Langgam.id - Warga Sumatra Barat (Sumbar) yang ingin mengembangkan perkebunan, namun memiliki lahan terbatas, bisa mengikuti program perhutanan sosial. Kopi jadi salah satu produk perkebunan Sumbar yang menarik bagi dunia, tembus pasar ekspor Amerika.
Demikian disampaikan Wakil Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Audy Joinaldy, Selasa (25/5/2021). Hal tersebut ia sampaikan saat berkunjung ke Kawasan Ekowisata Bukit Tabuah, Nagari Air Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.
Menurutnya, Sumbar memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dan perkebunan. Masyarakat yang berminat pada sektor tersebut, namun lahan terbatas, bisa mengikuti program perhutanan sosial yang ditawarkan pemerintah.
Program perhutanan sosial, menurut Audy, memberi masyarakat peluang untuk mengelola kawasan hutan secara berkelompok. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yang diberi izin, selain mengelola juga harus melestarikan kawasan hutan.
Wagub mengatakan, program tersebut membantu masyarakat memiliki cara legal untuk meningkatkan ekonomi, melestarikan budaya, dan menjaga hutan. Menurutnya, perlu adanya peta jalan untuk memungkinkan kolaborasi pemberdayaan masyarakat.
Salah satu peluang ekonomi baru untuk masyarakat sekitar kawasan hutan, menurut Audy, seperti agroforestri dan ekowisata. Hal ini, menurutnya, sangat cocok untuk tanaman kopi, yang berlokasi di kawasan perbukitan berhawa sejuk, seperti Nagari Air Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti.
Nagari yang berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut itu berjarak lebih kurang 60 kilometer dari Kota Padang. Daerah tersebut yang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi yang menembus pasar Amerika Serikat.
"Siapa sangka kopi Solok Radjo sangat digemari oleh warga Amerika Serikat. Sebelumnya saya tidak begitu mengemari kopi, namun setelah menikmati kopi Solok Radjo saya ingin seruput dan seruput lagi," kata Audy, sebagaimana dirilis Pemprov Sumbar.
Ia mengharapkan kawasan itu menjadi contoh bagi masyarakat daerah lain yang berada disekitar area perhutanan sosial.
"Contohnya obyek wisata Bukit Tabuah Nagari Air dingin memang sangat cocok pengelolahan program Perhutanan Sosial. Ekowisata yang dikelilingi kebun kopi, masyarakat pun bisa sambil menikmati minum kopi bisa memandangi indah dua danau dari Bukit Poncin," katanya.
Selain itu, ia juga menyerahkan bantuan berupa kendaraan ATV sebanyak 5 unit dan 9 alat penyemprotan hama, sekaligus mengadakan pertemuan dengan masyarakat mendengar langsung keluhan dari petani kopi, dan sekaligus melihat kondisi jalan lintas menuju perkebunan tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi mengatakan program ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengelola kawasan hutan. Terdapat lima skema di dalamnya, yaitu Hutan Adat, Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan (HKm), Kemitraan Kehutanan, dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR).
"Program ini ternyata mampu memberikan peluang ekonomi baru seperti agroforestri dan ekowisata di sekitar kawasan hutan," katanya.
Di berharap dengan berjalannya program ini dapat membantu pemerataan ekonomi bagi petani dan masyarakat di sekitar kawasan hutan di Indonesia, serta dapat mengatasi konflik pengelolaan lahan, kesenjangan akses kelola lahan, dan membuka akses lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Saat ini pemerintah Sumbar memang salah satunya fokus pada pemerataan ekonomi. Bagaimana mengurangi ketimpangan lahan, mengurangi konflik, menciptakan lapangan kerja di pedesaan salah satunya melalui Perhutanan Sosial.
Pemberian hak akses kelola kepada masyarakat melalui perhutanan sosial, memungkinkan masyarakat untuk mengolah kawasan hutan negara secara legal, tanpa merusak hutan dengan mengembangkan ekowisata dan agroforestry.
"Hadirnya Ekowisata Bukit Tabuah Nagari Air Dingin merupakan peluang bagi warga disini ada pemandangan alam yang indah, lalu kopinya terbaik, jadi masyarakat pun bisa menjadikan Bukit Tabuah sebagai tempat wisata, yang kemudian bisa menjadi pemasukan tambahan selain dari bertani kopi," katanya. (*/Rahmadi/SS)