Langgam.id – Hujan tanpa henti yang mengguyur Sumatera Barat dalam beberapa hari terakhir bukanlah fenomena biasa. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa kondisi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh Bibit Siklon Tropis 95B yang terbentuk di wilayah Malaysia. Meski tidak berada langsung di atas Sumatra, keberadaan bibit siklon itu menciptakan pola angin yang berkumpul (konvergensi) di sepanjang pesisir Sumatra Barat, menyebabkan awan-awan hujan tumbuh secara masif dan terus-menerus.
“Bibit Siklon Tropis 95B di Malaysia berdampak tidak langsung terhadap Sumbar. Konvergensi membuat awan-awan hujan tumbuh masif, sehingga hujan turun terus pagi, siang, hingga malam,” jelas BMKG dalam keterangannya.
Lembaga tersebut mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko banjir, longsor, dan galodo, serta terus memantau informasi resmi. “Semoga Sumbar tetap aman dalam lindungan Allah SWT,” tulis BMKG.
Cuaca ekstrem itu kini berdampak luas pada berbagai daerah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat serangkaian bencana yang terjadi sepanjang Minggu hingga Senin (23–24 November 2025), didominasi oleh hujan lebat dan angin kencang. Bahkan, Selasa (25/11/2025), hujan terus mengguyu sejak dinihari hingga jelang siang ini.
Padang Pariaman: Ribuan Rumah Terendam, Warga Mengungsi
Kabupaten Padang Pariaman menjadi salah satu wilayah yang paling parah terdampak. Hujan intens sejak Minggu (23/11) membuat sejumlah sungai meluap dan merendam 21 nagari di delapan kecamatan, termasuk Lubuak Aluang, Batang Anai, Sintuak Toboh Gadang, Ulakan Tapakih, 2×11 Anam Lingkuang, Nan Sabaris, hingga V Koto.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPBBNPB, Abdul Muhari, menyebut kerusakan yang ditimbulkan cukup besar. “Curah hujan tinggi memicu meluapnya sungai-sungai di Padang Pariaman. Tercatat 3.076 rumah terendam dan ratusan warga mengungsi,” ujarnya.
Selain rumah warga, banjir juga merusak berbagai fasilitas penting, termasuk dua jembatan, satu bendungan, saluran irigasi, serta akses jalan seperti jalur depan RSUD Padang Pariaman. Lahan pertanian seluas 138 hektare dan kebun 26 hektare tak luput dari dampak, sementara satu sekolah dasar turut tergenang.
BPBD Padang Pariaman mencatat 9.228 jiwa atau 3.076 KK terdampak, dengan 258 orang mengungsi. Titik-titik pengungsian didirikan di halaman musala dan surau-surau setempat, serta rumah warga yang aman dari banjir. Hingga Senin (24/11), hujan masih turun dan air yang sebelumnya surut kembali naik dengan ketinggian 30 hingga 150 sentimeter.
Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Agam sejak Sabtu (22/11). Pendangkalan sungai memperparah luapan air yang merendam permukiman di Kecamatan Tanjung Raya, Banuhampu, dan Palupuah. Sebanyak 40 KK terdampak dan sembilan warga sempat terjebak banjir sebelum berhasil dievakuasi.
BPBD Agam melaporkan sedikitnya 33 rumah, 8 hektare sawah, sejumlah kolam renang, saung, hingga satu kafe mengalami dampak. Tiga akses jalan juga mengalami kerusakan dan akses air bersih terputus.
Melihat potensi hujan yang diperkirakan berlangsung beberapa hari ke depan, BNPB mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat agar lebih waspada terhadap ancaman hidrometeorologi basah. Abdul Muhari mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan, termasuk memangkas pohon rapuh, memeriksa kekuatan bangunan, menyimpan dokumen penting di tempat aman, hingga menyiapkan Tas Siaga Bencana yang berisi kebutuhan dasar selama tiga hari.
BNPB juga menyarankan warga segera melakukan evakuasi bila hujan dengan intensitas tinggi berlangsung lebih dari satu jam.
Fenomena Siklon Tropis 95B diperkirakan masih memengaruhi cuaca Sumbar dalam beberapa hari ke depan. BMKG dan BNPB mengimbau seluruh masyarakat tetap waspada, mengutamakan keselamatan, dan mematuhi arahan resmi dari pihak berwenang. (*/Yh)




