Langgam.id - Pakar gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawidjaja mengatakan, dua kali rangkaian gempa pada 2007 dan 2010 telah mengurangi potensi energi gempa di segmen Megathrust, Mentawai. Meski demikian, energi yang tersisa masih besar.
Potensi ancaman gempa dari segmen Megathrust Mentawai saat ini diperkirakan Danny hingga 8,8 Skala Richter (SR). Sebelumnya potensi ancaman gempa sebesar 9 Skala Richter, berkurang karena dilepaskan dalam dua kali gempa tersebut.
"Kita tahu tahun 2007 sebagian energi dilepas, jadi gempa yang sudah keluar akan mengurangi energi gempa yang masih ada. Namun 8,8 Skala Richter tetaplah ancaman yang besar," katanya.
Hal tersebut disampaikan Danny dalam rapat koordinasi mitigasi penanganan bencana gempa dan tsunami di Aula Kantor Gubernur Sumbar di Padang, Rabu (6/2/2019). Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala BNPB Letjen. TNI. Doni Monardo, Kepala BMKG
Dwikorita Karnawati, Wagub Nasrul Abit dan para bupati dan wali kota se-Sumbar.
Gempa 2007 di segmen ini terjadi pada 12 dan 13 September. Gempa pada 12 September berkekuatan 8,4 dan 7,9 SR terjadi dekat Bengkulu dan 7,8 SR pada 13 September 2007 dekat Mentawai. Rangkaian gempa dua hari itu, tidak menimbulkan tsunami. Sementara, yang kedua yakni gempa 7,7 SR pada 25 Oktober 2010 di dekat Kepulauan Mentawai, menimbulkan tsunami di daerah tersebut.
Selain itu, menurut Danny sejak Sabtu (2/2/2019) lalu ada aktivitas gempa di batas segmen Megathrust Mentawai sebelah selatan, kemudian pindah batas sebelah utaranya.
Gempa di batas Megathrust sebelah selatan yang dimaksud Danny adalah serangkaian gempa pada Sabtu (2/2/2019) yang dirasakan hingga ke daratan Sumbar. Batas sebelah utara, adalah gempa 6,1 SR di Nias pada Selasa (5/2/2019).
Danny mengatakan, tidak tahu apakah selanjutnya sisa energi akan di lepaskan sekaligus 8,8 SR, atau akan dipecah-pecah beberapa bagian misalnya. Ia pun meminta masyarakat agar selalu waspada.
"Kita tidak tahu kapan akan terjadi selanjutnya, itu merupakan rahasia Allah. Bisa saja beberapa hari lagi, bisa beberapa bulan, atau beberapa tahun lagi. Kita hanya bisa siap dan memang harus siap," ujarnya.
Yang mesti dipikirkan, menurut Danny, bagaimana menyiapkan pemerintah dan masyarakat untuk menghadapi potensi tersebut. Ia mengingatkan saat Padang dilanda gempa pada tahun 2009 dan 2012 lalu masyarakat tidak siap dan panik.
"Kita ingat kenyataannya saat itu evakuasi tidak berjalan dengan lancar, jalanan menjadi macet. Ke depan kita harus belajar lagi dan harus lebih paham agar evakuasi berjalan dengan baik," tuturnya.
Kepala BNPB Doni Monardo dalam kesempatan itu mengatakan, rapat diadakan untuk mengajak pemerintah provinsi, kabupaten dan kota serta semua pihak di Sumbar agar lebih siap dalam menghadapi bencana di masa datang.
”Kita ingin rapat ini betul-betul maksimal, kita harus waspada. Teman-teman media juga dapat mengajak masyarakat agar lebih siap. Tentu bukan informasi yang menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran berlebihan di tengah masyarakat,” kata Doni.
Sementara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berencana menambah alat pendeteksi gempa dan tsunami di wilayah Sumatra Barat.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, alat tersebut dapat menangkap gelombang gempa, yaitu gelombang primer gempa mulai dari 10 sampai 60 detik sebelum getaran gempa datang. Waktu sedikit tersebut merupakan golden time bagi masyarakat atau pemerintah untuk mempersiapkan diri dengan kedatangan gelombang gempa berikutnya.
“Gelombang primer yang ditangkap itu tidak merusak, namun memberikan informasi yang dapat membuat pemerintah lebih bersiap untuk kedatangan getaran selanjutnya,” katanya.
Wagub Nasrul Abit di sela-sela kegiatan mendampingi Kepala BNPB mengatakan, dalam menyiapkan masyarakat untuk mengurangi dampak resiko bencana, butuh waktu dan latihan yang berulang-ulang.
"Masyarakat tidak serta merta mampu berpikiran pola penyelamatan saat terjadi bencana datang. Diberapa kejadian mereka panik tak tahu apa yang akan dilakukan," katanya sebagaimana dilansir siaran pers Humas Pemprov Sumbar.
Karena itu, menurutnya, menyiapkan kesadaran masyarakat membutuhkan sosialisasi yang rutin dan bagaimana masyarakat termotivasi melakukan sendiri melatih diri mereka mencari lokasi aman saat terjadi bencana.
Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet mengatakan, di daerahnya yang paling dekat dengan sumber gempa Megathrust masih minim sarana dan prasarana pendukung penanggulangan bencana. Termasuk sarana telekomunikasi, akses jalan, penerangan listrik untuk daerah rawan bencana.
"Sosialisasi menyiapkan masyarakat terus kami lakukan, namun kondisi kekurangan sumberdaya manusia, hidup di pulau-pulau. Meski demikian, kami berupaya terus melaksanakan sosialisasi yang kami bisa sesuai kondisi keuangan yang ada terhadap masyarakat rawan bencana," katanya. (Rahmadi/HM)