Dima bumi dipijak, disitu langik dijunjuang".
Bahkan tak jarang, perantau Minang gampang sekali untuk mendapatkan kepercayaan karena mampu beradaptasi dan bergaul.
Sehingga muncul istilah perantau Minang itu hanya mengandalkan "tulang delapan potong". Artinya hanya mengandalkan apa yang ada di badan. Namun memiliki tekad dan usaha yang keras serta selalu berpegang pada falsafah Minang.
Dilansir dari situs resmi Pemprov Sumbar, kunci sukses pertama orang Minang di perantauan adalah taat ibadah. Perantau Minang yang lahir dalam lingkungan islami membuat pondasi diri lebih kokoh sehingga tidak mudah terpengaruh pergaulan negatif.
Kemudian ada kepercayaan. Banyak perantau Minang mendapatkan kepercayaan dari orang tua asuh atau angkatnay di rantau untuk memegang suatu tanggung jawab. Dan perantau Minang bisa dipercaya.
Berikutnya cepat belajar, hal ini suatu kelebihan dari peratau Minang. Banyak orang yang mengatakan kalau orang Minang itu hanya 3 hari bodoh di perantauan, setelah itu ia akan sama dengan orang tinggal di situ 3 tahun. Itu karena orang Minang mengandalkan otak dulu baru bekerja.
Kunci berikutnya berani spekulasi. Perantau Minang berani mengambil resiko, itu yang membuat orang Minang yang menjadi pedagang walau dominan pedagang kaki lima. Rata–rata dikota besar pedagang kaki lima nya orang Minang.
Baca juga: 10 Orang Minang yang Berpengaruh di Dunia, Ada Presiden Pertama Singapura
Kecermatan dalam memilih usaha juga menjadi kunci. Selama ini perantau Minang dominan memilih berusaha dibidang makanan dan pakaian. Kedua bidang sampai kapan pun akan selalu dibutuhkan.
Hal ini terbukti dengan terkenalnya rumah makan Padang. Tidak hanya itu, suksenya perantau Minang juga karena mereka pintar memimpin. Seperti banyaknya perantau asal Minang menjabat di pemerintahan meski berada di luar Sumbar.
Sebut saja Muhamad Padang yang menjadi Gubernur Maluku pada perode 1968 – 1973. Kemudian Usman Padang, menjabat sebagai Ketua DPRD Maluku selama tiga periode selama masa Orde Baru.
Pasca reformasi juga masih banyak, seperti Walikota Pekan Baru, Walikota Batam, hingga Anggota DPR. Saking banyaknya perantau Minang, diyakini jumlah perantau Minang lebih banyak dari pada penduduk Sumatra Barat yang menetap dikampung halaman.(Ela)