Mengapa Intermittent Fasting Menjadi Tren Kesehatan? Temukan Manfaatnya!


Penulis: Ns. Arif Rohman Mansur, S.Kep., M.Kep.
Dosen Prodi S-1 Keperawatan, Universitas Andalas

Intermittent Fasting (IF) atau puasa intermiten semakin populer sebagai metode diet yang menawarkan beragam manfaat kesehatan. IF melibatkan siklus makan dan puasa dengan durasi yang bervariasi, yang tidak hanya efektif dalam menurunkan berat badan, tetapi juga memperbaiki metabolisme, melindungi jantung, dan meningkatkan fungsi otak. Namun, bagaimana sebenarnya cara kerja intermittent fasting, dan apa saja risiko yang perlu diwaspadai?

Intermittent fasting bekerja dengan mengatur periode makan dan puasa yang terencana. Salah satu metode yang umum adalah puasa selama 16 jam setiap hari, dengan jendela makan selama 8 jam. IF terbukti meningkatkan metabolisme dan membantu penurunan berat badan secara signifikan.

Salah satu manfaat utama dari IF adalah peningkatan kesehatan metabolik. Penelitian menunjukkan bahwa IF dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang membantu tubuh mengontrol kadar gula darah lebih efisien. Hal ini berperan penting dalam pencegahan diabetes tipe 2. Sebuah tinjauan sistematis menunjukkan bahwa berbagai jenis IF dapat membantu mengendalikan kadar glukosa dan meningkatkan sensitivitas insulin pada penderita diabetes (Asbath, 2024; Albosta & Bakke, 2021).

Selain manfaat metabolik, IF juga terbukti efektif dalam menurunkan berat badan dan mengurangi massa lemak tubuh. Puasa meningkatkan hormon norepinefrin dan hormon pertumbuhan, yang membantu membakar lemak lebih cepat, sehingga menjadi pilihan yang baik untuk mengatasi obesitas dan sindrom metabolik (Horne et al., 2015).

IF juga bermanfaat bagi kesehatan jantung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi kadar kolesterol, dan menurunkan peradangan dalam tubuh. Semua faktor ini berperan dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular (Horne et al., 2021; Matiashova et al., 2021).

Manfaat lain dari IF adalah dampaknya terhadap fungsi kognitif dan perlindungan saraf. Puasa dapat merangsang neurogenesis dan mengurangi stres oksidatif, yang berperan penting dalam menjaga kesehatan otak serta mencegah penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer (Lessan & Ali, 2019). IF juga berpotensi memperpanjang usia dengan memperbaiki fungsi mitokondria dan mendorong autophagy, proses perbaikan seluler yang penting (Chen, 2023; Jamshed et al., 2019).

Namun, meskipun IF memiliki banyak manfaat, metode ini perlu dilakukan dengan hati-hati. Setiap individu mungkin mengalami reaksi yang berbeda terhadap puasa, seperti kelelahan atau kekurangan nutrisi jika tidak dilakukan dengan tepat. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum memulai IF, terutama bagi mereka dengan kondisi kesehatan tertentu (Horne et al., 2015).

Secara keseluruhan, intermittent fasting dapat menjadi alat efektif untuk mencapai kesehatan yang lebih baik dan umur panjang jika dilakukan dengan bijak dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.

Daftar Rujukan:

Asbath, N., & Said, N. F. M. (2024). Different Types of Intermittent Fasting for Glucosa Index Control in Diabetics: A Systematic Review. Journal of Nursing Practice, 7(2), 451–457.
Albosta, M. and Bakke, J. (2021). Intermittent fasting: is there a role in the treatment of diabetes? a review of the literature and guide for primary care physicians. Clinical Diabetes and Endocrinology, 7(1).
Bartholomew, C., et al. (2021). Randomized controlled trial of once-per-week intermittent fasting for health improvement: the wonderful trial. European Heart Journal Open, 1(2).
Chen, H. (2023). Intermittent fasting promotes ilc3s secreting il-22 contributing to the beigeing of white adipose tissue.
Horne, B., et al. (2015). Health effects of intermittent fasting: hormesis or harm? a systematic review. American Journal of Clinical Nutrition, 102(2), 464-470.
Jamshed, H., et al. (2019). Early time-restricted feeding improves 24-hour glucose levels and affects markers of the circadian clock, aging, and autophagy in humans. Nutrients, 11(6), 1234.

Lessan, N. and Ali, T. (2019). Energy metabolism and intermittent fasting: the ramadan perspective. Nutrients, 11(5), 1192. https://doi.org/10.3390/nu11051192
Lingappa, N. and Mayrovitz, H. (2022). Role of sirtuins in diabetes and age-related processes. Cureus. https://doi.org/10.7759/cureus.28774
Matiashova, L., Shanker, A., & Isayeva, G. (2021). The effect of intermittent fasting on mortality in patients with type 2 diabetes and metabolic disease with high cardiovascular risk: a systematic review. Clinical Diabetology. https://doi.org/10.5603/dk.a2021.0016
Su, J., Wang, Y., Zhang, X., Ma, M., Xie, Z., Pan, Q., … & Peppelenbosch, M. (2021). Remodeling of the gut microbiome during ramadan-associated intermittent fasting. American Journal of Clinical Nutrition, 113(5), 1332-1342. https://doi.org/10.1093/ajcn/nqaa388
Vasim, I., Majeed, C., & DeBoer, M. (2022). Intermittent fasting and metabolic health. Nutrients, 14(3), 631. https://doi.org/10.3390/nu14030631

Tag:

Baca Juga

Volume Kendaraan di Tol Padang-Sicincin Meningkat Hari Kedua Lebaran, 9.062 Mobil Melintas
Volume Kendaraan di Tol Padang-Sicincin Meningkat Hari Kedua Lebaran, 9.062 Mobil Melintas
Pacu Biduak Ajang Nostalgia Perantau Taluak
Pacu Biduak Ajang Nostalgia Perantau Taluak
KAI Sumbar Imbau Pelanggan KA Agar Pesan Tiket Melalui Access by KAI
KAI Sumbar Imbau Pelanggan KA Agar Pesan Tiket Melalui Access by KAI
Etos Kerja dan Risiko Ekonomi dalam ungkapan Minangkabau: Bajariah Mangko Kabuliah, Barugi Mangko Kabalabo
Etos Kerja dan Risiko Ekonomi dalam ungkapan Minangkabau: Bajariah Mangko Kabuliah, Barugi Mangko Kabalabo
Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Tarif Sekunder AS: Tekanan atau Bumerang?
Bupati Annisa Gelar Open House Sambut Idul Fitri 1446 H
Bupati Annisa Gelar Open House Sambut Idul Fitri 1446 H