71 Konflik Buaya dan Manusia, BKSDA: Kejadian Terbanyak di Agam

71 Konflik Buaya dan Manusia, BKSDA: Kejadian Terbanyak di Agam

Seekor buaya terlihat di Sungai Sapih, Kota Padang. [Dok. Langgam.id]

Langgam.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mencatat 71 konflik antara buaya dengan manusia di Sumatra Barat (Sumbar) rentang waktu 2009 hingga 2022. Laporan konflik terbanyak terjadi di Kabupaten Agam.

Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono menjelaskan, sekurang-kurangnya terdapat 71 kejadian konflik antara manusia dan buaya di Sumbar antara 2009 sampai 2022. Rata-rata terdapat enam kejadian konflik setiap tahunnya.

"Konflik antara manusia dan buaya ini terjadi hampir di semua daerah pesisir barat Sumatra Barat, paling banyak terjadi di Kabupaten Agam," katanya, Rabu (13/7/2022).

Pihaknya mencatat di Kabupaten Agam ada 29 kasus kejadian konflik, kemudian diikuti oleh kabupaten Pasaman Barat dengan 17 kasus dan Kabupaten Padang pariaman dengan 12 kasus konflik antara manusia dan buaya.

Kemudian di Kota Padang tercatat 5 kejadian, Kabupaten Kepulauan Mentawai 1 kali, dan Kabupaten Pesisir Selatan 7 kasus.

Lebih rinci, Kecamatan Tanjung Mutiara di Agam merupakan daerah dengan kejadian konflik paling banyak yaitu 17 kasus, diikuti dengan Kecamatan Ampek nagari 6 kasus, dan Kecamatan Kinali dan ranah pasisia di Pasaman Barat dengan 5 kasus.

Dia melanjutkan, melihat pola kejadian konflik antara manusia dan buaya muara per bulan yang terjadi di Sumbar dan melihat data lebih detil, kemungkinan besar musim bertelur buaya muara di Sumbar sekitar bulan Januari s.d Maret dan musim menunggu telur menetas pada bulan April-Juni.

"Kejadian konflik antara manusia dan buaya muara banyak terjadi antara bulan Januari yaitu 12 kejadian konflik sampai Juni yaitu 7 kejadian konflik," katanya.

Dari data konflik antara 2009 s.d 2022 terdapat 3 data perjumpaan buaya yang sedang bertelur yaitu 2 diantaranya di bulan Januari dan 1 di bulan Februari, karena setelah bertelur diperlukan waktu sekitar 75-109 hari untuk menetas.

Dijelaskannya, habitat asli buaya di Sumbar cukup luas. Beberapa diantaranya ada di muara sungai Batang Masang, Muara sungai sepanjang pantai Sumbar yang memiliki ekosistem rawa dan membentang dari Pesisir Selatan hingga Pasaman Barat. Beberapa kawasan tersebut dilindungi baik termasuk hutan lindung, hutan produksi maupun hutan konservasi.

Konflik antara manusia dan buaya dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu buaya menampakkan diri diluar habitat aslinya, buaya menyerang ternak warga, dan buaya menyerang manusia.

Buaya yang muncul di habitat aslinya bukan merupakan konflik karena memang wilayah home range mereka hidup, dan ruang hidup antara manusia dan buaya tentunya juga berbeda sehingga konflik antara manusia dan buaya dapat di hindari.

"Kemunculan buaya di sungai yang bukan habitat aslinya kami istilahkan potensi konflik, mengingat kemunculan buaya untuk berjemur adalah bagian dari prilaku hidupnya," ujarnya.

Baca Juga: Musim Kemarau Picu Kemunculan Buaya, Masyarakat Diminta Jauhi Habitatnya

Apabila sudah menyebabkan efek negatif kepada kehidupan sosial manusia, ekonomi, kebudayaan, dan pada konservasi satwa liar dan atau pada lingkungannya maka baru disebut konflik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan nomor 46 tahun 2008 tentang Pedoman Penanggulangan Konflik Antara Manusia Dan Satwa Liar.

---

Dapatkan update berita Sumatra Barat terbaru dan terkini hari ini dari Langgam.id. Mari bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update, caranya klik https://t.me/langgamid, kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

BKSDA Sumatra Barat (Sumbar) menyebut konflik satwa dengan manusia meningkat lantaran jumlah pakan di habitatnya berkurang.
BKSDA Sumbar Sebut Konflik Harimau dan Manusia Karena Jumlah Pakan Berkurang
Harimau sumatra yang masuk kandang jebak di Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, diberi nama Puti Malabin. Dikutip dari akun Instagram,
BKSDA Sumbar: Konflik Satwa dan Manusia Meningkat, Didominasi Harimau Sumatra
Gunung Talang Kabupaten Solok (istimewa)
Gunung Marapi Ditutup, BKSDA Sumbar Bakal Buka Jalur Pendakian 3 Gunung Lainnya Tahun Ini
BKSDA Sumbar memanggil para remaja yang melakukan pendakian secara ilegal di Gunung Marapi, Sumbar pada 19 Januari 2025 lalu.
Tiga Pendaki Ilegal Gunung Marapi Akui Kesalahan, BKSDA Beri Sanksi Tegas
BKSDA Sumbar melakukan pemeriksaan terkait enam orang pendaki ilegal pasca beredarnya video melakukan pendakian ke Gunung Marapi
Viral di Medsos Pendakian Ilegal ke Gunung Marapi, Ini Kata BKSDA Sumbar
Seekor harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) berhasil terperangkap dalam kandang jebak yang dipasang oleh Tim BKSDA Sumbar d
Sempat Buat Warga Khawatir, Akhirnya Harimau Sumatra Masuk Perangkap di Solok